Menjawab Masalah Perbudakan Dalam Islam


Islam sering diidentikan dengan perbudakan, kaum kafir sering menfitnah Islam tentang masalah perbudakan, termasuk kebolehan menyetubuhi budak. Mereka sering mengutip ayat Al-Qur'an:

"Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela." (T-QS. Al-Mu'minun' 23:5-6)

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (T-QS. An-Nisa' 4:3)

"Dan wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu ni”mati di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya, sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (T-QS. An-Nisa' 5:24)

Pembolehan itu kalau kita lihat di masa sekarang ini, sekilas memang terasa aneh dan tidak sesuai dengan rasio kita. Sebab kita hidup di abad 21, di mana perbudakan sudah menjadi barang yang asing. Kalau sampai kita membaca ayat Al-Quran yang seolah menerima konsep perbudakan, bahkan pemiliknya sampai boleh menyetubuhinya, tentu saja kita akan merasa sangat heran.

Tapi mari kita renungkan kembali keadaan sosial kemasyarakatan di masa itu, yakni abad ketujuh masehi, tentu pandangan kita akan berbeda jauh. Ketahuilah bahwa perbudakan itu sendiri bukan produk agama Islam. Perbudakan itu sudah ada jauh sebelum Al-Quran ini diturunkan. Di zaman Romawi dan Yunani Kuno, Persia kuno, China dan hampir seluruh peradaban manusia di masa lalu telah mengenal perbudakan. Dizaman Musa juga sudah ada perbudakan, Dan semua itu terjadi berabad-abad sebelum Islam datang.

Sedangkan negeri Arab termasuk negeri yang belakangan mengenal perbudakan, sebagaimana belakangan pula dalam mengenal kebejadan moral. Minuman keras, pemerkosaan, makan uang riba, menyembah berhala, dan budaya-budaya kotor lainnya bukan berasal dari negeri Arab, tetapi justru dari peradaban-peradaban besar manusia.

Ini penting kita pahami terlebih dahulu sebelum memvonis ajaran Islam. Negeri Arab adalah peradaban yang terakhir mengenal budaya-budaya kotor itu dari hasil persinggungan mereka dengan dunia luar. Karena orang Makkah itu biasa melakukan perjalanan dagang ke berbagai negeri. Justru dari peradaban-peradaban ‘maju’ lainnya itulah Arab mengenal kejahiliyahan. Perlu anda ketahui bahwa berhala-berhala yang pernah ada di depan dan mengotori ka’bah yang berjumlah 360 itu adalah produk impor. Yang terbesar di antaranya adalah Hubal yang asli produk impor dari negeri Yaman.

Saat itu dunia mengenal perbudakan dan berlaku secara internasional. Yaitu tiap budak ada tarif dan harganya. Dan ini sangat berpengaruh pada mekanisme pasar dunia saat itu. Bisa dikatakan bahwa budak adalah salah satu komoditi suatu negara. Dia bisa diperjual-belikan dan dimiliki sebagai investasi layaknya ternak. Dan hukum international saat itu membenarkan menyetubuhi budak milik sendiri, jadi memang hal tersebut sudah menjadi konvensi bahkan sebuah kelaziman. Bahkan semua tawanan perang secara otomatis menjadi budak pihak yang menang meski budak itu adalah keluarga kerajaan dan puteri-puteri pembesar. Ini semua terjadi bukan di Arab, tapi di peradaban-peradaban besar dunia saat itu. Arab hanya mendapat imbasnya saja.

Dalam kondisi dunia yang centang perenang itulah Islam diturunkan. Bukan hanya untuk dunia Arab, karena kejahiliyahan bukan milik bangsa Arab sendiri, justru ada di berbagai peradaban manusia saat itu. Maka wajar bila Al-Quran banyak menyebutkan fenomena yang ada pada masa itu termasuk perbudakan dan kebolehan menyetubuhi budak, itu semata-mata bukan ajaran Islam dan Bukan berarti Al-Quran mengakui perbudakan, tetapi merupakan petunjuk untuk melakukan kebijakan di tengah sistem kehidupan yang masih mengakui perbudakan saat itu.

