Ibnu Taimiyyah menjelaskan, "Ruh penggerak badan yang meninggalkan badan melalui kematian adalah ruh yang ditiupkan ke dalam badan, itulah jiwa yang akan meninggalkan badan dengan cara kematian".
1.Sungguh telah keliru apabila ada yang menyatakan bahwa ruh dan jiwa itu adalah dua hal yang berbeda, karena dari dalil-dalil yang telah kita sebutkan dapat diketahui bahwa jiwa yang dicabut malaikat, dibawa naik ke atas langit, dikembalikan ke jasadnya, ditanya, lalu diberi nikmat atau disiksa, itulah ruh yang keluar dari jasad diikuti pandangan mata, sebagaimana termaktub dalam hadits-hadits terdahulu.
Makhluk inilah yang menimbulkan kehidupan, bahkan kehidupan akan lenyap bersamaan dengan perginya makhluk ini, makhluk ini disebut ruh dan jiwa, meskipun dua kata ini terkadang memiliki makna yang beragam. Terkadang maksudnya adalah jibril, firman-Nya :
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). [QS. Asy-Syu'aro' (26) : 193]
Terkadang maksudnya adalah al-Qur'an, firman-Nya :
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al Qur'an) dengan perintah Kami. [QS. Asyuuro (42) : 52]
Penjelas kitab ath-Thohawiyyah menyimpulkan, "Mayoritas penyebutan jiwa adalah apabila ruh itu masih bersambung dengan badan, adapun apabila telah dicabut dan berdiri sendiri maka mayoritasnya disebut ruh".
2.Ibnu Taimiyyah menjelaskan, "Disebut jiwa ditinjau dari perannya mengatur badan, disebut ruh ditinjau dari kehalusannya, maka dari itu angin disebut juga sebagai ruh,
sabda Nabi :
Angin itu dari ruh Alloh. HR. Al-Bukhori dalam al-Adab al- Mufrod, Abu Dawud dan al-Hakim.
Maksudnya : berasal dari ruh yang telah diciptakan Alloh.
3.Apakah Kita Bisa Mengetahui Sifat-Sifat Ruh?
Ruh diciptakan dari jenis bahan yang tidak ada yang semisal dengannya di alam nyata, maka dari itu kita tidak bisamengetahui sifat-sifatnya. Akan tetapi Alloh telah menjelaskan kepada kita bahwa ruh itu naik dan turun, mendengar, melihat serta berbicara dst, hanya saja sifat sifat tersebut berbeda dengan sifat-sifat jasad yang kita kenal, maka naik dan turunnya, mendengar, melihat, berdiri dan duduknya bukanlah seperti yang kita ketahui, sebagaimana Nabi juga memberitakan, bahwa ruh itu dibawa naik ke langit yang paling tinggi, kemudian dikembalikan ke kubur dalam waktu yang singkat, diberi nikmat atau disiksa, yang pasti semua itu berbeda dengan
apa yang telah kita ketahui..
Ruh Berbeda Dengan Badan
1) Sebagian kaum filsafat dan ahli bid'ah dari kalangan Jahmiyyah dan Mu'tazilah berpendapat bahwa ruh itu bagian
atau sifat dari badan, sebagian mengatakan,"Ruh itu adalah nafas atau udara yang beredar didalam tubuh", sebagian
yang lain mengatakan, "Ruh itu adalah kehidupan, sesuatu yang tercampur atau badan itu sendiri".4
Maka dari itu mayoritas dari mereka mengingkari adanya siksa kubur, sehingga bagi mereka tidak ada ruh yang diberi nikmat atau disiksa di alam kubur, akhirnya merekapun menolak dalil-dalil yang menyatakan hal itu. Dengan ini, mereka telah mendustakan berbagai dalil
mutawatir dan mengingkari pokok agama yang seharusnya sudah mereka ketahui.
2) Kaum filsafat lainnya menyatakan bahwa jiwa itu tetap ada setelah berpisah dengan badan, akan tetapi mereka namakan sebagai akal, dan bagi mereka, akal itu berbeda dengan segala zat dan sifat-sifatnya, zat yang mereka
maksud adalah jasad, sedangkan akal adalah sesuatu yang berdiri sendiri, tidak bergerak, tidak diam dan tidak berubah sama sekali.
