Selama pemerintahan `Uthman, yang dipilih
oleh masyarakat melalui bai'ah (بيعة) yang
amat terkenal sebagai khalifah ketiga, umat Islam sibuk melibatkan diri di medan
jihad yang membawa Islam ke utara sampai ke Azerbaijan dan Armenia. Berangkat
dari suku kabilah dan provinsi yang beragam, sejak awal para pasukan tempur
memiliki dialek yang berlainan dan Nabi Muhammad , di luar kemestian, telah mengajar mereka
membaca AI-Qur'an dalam dialek masing-masing, karena dirasa sulit untuk
meninggalkan dialeknya secara spontan. Akan tetapi sebagai akibat adanya
perbedaan dalam menyebutkan huruf Al-Qur'an mulai menampakkan kerancuan dan
perselisihan dalam masyarakat.
1. Sikap 'Uthman terhadap Perselisihan
Bacaan
Hudhaifa bin al-Yaman dari perbatasan
Azerbaijan dan Armenia, yang telah menyatukan kekuatan perang Irak dengan
pasukan perang Suriah, pergi menemui 'uthman, setelah melihat perbedaan di
kalangan umat Islam di beberapa wilayah dalam membaca Al-Qur'an-Perbedaan yang
dapat mengancam lahimya perpecahan. "Oh khalifah, dia menasihati, 'Ambillah
tindakan untuk umat ini sebelum berselisih tentang kitab mereka seperti orang
Kristen dan Yahudi.' "1
Adanya perbedaan dalam bacaan Al-Qur'an
sebenarnya bukan barang baru sebab 'umar sudah mengantisipasi bahaya perbedaan
ini sejak zaman pemerintahannya. Dengan mengutus Ibn Mas'ud ke Irak, setelah
'umar diberitahukan bahwa dia mengajarkan AI-Qur'an dalam dialek Hudhail2 (sebagaimana Ibn Mas'ud
mempelajarinya), dan 'umar tampak naik pitam:
AI-Qur'an telah diturunkan dalam dialek Quraish ( قريش ),
maka ajarkanlah menggunakan dialek Quraish, bukan menggunakan dialek Hudhail.3 |
Dalam masalah ini komentar Ibn Hajar
dirasa sangat penting. "Bagi kalangan umat Islam bukan Arab yang ingin membaca
Al-Qur'an," katanya. "pilihan bacaan yang paling tepat adalah berdasarkan dialek
Quraishi (
). Sesungguhnya dialek Quraish merupakan pilihan terbaik bagi kalangan Muslim
bukan Arab (sebagaimana semua dialek Arab sama susahnya bagi Mereka).4
Hudhaifa bin al-Yaman mengingatkan
khalifah pada tahun 25 H dan pada tahun itu juga 'Uthman menyelesaikan masalah
perbedaan yang ada sampai tuntas. Beliau mengumpulkan umat Islam dan menerangkan
masalah perbedaan dalam bacaan AI-Qur'an sekaligus meminta pendapat mereka
tentang bacaan dalam beberapa dialek, walaupun beliau sadar bahwa beberapa orang
akan menganggap bahwa dialek tertentu lebih unggul sesuai dengan afliasi
kesukuan.5 Ketika ditanya
pendapatnya sendiri beliau menjawab (sebagaimana diceritakan oleh 'Ali bin Abi
Talib),
"Saya tahu bahwa kita ingin menyatukan manusia (umat Islam) pada satu Mushaf (dengan satu dialek) oleh sebab itu tidak akan ada perbedaan dan perselisihan" dan kami menyatakan "sebagai usulan yang sangat baik)."6 |
Terdapat dua riwayat tentang bagaimana
'uthman melakukan tugas ini. Sam di antaranya (yang lebih masyhur) beliau
membuat naskah mushaf semata-mata berdasarkan kepada Suhuf yang disimpan di
bawah penjagaan Hafsa, bekas istri Nabi Muhammad saw. riwayat kedua yang tidak
begitu terkenal menyatakan, 'uthman terlebih dahulu memberi wewenang
pengumpulan Mushaf dengan menggunakan sumber mana, sebelum membandingkannya
dengan Suhuf yang sudah ada. Kedua-dua versi riwayat sepaham bahwa Suhuf yang
ada pada Hafsa memainkan peranan penting dalam pembuatan Mushaf
'Uthmani.