Lalu mengapa Islam tidak langsung menghapuskan perbudakan saat itu? kita harus tahu Sementara itu, perbudakan tidaklah semata-mata penindasan, tapi pahamilah bahwa di masa itu perbudakan adalah komoditi. Harga budak itu cukup mahal. Seseorang dalam sekejap akan jatuh miskin bila secara tiba-tiba perbudakan dihapuskan oleh Islam. Seorang tuan yang memiliki 100 budak, akan menjadi fakir miskin bila pada suatu hari perbudakan dihapuskan. Padahal dia mendapatkan budak itu dari membeli dan mengeluarkan uang yang cukup besar serta menabung bertahun-tahun. Bila hal itu terjadi, di mana sisi keadilan bagi orang yang memiliki budak, sedangkan dia ditakdirkan hidup di zaman di mana perbudakan terjadi dan menjadi komoditi.

Karena itu Islam tidak secara tiba-tiba menghapuskan perbudakan dalam satu hari. Islam melakukannya dengan proses kultural dan ‘smooth‘. Banyak sekali hukuman dan kaffarah yang bentuknya membebaskan budak. Bahkan dalam syariah dikenal kredit pembebasan budak. Seorang budak boleh mencicil sejumlah uang untuk menebus dirinya sendiri yang tidak boleh dihalangi oleh tuannya. Sedikit demi sedikit tapi pasti, Dengan cara yang sistematis dan proses yang alami, perbudakan hilang dari dunia Islam jauh beberapa ratus tahun sebelum orang barat meninggalkan perbudakan. Jadi di dunia abad itu dengan negara-negara yang maraknya perbudakan, Islamlah yang sebenarnya mulai menghapuskan perbudakan yang kemudian diikuti berangsur-angsur oleh negara barat setelah universalisme Islam menyebar. Pantaslah seorang profesor India K.S Ramakrishna mengatakan Nabi Muhammad adalah pelindung hamba sahaya. Jadi jika ada yang mengatakan Islam adalah agama yang mengakui perbudakan dan perlakuan buruk terhadap budak, itu menunjukkan kedangkalan ilmunya karena Islamlah yang memulai menghapuskan perbudakan dan budak pada zaman itu pastilah berterimakasih kepada Islam.

Kalau hari ini ada orang yang bilang Al-Qur’an mengakui perbudakan, maka dia perlu belajar sejarah lebih dalam sebelum bicara. Pendapatnya itu hanya akan meperkenalkan kepada dunia tentang keterbatasan ilmunya dan pada gilirannya akan menjadi bahan tertawaan saja. Dengan sudah berakhirnya era perbudakan manusia oleh sebab turunnya agama Islam, maka otomatis urusan kebolehan menyetubuhi budak pun tidak perlu dibicarakan lagi. Sebab perbudakannya sendiri sudah dilenyapkan oleh syariah.

Mungkin ada yang bertanya, kalau perbudakan sudah lenyap, mengapa Al-Quran masih saja bicara tentang perbudakan? Untuk menjawab itu kita perlu melihat lebih luas. Marilah kita membuat pengandaian sederhana. Seandainya suatu ketika nanti entah kapan, terjadi perang dunia yang melumat semua kehidupan dunia. Lalu pasca perang itu peradaban umat manusia hancur lebur, mungkin juga peradaban manusia kembali lagi menjadi peradaban purba, lantas umat manusia yang jahiliyah kembali jatuh ke jurang perbudakan manusia, maka agama Islam masih punya hukum-hukum suci yang mengatur masalah perbudakan. Dan ingat, tidak ada jaminan bahwa fenomena perbudakan itu telah hilang untuk selamanya. Karena kejahiliyahan itu selalu berulang. Tidak ada jaminan bahwa kebobrokan umat terdahulu yang telah Allah hancurkan, di masa mendatang tidak kembali melakukannya. Termasuk perbudakan.