5.Maka dari itu mereka mengatakan, apabila ruh berpisah dari badan, maka keadaannya akan pasif, baik ditinjau dari segi ilmu, pemahaman, pendengaran, pengelihatan,keinginan, senang serta kegembiraan dst dalam berbagai hal yang mungkin bisa berubah, bahkan ruh itu akan tetap berada pada kondisi yang satu seperti permulaannya dan akan abadi, sebagaimana yang mereka sangkakan terhadap akal dan jiwa.
3) Sebagian kaum filsafat lainnya menyifati ruh dengan apa yang mereka istilahkan sebagai wajibul wujud (sesuatu yang pasti ada), padahal kenyataan sesuatu dengan sifat-sifat itu tidak mungkin ada, mereka menyatakan, ruh itu tidak didalam tubuh dan tidak juga diluarnya, tidak berpisah dengan badan dan tidak juga menyatu dengannya, tidak bergerak dan tidak juga diam, tidak naik dan tidak juga
turun, bukan sesuatu yang nyata dan bukan juga sesuatu yang abstrak.7
Dua kelompok mengakui keberadaan ruh yang berpisah dari badan, akan tetapi dikarenakan ruh adalah makhluk yang
tidak sejenis dengan badan bahkan berbeda sama sekali, maka mereka sulit untuk mendefinisikan dan
menggambarkannya.
Sebab utama mereka menyimpang dalam hal ini adalah, dikarenakan mereka sangat mengandalkan akal dan berbagai kias buatan mereka dalam meneliti perkara gaib ini. Adapun orang-orang yang menaati Alloh dan Rosul-Nya sertaberiman kepada keduanya, maka Alloh menunjuki mereka,sehingga mereka mengetahui bahwa ruh itu merupakan satu bentuk perwujudan yang berbeda dengan perwujudan badan yang nyata ini, itulah perwujudan nurani yang tinggi ringan hidup dan bergerak, ada dan mengalir didalam inti-inti
anggota badan seperti mengalirnya air dalam bunga mawar, seperti mengalirnya minyak dalam buah zaitun, demikian juga bagai api dalam bara.
Selama jasad ini masih bisa menerima makhluk yang halus ini, maka dia akan tetap bergabung dengan badan, sehingga
badan akan tetap bisa merasakan, bergerak dan berkeinginan. Akan tetapi apabila jasad telah rusak dikarenakan telah dikuasai campuran-campuran yang berat dsb, sehingga tidak bisa lagi bereaksi dengan ruh, maka ruhakan berpisah dari jasad menuju alam arwah.
8.Diantara dalil yang mejelaskan bahwa ruh itu merupakan sesuatu yang berbeda dengan jasad adalah sbb. :
.
Alloh memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.9 Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. [QS. Az-Zumar (39) : 42]
Kalau kalian melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan bagian belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri). [QS. Al-Anfaal (8): 50].
Alangkah dahsyatnya sekiranya kalian melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,(sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". [QS. Al-An'aam (6) : 93].
(26) Sekali-kali jangan. apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan. (27) Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan?". (28) Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia). (29) Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan).10 (30) Kepada Tuhanmulah pada hari itu kalian dihalau.[QS. Al-Qiyaamah (75) : 26-30].
(83) Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan.
(84) Padahal kamu ketika itu melihat. [QS. Al-Waqi'ah (56) :
Dari ayat-ayat yang mulia ini jelas, bahwa yang ditahan,dimatikan dan yang sampai ke kerongkongan pastilah sesuatu yang hakiki dan berbeda dengan jasad.
Hadits-hadits yang telah kita sebutkan juga menguatkan hal ini, Rosululloh menceritakan bahwa malaikat maut menyabut nyawa, kemudian para malaikat meletakkannya didalam kafan surga atau didalam karung neraka sesuai dengan kesholihan dan kefasikannya, lalu dibawa melakukan perjalanan jauh menembus langit-langit, jika jiwa itu sholih maka akan dibukakan baginya pintu-pintu langit, dan akan
ditutup pintu-pintunya apabila yang datang adalah jiwa yang jelek, setelah itu dikembalikan ke jasadnya, ditanya, disiksa
atau diberi nikmat. Arwah syuhada tinggal dikantungkantung burung hijau, ketika nyawa dicabut, pergerakannya
akan diikuti pandangan mata.