2. 'Uthman Menyiapkan Mushaf Langsung
dari Suhuf
Berdasarkan pada riwayat pertama `Uthman
memutuskan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melacak Suhuf dari Hafsa,
mempercepat menyusun penulisan, dan memperbanyak naskah. AI-Bara'
meriwayatkan,
Kemudian 'Uthntan mengirim surat kepada
Hafsa yang menyatakan. "Kirimkanlah Suhuf kepada kami agar kami dapat membuat
naskah yang sempurna dan kemudian Suhuf akan kami kembalikan kepada anda." Hafsa
lalu mengirimkannya kepada 'Uthman, yang memerintahkan Zaid bin Thabit,
`Abdullah bin az-Zubair, Sa'id bin al-'As, dan 'AbdurRahman bin al-Harith bin
Hisham agar memperbanyak salinan (duplicate) naskah. Beliau
memberitahukan kepada tiga orang Quraishi, "Kalau kalian tidak setuju dengan
Zaid bin Thabit perihal apa saja mengenai Al-Qur'an, tulislah dalam dialek
Quraish sebagaimana AIQur'an telah diturunkan dalam logat mereka." Kemudian
mereka berbuat demikian, dan ketika mereka selesai membuat beberapa salinan
naskah `Uthman mengembalikan Suhuf itu kepada Hafsa...7
3. 'Uthman Membuat Naskah Mushaf
Tersendiri
i. Pelantikan Sebuah Panitia yang Terdiri dari Dua belas Orang
untuk Mengawasi Tugas Ini
Riwayat kedua adalah pendapat yang agak
rumit dan kompleks. Ibn Sirin, (w. 110 H.) meriwayatkan,
Ketika 'Uthman memutuskan untuk menyatukan ( جمع )
Al-Qur'an, dia mengumpulkan panitia yang terdiri dari dua belas orang dari
kedua-dua suku Quraish dan Ansar. Di antara mereka adalah Ubayy bin Ka'b dan
Zaid bin Thabit.8 |
Identitas dua betas orang ini bisa dilacak
melalui beberapa sumber. AIMu'arrij as-Sadusi menyatakan, "Mushaf yang baru
disiapkan diperlihatkan pada (1) Sa'id bin al-'As bin Sa'id bin al-'As untuk
dibaca ulang;"9 dia menambahkan
(2) Nafi' bin Zubair bin `Amr bin Naufal.10
Yang lain termasuk (3) Zaid bin
Thabit, (4) Ubayy bin Ka'b, (5) 'Abdullah bin az-Zubair, (6) 'Abrur-Rahman bin
Hisham, dan (7) Kathir bin Aflah.11 Ibn Hajar menyebutkan beberapa nama lain: (8) Anas bin Malik,
(9) ' Abdullah bin 'Abbas, dan (10) Malik bin Abi 'Amir.12 Dan al-Baqillani menyebutkan
selebihnya (11) 'Abdullah bin `Umar, dan (12) `Abdullah bin 'Amr bin al-'As.13
ii. Penyusunan Sebuah Naskah Sendiri
(Otonom)
'Uthman memercayakan pada dua belas orang
di atas tadi untuk mengurusi tugas ini dengan mengumpulkan dan menabulasikan
AI-Qur'an, yang ditulis di atas kertas kulit pada zaman Nabi Muhammad Sejarawan ulung,
Ibn `Asakir (w. 571 H.) menyebutkan dalam bukunya History of Damascus
(sejarah Damaskus):
Dalam ceramahnya 'Uthman mengatakan,
"Orang-orang telah berbeda dalam bacaan mereka, dan saya menganjurkan kepada
siapa saja yang memiliki ayat-ayat yang dituliskan di hadapan Nabi Muhammad 14 hendaklah diserahkan
kepadaku." Maka orang-orang pun menyerahkan ayat-ayatnya, yang ditulis diatas
kertas kulit dan tulang serta daun-daun, dan siapa saja yang menyumbang
memperbanyak kertas naskah, mulamula akan ditanya oleh `Uthman, "Apakah kamu
belajar ayat-ayat ini (seperti dibacakan) langsung dari Nabi sendiri?" Semua penyumbang