Kebetulan saja kita hari ini hidup di masa di mana perbudakan kelihatannya sudah tidak ada lagi. Tapi ingat, perbudakan baru saja berlalu beberapa ratus tahun yang lalu di Barat yang katanya modern. Jadi tidak ada ayat Al-Quran yang habis masa berlakunya. Di sisi lain, perhatikan Al-Quran dan Sunnah, hampir semua hukum yang berkaitan dengan perbudakan itu berintikan pembebasan mereka. Semua pintu yang mengarah kepada terbukanya pintu pembebasan budak terbuka lebar. Dan sebaliknya, semua pintu menuju kepada perbudakannya tertutup rapat. Dengan demikian, secara sistematis, jumlah budak akan habis sesuai perjalanan waktu.

Jadi, adalah kebohongan besar akibat ketidaktahuan mereka non-muslim sajalah yang sering dibungkus kebencian jika saat ini masih mengatakan ada perbudakan dalam Islam.

Sekarang bagaimanakah Bible mengatasi masalah perbudakan? Apakah dalam Bible perbudakan dilarang? Tidak! Justru dalam Bible banyak ditemukan masalah perbudakan dan Yesus sendiri tidak pernah memberikan ketegasan hukum untuk membebaskan budak.

Imamat 25:44-46
25:44 Tetapi budakmu laki-laki atau perempuan yang boleh kaumiliki adalah dari antara bangsa-bangsa yang di sekelilingmu; hanya dari antara merekalah kamu boleh membeli budak laki-laki dan perempuan.
25:45 Juga dari antara anak-anak pendatang yang tinggal di antaramu boleh kamu membelinya dan dari antara kaum mereka yang tinggal di antaramu, yang dilahirkan di negerimu. Orang-orang itu boleh menjadi milikmu.
25:46 Kamu harus membagikan mereka sebagai milik pusaka kepada anak-anakmu yang kemudian, supaya diwarisi sebagai milik; kamu harus memperbudakkan mereka untuk selama-lamanya, tetapi atas saudara-saudaramu, orang-orang Israel, janganlah memerintah dengan kejam yang satu sama yang lain.

Dalam ayat Imamat diatas dikatakan bahwa Tuhan memaklumi perbudakan dan penjualan terhadap budak. Bahkan dalam ayat selanjutnya Tuhan menyetujui perbudakan seumur hidup, budak harus dijadikan warisan kepada anak-anak dan diperbudak selamanya.

Keluaran 21:20-21
21:20 Apabila seseorang memukul budaknya laki-laki atau perempuan dengan tongkat, sehingga mati karena pukulan itu, pastilah budak itu dibalaskan.
21:21 Hanya jika budak itu masih hidup sehari dua, maka janganlah dituntut belanya, sebab budak itu adalah miliknya sendiri.

Dalam ayat Keluaran diatas Tuhan membenarkan pemukulan atau penyiksaan terhadap budak. Budak dapat dipukul oleh tuannya asal tidak sampai mati atau kematiannya baru terjadi setelah dua hari kemudian, pembelaan terhadap budak tersebut baru diterapkan setelah dia mati akibat pemukulan itu.

Keluaran 21:7-10
21:7 Apabila ada seorang menjual anaknya yang perempuan sebagai budak, maka perempuan itu tidak boleh keluar seperti cara budak-budak lelaki keluar.
21:8 Jika perempuan itu tidak disukai tuannya, yang telah menyediakannya bagi dirinya sendiri, maka haruslah tuannya itu mengizinkan ia ditebus; tuannya itu tidak berhak untuk menjualnya kepada bangsa asing, karena ia memungkiri janjinya kepada perempuan itu.
21:9 Jika tuannya itu menyediakannya bagi anaknya laki-laki, maka haruslah tuannya itu memperlakukannya seperti anak-anak perempuan berhak diperlakukan.
21:10 Jika tuannya itu mengambil perempuan lain, ia tidak boleh mengurangi makanan perempuan itu, pakaiannya dan persetubuhan dengan dia.