Dimanakah Letak Ruh Dalam Jasad?
Ruh berjalan di seluruh badan. Ibnu Taimiyyah menjelaskan,tidak ada satu tempat khusus bagi ruh didalam badan,
bahkan dia berjalan didalam badan sebagaimana berjalannya kehidupan yang tersebar di segenap bagian
badan, syarat mutlak adanya kehidupan adalah ruh, apabila ruh berada didalam jasad, maka jasad tersebut akan hidup,
sebaliknya apabila ruh telah meninggalkan jasad, maka
jasad tersebut akan ditinggalkan oleh kehidupan juga
11.Ruh Adalah Makhluk
Sebagian kaum filsafat berpendapat bahwa ruh bukan makhluk (tidak diciptakan), akan tetapi dia ada sejak dulu,akan tetapi tidak termasuk Zat Alloh, demikian juga keyakinan mereka tentang akal dan jiwa. Adapun yang beragama, mereka meyakini bahwa ruh adalah malaikat.
Sebagian yang lain dari kalangan kaum zindiq (munafik kelas kakap) dan tersesat dari umat ini, baik dari kalangan ahli filsafat, tasawuf dan ahli bid'ah berpendapat, bahwa ruh adalah bagian dari Zat Alloh. Mereka ini adalah yang paling jelek pendapatnya dalam hal ini, lalu mereka jadikan manusia itu didalam dirinya ada dua bagian, setengahnya adalah ruh (Alloh) dan setengahnya lagi adalah jasad
(hamba).
12.Yang benar dan tidak boleh diselisihi adalah bahwa ruh itu makhluk (diciptakan) dan dahulunya sebelum diciptakan
belum ada. Sebagaimana terbukti dalam dasar-dasar hukum
berikut ini :
1.IJMA' (Kesepakatan Ulama Umat Islam Di Suatu Masa
Sepeninggal Nabi Dalam Urusan Agama)13
Ibnu Taimiyyah menyatakan, bahwa "Ruh anak Adam adalah makhluk (diciptakan) berdasarkan kesepakatan (ijma') para pendahulu umat ini (para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'inpen.),para imam mereka serta para imam ahlussunnah, dan telah disebutkan ijma' tersebut oleh lebih dari satu ulama kaum muslimin, semisal : Muhammad bin Nashr al-Maruzi, beliau adalah seorang imam yang terkenal dan termasuk
paling tinggi ilmunya tentang ijma', perbedaan pendapat.
Demikian juga Abu Muhammad bin Qutaibah, ketika beliau membicarakan tentang ruh dalam kitab "al-Luqoth" beliau menyatakan, segenap manusia telah bersepakat (ijma') bahwa Alloh adalah Pencipta jasad dan ruh..
Abu Ishaq bin Syaqilah ketika menjawab pertanyaan tentang ruh apakah termasuk makhluk atau bukan, beliau berkata, ini adalah perkara yang tidak ada keraguan didalamnya bagi orang yang diberi taufiq untuk menemukan kebenaran…Ruh termasuk golongan makhluk (yang diciptakan), hal ini telah dibicarakan para ulama terkemuka sekaligus mereka membantah pendapat yang menyatakan dia bukan makhluk.
14.Sampai-sampai al-Hafidh Abu Abdillah Ibnu Mandah menulis sebuah buku besar tentang ruh dan jiwa, beliau sebutkan
didalamnya begitu banyak hadits dan atsar, sebelum beliau adalah al-Imam Muhammad bin Nashr al-Maruzi dan selainnay, demikian juga syekh Abu Ya'qub al-Khorroz, Abu Ya'qub an-Nahrojuri, al-Qodhi Abu Ya'la dll, demikian juga
para imam besar semisal Ahmad dan selainnya.
2.Al-Qur'an dan Hadits.
Firman-Nya,
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. [QS. Ar-Ro d (13) :16]
Ibnu Abil 'Izz menyatakan, ayat ini umum dan tidak ada pengkhususan sedikitpun.
16 Juga firman-Nya,
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
[QS. Al-Insaan (76) : 1]
Demikian juga firman Alloh terhadap nabi Zakari Dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali. [QS.Maryam (19) : 9]
Manusia adalah kesatuan dari ruh dan badannya, dan yang diajak bicara Alloh adalah ruh dan badan Zakaria, maka ruh adalah makhluk juga.
