Penciptaan Allah dalan injil dan Qur'an





Keberadaan manusia di atas bumi ini bukanlah muncul dengan sendirinya atau hasil proses evolusi dari binatang. Dengan tegas Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendirilah yang menciptakannya.
Berfirmanlah Tuhan: “Baiklah Kita menjadikan manusia … maka Allah menciptakan manusia itu ….” [Kejadian 1:26, 27]
Yesus berkata, “Sebab pada awal dunia, Tuhan menjadikan mereka laki-laki dan perempuan.” [Markus 10:6]
Alkitab melaporkan bahwa manusia diciptakan Tuhan pada hari ke enam dari seluruh rangkaian penciptaan yang ada. Manusia itu diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
“Maka Tuhan menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Tuhan diciptakan-Nya dia; … itulah hari keenam.” [Kejadian 1:26-31]
Apa artinya manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah? Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah berarti adanya unsur-unsur tertentu yang Allah ciptakan di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia itu menjadi makhuk mulia melebihi ciptaan Allah lainnya. Unsur-unsur tertentu tersebut misalnya adalah pikiran, spiritualitas dan lain-lain yang menyebabkan manusia bisa berpikir, memiliki hikmat, mengasihi, bersekutu dengan Tuhan dan lain-lain. Namun demikian, walaupun manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, perlu diingat bahwa terdapat perbedaan kualitas antara ciptaan dan Penciptanya. Bagaimanakah manusia pertama itu diciptakan? Ia diciptakan dari tanah, lalu Allah menghembuskan nafas-Nya ke dalam hidung. Kejadian 2:7 menyatakan: “Kemudian Tuhan Allah mengambil sedikit tanah, membentuknya menjadi seorang manusia, lalu menghembuskan nafas yang memberikan hidup ke dalam lobang hidungnya”.
Manusia pertama yang diciptakan-Nya itu bernama Adam. Setelah menciptakan Adam, Tuhan memandang tidak baik jika Adam sendirian, maka diciptakan-Nya-lah seorang penolong yang sepadan dengan Adam. Bagaimana penolong Adam itu diciptakan? Ketika Tuhan membuat Adam tidur nyenyak. Tuhan mengambil salah satu dari rusuk Adam, kemudian menutup tempat itu dengan daging. Dari rusuk Adam itulah dibangun Allah seorang perempuan. Ia bernama Hawa. Kejadian 2:18-22; 3:20. Demikianlah kisah Tuhan menciptakan manusia.