menjawab disertai sumpah,15
dan semua bahan yang dikumpulkan telah diberi tanda atau nama satu per satu yang
kemudian diserahkan pada Zaid bin Thabit.16
Malik bin AN 'Amir mengaitkan,
Saya salah seorang dari mereka yang
menulis Mushaf (dari sumber yang tertulis), dan jika ada kontroversi mengenai
ayat-ayat tertentu mereka akan bertanya, "Dari mana si penulis (di kertas kulit
ini)? Bagaimana Nahi Muhammad mengajar dia tentang ayat ini secara tepat?" Dan mereka
akan meringkas tulisan, dan meninggalkan sebagian tempat kosong dan
mengirimkannya kepada orang itu disertai pertanyaan untuk mengklarifikasi
tulisannya.17
Oleh karena itu, naskah Mushaf independen
itu muncul secara bertahap, dengan ke dua belas orang itu mengesampingkan semua
ayat yang tidak pasti dalam ejaan konvensional, agar supaya 'Uthman dapat
melihatnya secara pribadi.18 Abu `Ubaid mencatat beberapa masalah yang ada. Salah satu yang tidak
pasti contohnya dalam hal ejaan at-tabut, di mana menggunakan `t' terbuka
(maftuhah) ( التابوت ) atau tertutup (marbutah) (التابوة). Hani
al-Barbari, seorang langganan 'Uthman, meriwayatkan:
iii. 'Uthman Mengambil Suhuf dari 'A'ishah Sebagai
Perbandingan
'Umar bin Shabba, meriwayatkan melalui
Sawwar bin Shabib, melaporkan:
Saya masuk ke kelompok kecil untuk bertemu
dengan Ibn az-Zubair, lalu saya menanyakan kepadanya kenapa 'Uthman memusnahkan
semua naskah kuno AI-Qur,an.... Dia menjawab, "Pada zaman pemerintahan 'Umar ada
pembual bicara yang telah mendekati Khalifah memberitahukan kepadanya
bahwa orang-orang telah berbeda dalam membaca AI-Qur'an. ‘Umar menyelesaikan
masalah ini dengan mengumpulknn semua salinan naskah AI-Qur'an dan menyamakan
bacaan mereka, tetapi menderita yang sangat fatal akibat tikaman maut sebelum
beliau dapat melakukan upaya lebih lanjut. Pada zaman pemerintahan ‘Uthman orang
yang sama datang untuk mengingatkannya masalah yang sama di mana kemudian
‘Uthman memerintahkan untuk membuat Mushaf tersendiri (independent). Lalu dia
mengutus saya menemui bekas istri Nabi Muhammad %%% , ‘A'ishah, agar mengambil
kertas kulit (suhuf) yang Nabi Muhammad %%% sendiri telah mendiktekan
keseluruhan Al-Qur'an. Mushaf yang dikumpulkan secara independent kemudian di
dibandingkan dengan Suhuf ini, dan setelah melakukan koreksi terhadap
kesalahan-kesalahan yang ada, kemudian ia menyuruh agar semua salinan naskah
Al-Qur'an dimusnahkan.23
Walaupun riwayat ini dianggap lemah
menurut ukuran para ahli hadith (traditionist), tapi ada gunanya dalam
menyebutkan riwayat ini yang menerangkan pengambilan Suhuf yang ada di bawah
pengawasan atau penjagaan ‘A'ishah.24 Riwayat di bawah ini bagaimanapun menguatkan riwayat
sebelumnya. Ibn Shabba meriwayatkan dari ‘Harun bin ‘Umar, yang mengaitkan
bahwa,
Ketika ‘Uthman hendak membuat salinan
(naskah) resmi, dia meminta ‘A'ishah agar mengirimkan kepadanya kertas kulit
(Suhuf) yang dibacakan oleh Nabi Muhammad %%%. yang disimpan di rumahnya.