Ibnu Taimiyah berkata, manusia tersusun dari badan bersama ruh, bahkan intinya adalah ruh, karena badan hanyalah wadah ruh, sebagaimana perkataan Abu ad-Darda', "Badanku ini hanyalah wadah….".
Ibnu mandah dan selainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas,dikatakan, persengketan akan senantiasa berlangsung pada hari kiamat, sehingga ruh dan badan juga bersitegang. Ruh berkata kepada badan : Engkau telah melakukan keburukankeburukan. Badan menjawab : Engkau yang memerintahkanku. Maka Alloh mengutus seorang malaikat untuk menyelesaikan persengketaan tersebut seraya menjelaskan, sesungguhnya permisalan kalian berdua adalah bak kursi dengan si Buta yang memasuki sebuah kebun, kursi melihat
isi kebun yang penuh dengan buah-buahan sehingga dia bercerita kepada si Buta, sesungguhnya aku melihat buah, tapi aku tidak bisa menggapainya. Si Buta menjawab, aku bisa menggapainya tapi aku tidak bisa melihatnya. Kursi mengatakan, kemari dan angkatlah aku, agar aku bisa memetik buah tersebut, maka si Buta pun mengangkat kursi, sehingga kursi memerintahkannya ke arah yang dia
kehendaki sampai dia bisa memetik buah. Malaikat bertanya
: Siapakah diantara keduanya yang menanggung hukuman? Ruh dan badan menjawab : Keduanya. Malaikat berkata : Begitu juga kalian berdua.17
3.Pada pembahasan terdahulu, telah kita sebutkan berbagai dalil tentang dicabutnya ruh, lalu diletakkan didalam kafan atau karung, kemudian dibawa naik ke langit, disiksa dan diberi nikmat, ditahan ketika jasad tertidur, lalu dilepaskan. Semua ini adalah sifat dan keadaan makhluk.
4.Jika bukan suatu makhluk yang diciptakan niscaya tidak akan mengakui ketuhanan Alloh, padahal Alloh telah mengambil perjanjian dengan hamba-hamba-Nya di alam ruh, bukankah Aku ini tuhan kalian? Semuanya menjawab :Benar. Alloh mengabadikannya,
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lalai terhadap ini (keesaan Tuhan)". [QS.Al-A'roof (7) : 172]
Selama ruh-ruh tersebut mangakui bahwa Alloh itu Robb mereka, maka mereka adalah makhluk yang diciptakan.
5.Andaikata ruh itu bukan makhluk, niscaya kaum Nashoro tidak tercela ketika menyembah Isa, demikian juga dalam perkataan mereka bahwa Isa adalah Anak Alloh, bahkan sebagiannya meyakini bahwa Isa adalah Alloh.
6.Jika ruh itu bukan makhluk, maka dia tidak akan masuk surga atau neraka, tidak akan terhalang dari melihat Alloh, tidak keluar dari badan, tidak direngguh oleh malaikat maut, tidak dihitung amalnya, tidak disiksa atau diberi nikmat dst.
Beberapa Syubhat & Bantahannya.
1.Sebagian yang menyatakan bahwa ruh itu bukan makhluk (bukan diciptakan) berdalil dengan firman-Nya,Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit".
[QS. Al-Israa' (17) :85
Jawab :
a.Yang dimaksud kata "ruh" pada ayat ini bukanlah ruh manusia, tapi malaikat, sebagaimana firman-Nya,
Malaikat-malaikat dan ruh (Jibril) naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.18
[QS. Al-Ma'aarij (70) : 4].
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan ruh (malaikat Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
[QS. Al-Qadr (97) : 4].
Inilah pendapat yang terkenal dari ulama salaf tentang tafsir ayat diatas.
b.Seandainya-pun kata "ruh" pada ayat diatas kita pahami sebagai ruh manusia, maka tetap saja ayat tersebut tidak bisa dijadikan dalil untuk mendukung pernyataan bahwa ruh itu bukan makhluk (diciptakan), bagian dari zat Alloh, seperti potongan kain yang disobekkan dari sebuah baju. Bahkan maksud dari dinisbatkannya ruh kepada Alloh adalah dikarenakan perintah-Nya lah ruh itu terbentuk (tercipta).