Tanggapan kami:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.[QS. Al-Baqarah (2): 30]
Adalah benar bahwa Allah telah menciptakan Adam tanpa bapak dan ibu. Dan Dia menciptakan Hawa tanpa ibu. Lalu apa sulitnya bagi Allah untuk menciptakan Yesus tanpa bapak?
Dalam suatu hadits ada dikatakan bahwa Allah menciptakan Adam seperti citra-Nya (ka shurotih). Dan penjelasannya adalah seperti yang telah dijelaskan di atas. Dan menurut mufassir, Adam diciptakan pada hari Jum’at (hari keenam). Tidak ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. Hanya saja jika Anda melihat Kej. 1:26 itu dan membaca: “Kita”, maka ayat ini disangka sedang menjelaskan bahwa Allah itu jamak, Tritunggal, bukannya Tunggal. Insya Allah kami akan menjelaskan hal ini.
1. Elohim dan Adonim, Kata-Kata Ibrani untuk Tuhan, menjadi jamak. Jika ini secara harfiah bermaksud suatu kejamakan pribadi-pribadi, itu akan diterjemahkan “Para dewa.” Tetapi bangsa Yahudi, yang sungguh-sungguh menganut Ke-Tuhanan Yang Mahaesa dan secara menyeluruh terbiasa dengan idiom bahasa mereka sendiri, belum pernah memahami penggunaan yang jamak untuk menandai adanya kejamakan di dalam Tuhan. Penggunaan yang jamak ini adalah untuk pembesaran/pengagungan, dan disebut sebuah “jamak keagungan” atau sebuah “jamak penekanan,” dan digunakan untuk intensifikasi. Banyak Sarjana Ibrani mengidentifikasi penggunaan “kita/kami” ini sebagai penggunaan jamak keagungan atau jamak penekanan, dan kita percaya hal ini juga.
2. Jamak keagungan adalah umum digunakan pada saat ini. Pribadi-pribadi menyatakan diri mereka masing-masing di dalam jumlah yang jamak. “Anugerah pada istana kami,” “Itu adalah harapan kami,” adalah ungkapan para raja yang umum di dalam proklamasi mereka.
Adalah umum jika seseorang bermartabat besar dan berkuasa, di dalam menyatakan dirinya saja, menggunakan kata ‘kami’ sebagai ganti ‘aku’. Raja Perancis mengatakan, “Kami, Charles yang kesepuluh.” Raja Spanyol mengatakan, “Kami, Ferdinand yang ketujuh.” Kaisar Rusia mengatakan “Kami, Alexander,” atau “Kami, Nicholas”.
Jamak keagungan dapat dilihat di Ezra 4:18. Di dalam Ezra 4:11, orang-orang Trans-Euphrates menulis, “Kepada Raja Artaxerxes, dari para pelayanmu.” Kitab Ezra melanjut, “Raja mengirim jawaban ini: Sambutan. Surat yang kamu kirim kepada kami telah dibaca dan diterjemahkan.” Jadi, walaupun orang-orang menulis kepada raja sendiri, raja menggunakan kata “kami.” Adalah umum dalam surat-menyurat bahwa kejamakan digunakan ketika seseorang berbicara tentang niatnya.
Sungguh baik diketahui bahwa Al-Qura`an yang menentang doktrin Tritunggal, namun sering menghadirkan Tuhan berkata “Kami”, ketika berbicara hanya Sendiri. Ini menunjukkan bahwa penggunaan terminologi seperti itu tidaklah menandakan suatu orang banyak. Jika tak seorangpun menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang Trinitarian, maka penggunaan kata “Kami” atau “Kita” dalam beberapa tempat di Alkitab sebaiknya juga tidak dijadikan sebagai suatu bukti doktrin Tritunggal.
3. Nama Tuhan bukanlah satu-satunya kata yang dijamakkan untuk penekanan (walaupun ketika kejamakan tidak terlihat sebagai tatabahasa baik, penerjemah yang pada umumnya mengabaikan kejamakan Ibrani dan menterjemahkannya sebagai bentuk tunggal, maka akan menjadi susah untuk menyoroti kebanyakan Versi Bahasa Inggris/Indonesia).
Setelah Kain membunuh Abel, Tuhan berkata kepada Kain, “suara dari darah-darah saudaramu menangis kepada-Ku dari tanah” [Kejadian 4:10] Kejamakkan menekankan kengerian tindakan.
Di dalam Kejadian 19:11, orang-orang Sodom yang menginginkan Lot terluka adalah sangat terpengaruh oleh “kebutaan-kebutaan (blindnesses).” Kata “kebutaan-kebutaan,” menunjukkan bahwa kebutaan itu adalah total.
Lewi tidak menceritakan kepada orang-orang untuk makan buah dari suatu pohon untuk tiga tahun, dan di dalam tahun yang keempat buah adalah “suatu tawaran memuji kepada Tuhan” (Lewi 19:24). Kata Ibrani untuk “pujian” adalah jamak, menekankan untuk pujian besar.
Mazmur 45:15 menandakan dari orang yang dibawa ke dalam kehadiran Mesias. Mengatakan, “Mereka dialirkan dengan kegembiraan.” Ibrani yang benar-benar membaca “kegembiraan,” menekankan kegembiraan yang besar.
Di dalam Yehezkiel 25, Tuhan sedang menyatakan tentang apa yang telah terjadi atas Israel dan apa yang Ia akan lakukan tentang itu. Mengenai Philistines, Ia berkata, “Philistines yang membalaskan dendam…Aku akan menyelesaikan balas dendam besar pada mereka” (Yehezkiel 25:15 dan 17). Di dalam Teks Ibrani, balas dendam yang kedua , balas dendam Tuhan, adalah dalam bentuk jamak, menandakan balas dendam yang total yang Tuhan akan menimpakannya.

Doktrin Kristen Trinitarian:
Mengapa Tuhan menciptakan manusia? Ia menciptakan manusia untuk kemuliaan-Nya. Tuhan ingin manusia yang dibentuk menurut gambar dan rupa-Nya dapat memuliakan-Nya. Alkitab menyatakan: “…yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku….” [Yesaya 43:7]

Tanggapan kami:
Allah Menciptakan manusia agar menyembah-Nya. Tetapi tanpa mengenal Allah, bagaimana seseorang akan mencintai-Nya, dan tanpa mencintai-Nya, bagaimana mungkin seseorang itu akan menyembah-Nya. Jadi manusia diciptakan agar manusia mengenal, mencintai, dan menyembah memulyakan Allah. Dan manusia juga memiliki tugas sebagai wakil Allah di muka bumi. Allah Yang Mahamemelihara telah mengamanatkan pemeliharaan bumi kepada kita. Dan bumi ini akan tetap lestari selama kita menjaganya sesuai dengan hukum dan aturan Allah yang disampaikan melalui para utusan-Nya.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. [QS. Adz-Dzariyat (51): 56]
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. [QS. Al-Baqarah (2): 30]
Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. [Yohanes 17:3]
Dalam Kitab Khuthbatul Habib Thahir bin Husain dikatakan: “Ketahui olehmu bahwa ushul agama itu adalah mengenal Yang disembah sebelum menyembah-Nya, dan itulah haqiqat makna syahadat.”
Jadi kita harus mengenal dahulu satu-satunya Allah yang benar, baru kemudian menyembah-Nya dengan cara yang diajarkan Rasulullah sang pembawa syariat. La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah; tiada ilah yang benar kecuali Allah, Muhammad adalah utusan Allah.






Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya. 
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb. 
 peraturan komentar: 
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa. 
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit. 
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post