Kemudian dia menyuruh Zaid bin Thabit membetulkan sebagaimana mestinya, pada
waktu itu beliau merasa sibuk dan ingin mencurahkan waktunya mengurus masyarakat
dan membuat ketentuan hukum sesama mereka.25
Begitu juga [bn Ushta (w. 360 H./ 971 M.) melaporkan di dalam al
Masahif, dalam penyelesaian masalah pembuatan naskah AI-Qur an tersendiri dengan
menggunakan sumber utama, ‘Uthman mengutus seseorang ke rumah ‘A'ishah agar
mengambil Suhuf Dalam usaha ini beberapa kesalahan telah terjadi dalam Mushaf
yang kemudian ditashih sebagaimana mestinya.26
Dan riwayat-riwayat ini kita tahu bahwa
'Uthman menyiapkan salinan Mushaf independent berdasarkan secara keseluruhannya
pada sumber-sumber primer termasuk tulisan-tulisan sahabat ditambah dengan Suhuf
dari 'A'ishah.27
iv. 'Uthman Mengambil Suhuf dari Hafsa
Guna Melakukan Verifikasi
Jadi pada waktu itu naskah yang dibuat
sendiri (independen) telah dibandingkan dengan Suhuf resmi yang sejak semula ada
pada Hafsah.
Seseorang bisa jadi keheran-heranan
mengapa khalifah 'Uthman bersusah payah mengumpulkan naskah tersendiri (otonom)
sedang akhimya juga dibandingkan dengan Suhuf juga. Alasannya yang paling
mendekati kemungkinan barangkali sekadar upaya simbolik. Satu dasawarsa
sebelumnya ribuan sahabat, yang sibuk berperang melawan orang-orang murtad di
Yamamah dan di tempat lainnya, tidak bisa berpartisipasi dalam kompilasi Suhuf
Untuk menarik lebih banyak kompilasi bahan-bahan tulisan, naskah 'Uthman
tersendiri (independen) memberi kesempatan kepada sahabat yang masih hidup untuk
melakukan usaha yang penting ini.
Dalam keterangan di atas, tidak terdapat
inkonsistensi di antara Suhuf dan Mushaf tersendiri (independen), dan dari dua
kesimpulan yang luas ini terdapat: pertama, sejak awal teks AI-Qur'an sudah
benar-benar kukuh dan tidak cair (sebagaimana sementara menuduh) dan rapuh
sehingga abad ketiga; dan kedua, Metodologi yang dipakai dalam kompilasi
AI-Qur'an pada zaman kedua pemerintahan sangat tepat dan akurat.
--------------------------------------------
1. AI-Bukhari,
Sahih, hadith no. 4987; Abu 'Ubaid, FadA'il, hlm. 282. terdapat
banyak lagi laporan tentang masalah ini.
2. Salah satu
suku mayoritas di daratan Arabia pada zaman itu.
3. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 9, Kutipan Abu Dawud
3. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 9, Kutipan Abu Dawud
4. lbid,
ix: 27
5. Lihat Abi
Dawud, al -Masahif, hlm. 22. Dalam kejadian ini banyak perbedaan pendapar
telah diberikan dalam menentukan tahun yang sebenar dari tahun 25-30 Hijrah.
Saya mengadopsi pendirian Ibn Hajar. Lihat as Suyuti, al-Itqan, I :
170.
6. Ibn Abi
Dawud, al-Magahif, hlm. 22. Lihat juga Ibn Hajar, Farhul Bari, x:
402.
7. Ibn Hajar,
Fathul Bari, ix: ii, hadith no. 4987; Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 19-20; Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm. 282
8. Ibn Sa'd,
Tabaqat, iii/2:62. perlu dicatat bahwa Ibn Sirin menggunakan kata جمع
(mengumpulkan).