Kata "al-Amr" (perintah atau perkara) didalam al-Qur'an terkadang yang dimaksud adalah sumbernya, atau obyeknya, sebagaimana firman-Nya,
Telah pasti datangnya al-amr (ketetapan) Allah.19 Maka janganlah kalian meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. [QS. An-Nahl (16) : 1]
Kata "min" pada ayat من أمر ربي diatas bisa bermakna sebagai awal suatu tujuan, karena kata "min" bisa bertujuan untuk
menjelaskan jenis zat dari sesuatu, seperti ungkapan "Pintu dari besi" (maknanya, zat pintu itu terbuat dari besi), di
tempat lain kata "min" bertujuan untuk menjelaskan awal dari sesuatu, seperti ungkapan "Saya keluar dari Mekkah" (maknanya, permulaan keluar saya adalah kota Mekkah), maka dari itu ayat bukanlah dalil yang tegas menyatakan bahwa ruh adalah sebagian dari perintah Alloh.
Inilah juga jawaban imam Ahmad, dengan membawakan ayat,
Dan Dia telah menundukkan untuk kalian apa yang di langit dan apa yang di bumi, semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
[QS. Al-Jatsiyah (45) : 13]
Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka dari Allahlah (datangnya), dan bila kalian ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kalian meminta pertolongan.[QS. An-Nahl (16) : 53]
Apabila segala sesuatu yang telah ditundukkan dan berbagai nikmat dari Alloh tapi bukan bagian dari diri-Nya, akan tetapi dari-Nya lah berasal, maka tidaklah mesti makna firman tentang Isa Ø±ÙˆØ Ù…Ù†Ù‡ adalah dari-Nya, bahwa dia adalah bagian dari Alloh, demikian juga ruh.
2.Syubhat yang lain, mereka berdalih dengan firman-Nya,Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud.20 [QS. Al-Hijr (15) : 29].
Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. [QS. Al-Anbiyaa' (21) : 91].
Mereka menyatakan bahwa pada ayat diatas Alloh sendiri telah menisbatkan ruh itu kepada diri-Nya, maka ruh adalah
bagian dari Alloh.
Sifat-Sifat Jiwa
Ada 3 sifat jiwa yang bersemayam didalam jasad manusia,
diantaranya :
1.Jiwa penyeru keburukan, sebagaimana firman-Nya, Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.[QS. Yusuf (12) : 52].
Inilah jiwa yang senantiasa dikuasai hawa nafsu, sehingga senantiasa mendorongnya untuk melakukan kemaksiatan dan perbuatan dosa.
2. Jiwa pencela, sebgaimana firman-Nya,Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).23 [QS. Al-Qiyamah (75) : 2]
Inilah jiwa yang ketika berbuat dosa senantiasa bertaubat, sehingga jiwa tersebut senantiasa mencela pemiliknya yang terjerumus dalam kubangan dosa dan maksiat. Bisa juga dikatakan bahwa jiwa seperti ini adalah jiwa yang kadang berbuat baik dan terkadang bermaksiat.
3.Jiwa yang tenang, sebgaimana firman-Nya,
{27} Hai jiwa yang tenang. {28} Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. {29} Maka
masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. [QS. Al-Fajr
(89) : 27-29]
Inilah jiwa yang senatiasa mencintai ketaatan dan kebaikan, serta memerintahkan kepadanya, dan sebaliknya senantiasa membenci kemaksiatan dan dosa, serta melarangnya darinya. Sifat inilah yang selalu dimiliki oleh jiwa ini dan sudah menjadi kebiasaannya.
Penjelasan ini tidaklah memberikan pengertian bahwa didalam jasad manusia bersemayam tiga macam jiwa, akan tetapi yang dimaksud adalah bahwa jiwa yang bersemayam didalam tubuh seseorang hanya satu akan tetapi berubah sifatnya sesuai dengan kekuatan imannya. Sebagaimana penjelasan Ibnul 'Izz al-Hanafi : "Yang benar adalah, jiwa itu satu tapi memiliki berbagai sifat, secara asal sifatnya
senantiasa memerintahkan untuk berbuat dosa (ammaroh bissuu'), akan tetapi ketika perintah tersebut dilawan oleh keimanannya maka jadilah jiwa yang mencela jasadnyaketika terjerembak dalam perbuatan maksiat, sehinggaterkadang bermaksiat dan terkadang meninggalkannya (lawwamah). Apabila imannya kuat, maka jadilah jiwa yang tenang (muthmainnah).24.