Dalam ayat diatas dikatakan bahwa seseorang dapat menjual anak perempuannya sebagai budak, sedang dalam Al-Qur'an sama sekali tidak ada anjuran untuk menjual anak perempuan sendiri sebagai budak, ini merupakan perbuatan keji. Ayat diatas juga mengatakan soal persetubuhan terhadap budak adalah kemakluman.

Yesus sendiri membenarkan pemukulan terhadap budak:
Lukas 12:47 Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.

Jadi dalam Bible sendiri banyak adanya fenomena perbudakan, dan jika disimak dalam Bible dan dalam ajaran Yesus tidak ada ketegasan untuk membebaskan budak atau menghapuskan perbudakan. Bahkan mungkin jika tanpa Islam dan Al-Qur'an perbudakan sampai saat ini masih tetap ada.

Terkadang Islam juga sering diserang cacian dengan adanya berita tentang negara Arab yang perlakuannya buruk terhadap TKI. Beberapa kali membaca bahwa penindasan dan perkosaan terhadap TKI itu disebabkan orang Arab sana yang mengganggap TKI itu budak. Itu jelas tidak dibenarkan dalam Islam. Mereka melakukan itu karena terpengaruh oleh budaya jahiliyah, dan lebih karena hawa nafsu maka mencari pembenaran saja. Islam sendiri sudah jelas berhasil menghapuskan sistem perbudakan yang notabene bukan berasal dari budaya Arab melainkan warisan jahiliyah budaya peradaban-peradaban besar sebelum Islam. Islam bukan Arab dan Arab belum tentu Islam, jadi tidak ada kaitannya kelakukan orang Arab dengan ajaran Islam. Terkadang lucu jika non-Muslim sering mengaitkan berita dari Arab dengan ajaran Islam, padahal kita ketahui bahwa mayoritas Muslim tersebesar didunia adalah Indonesia, jadi sebenarnya belum tentu orang Arab yang melakukan perbuatan buruk tersebut adalah orang Islam.

Ingat, Islam pernah membebaskan Arab dari keterpurukan moral, dan seandainya Arab kembali lagi keketerpurukan moralnya, maka itu bukan kesalahan Islam, tapi kesalahan mereka sendiri yang telah melupakan hukum Islam yang sempurna. Tapi perlu diketahui hukum Islam dalam Al-Qur'an firman Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam akan tetap jaya dimuka bumi ini dan tidak akan sirna oleh ulah tangan kejahiliyan bangsa manapun, karena Islam adalah ajaran universal yang tidak terikat dengan budaya bangsa apapun. Sama seperti bani Israel yang pernah terselamatkan oleh hukum Taurat dan banyaknya nabi yang muncul di kalangan mereka untuk menyadarkan mereka, tapi pada akhirnya bani Israel tetap menjadi bangsa biadab yang selalu membangkang Penciptanya yang pernah melebihkannya diatas segala umat, dan mereka tetap membangkang mungkin sampai hari kiamat kecuali sebagian kecil dari mereka.

Semoga Allah berkenan membukakan pintu hati mereka akibat ketidaktahuan mereka. Karena sungguh besar azab Allah untuk mereka yang senantiasa memperolok-olok ayat-ayat dan Rasul-Nya:

ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا
“Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok” (QS. Al-Kahfi' 18:106)

Maha Benar Allah Dengan Segala Firman-Nya
Salam Bagi Kaum Yang Mengikuti Petunjuk
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya. 
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb. 
 peraturan komentar: 
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa. 
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit. 
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post