13.
AI-Baqillani, al-Intisar (ringkasan), hlm. 358.
14.
Penjelasan yang cukup detail tentang salah satu Mushaf pribadi (lihat hlm.
100-2) yang mengemukakan bahwa kedua belas orang tersebut terbagi kepada Iebih
dari satu kelompok, yang setiap dari mereka membaca (mendiktekan) dan bekerja
secara independen.
15. Ibn
Manzur, Mukhtasr Tarikh Dimashq, xvi: 17l-2; lihat juga Ibn Abi Dawud,
al-Masahif, hlm. 23-24.
16. A.
Jeffery (Penyunting), Muqaddimatan, hlm. 22. Tanda (seperti nama penulis)
mungkin bisa disimpulkan dari pernyataan Malik di kutipan
selanjutnya.
17. Ibn Abi
Dawud, al-Masahif, hlm. 21-22
18. Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 19, 25.
19. Qur'an 2:259.
18. Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 19, 25.
19. Qur'an 2:259.
23. Ibn
Shabba, Tarikh al-Madinah, hlm. 990-991; lihat juga as-Suyuti,
al-Itqan, ii:272, Mengutip buku Ibn Ushta, al-Masahif.
24. Salah
satu perawi di riwayat ini sangat rendah reputasinya ( %%% : matruk).
25. Hat Shabba, Tarikh al-Madinah, hlm. 997
25. Hat Shabba, Tarikh al-Madinah, hlm. 997
26.
As-Suyuti, al-Itqan, ii: 272
27. Ini boleh
disimpulkan dalam hadith berikut ini yang diriwayatkan oleh
al-Bukhari,
|
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya.
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb.
peraturan komentar:
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa.
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit.
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan
atas hak dan wewenang apa utsman melakukan standarisasi quran?
ReplyDeleteApakah utsman nabi ?
Raja dan pembesar duniawi manapun dilarang mengutak-atik apalagi mengubah2 firman ALLAH
Slahnya apa dengan standarisasi Usman, Usman bukan merubah kitab Allah, tidak mengotak-atik Al-Qur'ann, tidak merubah satu hurufpun dari Al-Qur'an, Usman hanya menyusun Al-Qur'an sesuai dengan apa yang diperintahkan Rasulullah Saw tentang urutan surah, ayat dari Al-Qur'an. karena dimasa itu penulisan Al-Qur'an tidak sesuai dengan penulisan yang diperintahkan Rasulullah Saw maka Usman meluruskan dan membuat standar seperti yang Rasulullah Ajarkan, Mushaf yang tidak standar dimusnahkan.
ReplyDeleteberbeda dengan Alkitab yang memang telah diubah-ubah tangan manusia, kanon Alkitab terdapat banyak perbedaan antara kanon satu dengan lainnya. kanon yang dgunakan Protestan tidak sama dengan kanon yang digunakan Katolik yang selisih ribuan ayat, ratusan pasal beda kitab.
Katolik dan Protestan sama-sama punya kitab daniel tapi kitab danielnya beda pasal satu sama lain. Jika pertanyaanya saya kembalikan kepada kamu, apa otoritas Protestan Menolak kanon beberapa kitab yang dipercaya Katolik bagian dari Alkitab?
apa otoritas Katolik memasukan Kanon Kedua ke dalam Alkitab sementara Kanon Kedua tidak dipercaya sebagai bagian dari Alkitab oleh mayoritas Kristen?
Raja dan pembesar duniawi manapun dilarang mengutak-atik apalagi mengubah2 firman ALLAH
apa salahnya standarisasi Utsman ?
ReplyDeleteApa anda ga bisa mikir ?
Itu mengubah wahyu allah !!! alquran yg beredar di standarisasikan, dan MEMBAKAR alquran bahkan alquran abu bakar yg ia pinjam.
Atas dasar wewenang siapa ia, utsman, melakukan hal tsb ?
Jika Utsman tidakmerasa bersalah atas perbuatannya membakar musnaf2 yg sejarusnya dipelihara
ReplyDeletemaka untuk apa ia bertobat ?