Apakah Jiwa Bisa Mati?
Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa "Arwah adalah makhluk (diciptakan) tanpa ada keraguan, dia tidak lenyap dan binasa, akan tetapi matinya dengan cara berpisah dari badan, dan ketika ditiupkan sangkakala yang kedua, maka ruh-ruh akan dikembalikan kepada badannya".25 Ibnu Abil 'Izz al-Hanafi menjelaskan dengan panjang lebar polemik ini seraya menyatakan, "Masyarakat berbeda
pendapat, apakah jiwa itu bisa mati ataukah tidak?
1.Jiwa akan mati dengan dalil, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati, secara qiyas : kalau saja malaikat bisa mati, maka jiwa manusia lebih pantas untuk bisa mati.
2.Jiwa tidak akan mati, karena dia diciptakan untuk bisa kekal, yang mati hanyalah badannya, sebagaimana haditshadits yang memberikan pengertian tentang kenikmatan dan disiksaan yang diterima oleh ruh setelah berpisah dengan badannya sampai pada waktunya kelak dikembalikan oleh Alloh ke jasad masing-masing.
Yang benar (insya Alloh) adalah, bahwa kematian jiwa itu dengan cara berpisah dan keluar dari badan, maka apabilayang dimaksud matinya jiwa sebatas ini, maka jiwa juga merasakan kematian. Akan tetapi apabila yang dimaskud matinya jiwa adalah binasa dan musnahnya secara keseluruhan, maka jiwa tidak mati dengan pemahamanseperti ini, bahkan dia tetap ada setelah penciptaannya baik
dalam kenikmatan atu siksaan,… Alloh memberitakan keadaan penduduk surga dengan firman-Nya,
Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. dan Allah memelihara mereka dari azab neraka. [QS. Ad-Dukhoon (44) : 56]
Itulah kematian, yaitu berpisahnya ruh dari badan.26.
Tempat Tinggal Ruh Di Alam Barzakh
Di alam kubur, ruh hamba-hamba tinggal di tempat yang
berbeda-beda, berdasarkan penelitian terhadap dalil yang
ada, maka bisa kita bagi tempat tinggal mereka sebagai
berikut :
1.Ruh para Nabi akan tinggal di tempat yang paling baik
dan paling tinggi,
sebagaimana yang pernah didengar
'Aisyah dari Rosululloh di akhir hayat beliau memohon,
Ya Alloh berikanlah tempat kembali yang tinggi (mulia).
HR. Al-Bukhori, kitab ar-Riqooq, bab Man Ahabba
Liqooalloh27.
2.Ruh para syuhada akan tetap hidup disisi Alloh dan
mendapatkan rizki dari-Nya, firman-Nya,
Dan janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup28
disisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki. [QS. Ali-'Imron
(3) : 169].
Masruq bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang ayat ini, maka
dijawab : "Sesungguhnya kami telah menanyakannya,
sehingga Rosululloh bersabda,
Ruh-ruh mereka berada didalam burung-burung yang hijau,
memiliki sarang yang bergelantungan di 'Arsy, pergi ke
surga sekehendaknya, kemudian kembali ke sarangnya. HR.
Muslim
Akan tetapi tidak semua arwah para syuhada
mendapatkannya, karena diantara mereka ada yang
tertahan dar masuk surga dikarenakan hutangnya yang
belum dibayar. Seperti ketika Rosululloh ditanya seorang
lelaki apa yang dia dapat jika terbunuh di jalan Alloh,
beliau menjawab : Surga, ketika orang tersebut telah
berpaling, Rosululloh bersabda,
Kecuali hutang, baru saja Jibril bergegas memberitahuku.29.
3.Ruh orang-orang sholeh.
Ruh mereka menjadi burung-burung yang bergelantungan di
pepohonan surga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Abdurrahman bin Ka'ab bin Malik dari Nabi :
Sesungguhnya ruh seorang muslim adalah burung yang
digantung pada pepohonan surga, sampai Alloh kembalikan
ruh tersebut kepada jasadnya pada hari kiamat. (HR.
