Bedah Tujuh Sakramen

Hj Irena Handono, Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center

Kasus-kasus yang menyebabkan konflik beragama (Islam-Kristen) terjadi marak di Bekasi di tahun 2010 ini. Salah satunya adalah aksi Formasi Salib di Masjid Al-Barkah Bekasi. Tentang hal ini ada seorang  ibu bertanya dalam sebuah taklim, “Apakah cipratan air suci itu membuat seseorang sah menjadi Kristen dan apakah Baptis itu?” 
Saya akan mengulas hal tersebut.

Sakramen
Sakramen adalah ritual dalam Kristen. Kata 'sakramen' berasal dari bahasa latin, sacramentum yang secara harfiah berarti "menjadikan suci". Secara makna Sakramen adalah suatu paham Barat yang berusaha mengklasifikasikan sesuatu yang tidak mungkin diklasifikasikan. Sehingga Sakra-men juga diartikan “Misteri”, karena banyak hal yang tak dapat dipahami oleh manusia. Umat Kristen beranggapan tuhannya me-nyentuh melalui sarana-sarana material seperti air, roti, minyak, kemenyan, lilin, altar, ikon, dst untuk menjadi suci kembali. Dan bagaimana hal itu bisa terjadi, itulah misteri. 

Gereja Protestan tidak menggunakan istilah Sakramen, tapi lebih menyukai menggunakan kata “Fungsi Imamat” atau “Ordinansi”. Tapi maksudnya sama. Sedang-kan Gereja Katholik menggunakan kata Sakramen dan membaginya menjadi Tujuh Sakramen, al: Pembaptisan, Krisma (atau Penguatan), Ekaristi (Komuni), Imamat (Pen-tahbisan), Rekonsiliasi (atau Pengakuan Dosa), Pengurapan orang sakit (Minyak Suci), dan Pernikahan.

Sakramen Baptis
Baptis adalah sebuah cara 'menjadikan suci' dalam Kristen dengan merendamkan anak kecil atau orang dewasa ke dalam air, atau menuangkan air ke kepala atau hanya dengan memercikkan sedikit air ke arah wajah sebagai penyucian dari dosa warisan. Padahal tradisi ini bukan tradisi asli yang diciptakan Kristen. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Pendapat yang menga-takan bahwa Yesus yang menciptakan Baptis adalah pendapat yang salah. Bila dilihat dari sudut sejarah, tradisi ini sudah ada sejak sebelum Yesus, karenanya Yohanes Pem-baptis sendiri telah membaptis Yesus. Dan sebelum Yesus, Yohanes pun telah melaku-kannya kepada orang-orang lain.

Sakramen Imamat (Pentahbisan)
Maksudnya adalah meletakkan tangan di atas kepala seseorang yang telah di baptis agar roh kudus bersemayam setelah ritual air di kepala. Tradisi ini disebutkan dalam sepuluh ayat dari kitab Yahudi. Ini juga termasuk tradisi yang diwarisi dari Mesir Kuno kemudian berpindah ke Yahudi dan diadopsi oleh Kristen. 

Sakramen Perkawinan
Sesuai dengan ajaran Paulus, bahwa pernikahan seorang laki-laki dengan wanita sebagai simbol 'dua jasad yang menjadi satu'. Sehingga dalam Sakramen Perkawinan sela-lu dikatakan, “Yang disatukan oleh Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia”. 

Sakramen Ekaristi (Komuni)
Dalam Bibel, Yohanes 6:53-56 disebutkan: 
“Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempu-nyai hidup yang kekal dan Aku akan mem-bangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

Tanpa menyentuh kebenaran teks ini, dari sudut pandang sejarah kita ketahui bahwa ritual ini adalah ritual yang paling penting dalam ajaran Kristen. Kendati demikian ritual ini masih menimbulkan pertentangan hingga saat ini. Menurut Katholik, roti dan anggur benar-benar berubah menjadi darah dan daging Yesus. Sehingga dalam Ekaristi gereja Katholik, memang benar-benar menggunakan ke-pingan roti tak beragi dan minuman anggur (wine). Sedangkan menurut penganut Pro-testan, ritual ini tak lain hanyalah simbol spiritual saja. Sehingga mereka bisa meng-ganti roti dengan makanan yang lain, anggur dengan minuman yang lain bahkan tidak sama sekali.

Yesus tidak pernah mengajarkan hal ini. Namun Paulus-lah orang yang pertama yang melakukan sakramen ekaristi. Sejara-wan Arnold Toynbee mengatakan, “Ritual Pengorbanan yang menjadi ritual besar dalam agama Kristen adalah upaya men-transformasi ritual yang banyak dilaksana-kan di negeri-negeri sekitar laut Mediterania untuk para dewa tumbuh-tumbuhan. Dan unsur roti serta anggur adalah hasil produksi dari negeri-negeri tersebut”.

Sakramen Rekonsiliasi (Pengakuan Dosa)
Pengakuan dosa adalah sakramen dalam gereja Katholik. Sementara Protestan tidak mengakui sakramen ini. Pengikut Katholik setidak-tidaknya satu kali dalam satu tahun melaksanakan sakramen ini sesu-ai dengan Lima Perintah Gereja (peraturan dalam gereja katholik).

Sakramen Krisma (Penguatan)
Krisma dalam bahasa Inggris adalah Chrismation, dalam bahasa Italia Crezima,  adalah sebuah ritual dalam Kristen menggu-nakan minyak untuk dibasuh/diurapi di kepala dan sebagai tanda menyatu dengan Roh Kudus. Pengurapan adalah tanda sakra-men dari pernyataan setuju atau konfirmasi. 

Sakramen Pengurapan Orang Sakit
Ayat Bibel yang dijadikan alasan adalah,
“Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan, Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.”(Yakobus 5: 14-15)

Inilah mengapa banyak pendeta mendatangi orang sakit di RS Kristen atau umum untuk menuntun berdoa. Sakramen pada intinya adalah ritual untuk menyucikan dan menerima Yesus sebagai Tuhan. 

Jadi gerbang memasuki aqidah Kristen ternyata ada tujuh langkah. Waspadalah!


Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya. 
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb. 
 peraturan komentar: 
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa. 
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit. 
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post