Ahmad30)
Perbedaan mendasar antara tempat kembali ruh syuhada
dan orang sholeh adalah, ruh para syuhada tinggal didalam
burung hijau yang terbang mengelilingi taman-taman surga,
kemudian kembali ke sarangnya yang bergelantungan di
'Arsy, sedangkan ruh orang sholeh berada di rongga mulut
burung-burung yang bergelantungan di pepohonan surga,
akan tetapi tidak berkelilling di taman-taman surga.
4 & 5. Ruh ahli maksiat dan orang kafir.
Tempat kembali ruh mereka ini tidak kami dalil yang secara
tegas menyebutkannya, akan tetapi yang mereka berada
dalam siksaan yang pedih nan mengerikan, pendusta pipi
ditusuk dengan gasung sampai menembus tengkuknya,
meninggalkan sholat wajib kepala dihimpit dengan batu
besar, para pezina dimasak didalam gentong besar, tukang
renten berenang di lautan darah yang di tepinya senantiasa
ada yang melemparinya dengan batu dst. Sedangkan ruh
orang kafir berbau sangat busuk sampai-sampai bumi pun
mencelanya.
Masalah & Penjelasannya
Telah kita jelaskan bahwa ruh orang mukmin akan
dikembalikan ke jasadnya, ditanya, lalu diberi kenikmatan,
sedangkan orang kafir akan disiksa. Kemudian bagaimana
mungkin dikatakan setelah itu bahwa ruh orng mukmin di
surga dan ruh orang kafir di neraka?
Ibnu Hazm berusaha melemahkan hadits tentang kembalinya
ruh kepada jasadnya setelah meninggal dunia, padahal
hadits-hadits sangat banyak, bahkan mutawatir, sebagaiman
penjelasan Ibnu Taimiyah31, kemudian Beliau menguraikan
bagaimana mengkrompromikan dalil-dalil yang kelihatannya
saling bertentangan tersebut, seraya mengatakan:
"Ruh orang beriman ada di surga, meskipun terkadang
dikembalikan ke jasadnya, sebagaimana juga secara asal
(ketika hidup-pen) ruh itu tinggal didalam badan, tapi
terkadang dibawa naik ke langit seperti ketika tertidur…"32
Uraian ini didasari oleh pemahaman bahwa, ruh adalah
makhluk yang berbeda dengan jasad, sebagaimana
penjelasan Ibnu Taimiyah
: "Meski demikian (yakni: ruh orang
mukmin tinggal di surrga), ruh tersebut masih memiliki
hubungan dengan jasadnya sesuai dengan kehendak Alloh,
proses yang singkat itu seperti singkatnya proses turunnya
malaikat, munculnya sorotan cahaya di bumi, dan
terbangunnya seorang yang tidur".33.
Siksa Kubur Menimpa Jasad Atau Ruh, Atau
Keduanya?
Kelompok-kelompok berbeda pendapat dalam hal ini, antara
lain:
1.Ahlussunnah menyatakan bahwa ruh itu terkadang
terputus hubungannya dengan jasad, dan terkadang
terhubung. Ibnu Taimiyah menjelaskan: "Siksa dan nikmat
kubur dirasakan oleh ruh dan jasad semuanya, berdasarkan
kesepakatan ulama Ahlussunnah wal Jama'ah, terkadang
jiwa itu disiksa dan diberi kenikmatan secara terpisah dari
jasadnya, dan terkadang dalam keadaan terhubung dengan
badan, dan badan pun terhubung dengannya. Sehingga
nikmat dan siksa diterima oleh keduanya ketika bergabung,
sebagaimana diterima oleh ruh saja ketika terpisah dari
badan".
2.Ahli Kalam dari kalangan mu'tazilah dan selainnya yang
mendustkan adanya nikmat dan siksa kubur secara mutlak.
Rahasia pendapat ini adalah pengingkaran mereka akan
adanya ruh yang berdiri sendiri terpisah dari badan, karena
ruh menurut mereka adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak
ada setelah kematian, sehingga tidak ada nikmat dan tidak
ada siksa sampai Alloh membangkitkan hamba-Nya.
Pendapat ini disampaikan oleh sebagian mu'tazilah,
asy'ariyah semisal al-Qodhi Abu Bakr. Ini adalah perkataan
yang batil dan tidak perlu diragukan kebatilannya, serta
diselisihi oleh Abul Ma'aali al-Juwaini, bahkan tidak hanya
satu ulama Ahlussunnah yang menukilkan ijma' (kesepakatan
para ulama) atas tetap adanya ruh setelah berpisah dari
badan, diberi nikmat dan disiksa.
1 Risalah al-'Aql wa ar-Ruh, Maju'ah ar-Rosaail al-Muniroh (2/ 36), juga syarh al-'Aqidah
ath-Thohawiyyah (445), dengan perantaraan buku al-Qiyaamah ash-Shughro (85).
2 Syarh al-'Aqidah ath-Thohawiyyah (444).
3 Risalah al-'Aql wa ar-Ruh, Maju'ah ar-Rosaail al-Muniroh (2/ 37).
4 Majmu' al-Fatawa (3/ 31) dan Risalah al-'Aql wa ar-Ruh, Maju'ah ar-Rosaail al-Muniroh
(2/ 21).
5 Risalah al-'Aql wa ar-Ruh, Maju'ah ar-Rosaail al-Muniroh (2/ 21)
6 Risalah al-'Aql wa ar-Ruh, Maju'ah ar-Rosaail al-Muniroh (2/ 22)
7 Majmu' al-Fatawa (3/ 31)
8 Inilah penjelasan Ibul qoyyim dalam bukunya ar-Ruuh dan telah dinukil para ulama
terdahulu.
9 Maksudnya: orang-orang yang mati itu rohnya ditahan Alloh sehingga tidak dapat
kembali kepada tubuhnya; dan orang-orang yang tidak mati hanya tidur saja, rohnya
dilepaskan sehingga dapat kembali kepada tubuhnya lagi.
10 Karena hebatnya penderitaan di saat akan mati dan ketakutan akan meninggalkan
dunia dan menghadapi akhirat.
11 Risalah al-'Aql wa ar-Ruh, Maju'ah ar-Rosaail al-Muniroh (2/ 47)
12 Majmu' al-Fatawa (4/ 222)
13 Sebagian dalilnya adalah firman Alloh berikut ini,
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan akan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali [QS. An-Nisaa' (4) : 115]
Demikian juga sabda Nabi berikut ini, Ø¥ِÙ†َّ Ø£ُÙ…َّتِÙŠْ لاَ تَجْتَÙ…ِعُ عَÙ„َÙ‰ ضَلا لةَ Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan. HR. Ibnu Majah, Abu Dawud dan at-Tirmidzi
14 Majmu' al-Fatawa (4/ 222)
15 Majmu' al-Fatawa (4/ 216)
16 Syarh ath-Thohawiyah (442)
17 Majmu' al-Fatawa (4/ 222)
18 Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu
hari. Apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.
19 Ketetapan Allah di sini ialah hari kiamat yang telah diancamkan kepada orang-orang
musyrikin.
20 Yang dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan,
tapi yang jelas itu adalah perintah Alloh.
21 Maksudnya adalah jin dan manusia.
22 Silakan dibaca lebih teliti Syarh ath-Thohawiyyah hal. : 442, juga Risalah ar-Ruh dalam
Majmu'ah ar-Rosaail al-Muniiroh (2/ 38).
23Maksudnya: Bila ia berbuat kebaikan, ia juga menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih
banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
24Disadur dari al-Qiyamah ash-Shughro hal. : 100.
25Majmu' al-Fatawa (4/ 279).
26 Syarh ath-Thohawiyah (446)
27 Al-Fath (11/ 357).
28 Yaitu hidup dalam alam lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat
kenikmatan-kenikmatan disisi Alloh, dan hanya Alloh sajalah yang mengetahui bagaimana
keadaan hidup itu.
29 Dishohihkan al-Albani dalam komentarnya terhadap Syarh ath-Thohawiyah (445).
30 Lihat ash-Shohihah (995)
31 Majmu' al-Fatawa (4/ 446).
32Majmu' al-Fatawa (4/ 447).
33Majmu' al-Fatawa (4/ 448)
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya.
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb.
peraturan komentar:
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa.
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit.
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan
Post a Comment