Pada akhir tahun 34 Hijriah daulah islam mulai dilanda fitnah. Yang menjadi sasarannya adalah Utsman Ra sampai mengakibatkan beliau terbunuh pada tahun berikutnya.
Fitnah yang keji datang dari Mesir berupa tuduhan-tuduhan palsu yang dibawa oleh orang-orang yang datang hendak umroh pada bulan Rajab.
Ali bin Abi Thalib Ra mati-matian membela Utsman dan menyangkal tuduhan mereka. Ali juga menanyakan keluhan dan tuduhan mereka, tapi mereka menjawab, "Utsman membakar mushhaf-mushhaf, shalat penuh (tidak qashar) di Mekah, mengkhususkan sumber air untuk kepentingan dirinya sediri dan mengangkat penjabat dari kalangan muda. Ia juga mengutamakan segala fasilitas untuk Bani Umayyah (golongannya) melebihi orang lain."
Pada hari Jumat Utsman berkhotbah dan mengangkat tangannya seraya berkata, "Ya, Allah aku beristighfar dan bertobat Kepada-Mu. Aku bertobat atas perbuatanku."
standari sasi Usman seperti yang seaya sebutkan untuk menyeragamkan Al-Qur'an sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh rasulullah Saw. tidak ada yang salah justru di sana Usman meluruskan penulisan yang benar dari Al-Qur'an. membakar, memang Usman membakar mushaf Al-Qur'an yang tidak sesuai standar Rasul.
ReplyDeletetidak ada versi-versian di sini, Kamu hraus tahu bahwa Al-Qur'an di masa shahabat tidak ditulis, tetapi yang ditulis adalah Al-Qur'an yang dicampur dengan tafsiran, dan maksud dari ayat. itu pun hanya bagian2 penting dari Al-Qur'an, sementara Al-Qur'an secara keseluruahn tidak ditulis karena mereka sudah Hafal di luar kepala. maka dari itu usman menetapkan standar bahwa jika ingin menulis Al-Qur'an tulislah sesuai dengan standar atau hafalan dari urutan awal sampai akhir. Bukan tulisan sepotong-sepotong atau tercampur tafsiran, atau hanya potongan-potonga surah.
beda dengan Alkitab alkitab penulisnya anonim, saksinya anonim, kejujuran penulis tidak diketahui. jangan aneh kalu ujungnya kanon protestan dan ketolik tak sama.
untuk menyeragamkan Al-Qur'an ?
ReplyDeleteArtinya anda mengakui alquran itu bermacam-macam ya?
tidak ada yang salah justru di sana Usman meluruskan penulisan yang benar
Koq kalau tidak ada yang salah malah diluruskan ? jangan-jangan nanti bengkok darpada lurus
idak ada versi-versian di sini, Kamu hraus tahu bahwa Al-Qur'an di masa shahabat tidak ditulis,
Tu Alquran abu bakar yang dipinjam utsman bagaimana bentuknya? Apa bentuk alquran Abu bakar jua berupa khayalan saja?
------------------Pikirkan -----------------------------------------------------
Sejarah mencatat bahwa di awal beredarnya ajara Islam ada banyak mushaf yang menimbulkan perselisihan. Perselisihan itu begitu keras sampai satu sama lain saling mengatakan kafir. Semua itu bisa terjadi karena masalah dialek saja…?
Apakah TUHAN salah menurunkan kitab ke bangsa Arab…?
Hanya karena masalah dialek saja tidak satupun Qur'an yang otentik yang bertahan…?
Baik itu yang ditulis semasa Muhammad hidup, maupun yang dikumpulkan Abu Bakar, plus mushaf karya dua orang yang direkomendasikan Muhammad semuanya dibakar…?
Muhamamd TIDAK complain pada alquran sang mertua abu bakar....tapi karena diangap utsman berbeda ya dibakar juga
DIBAKAR ITU MENUNJUKAN BERBEDA, kalau sama buat apa dibakar ?
Langkah pertama untuk memusnahkan suatu bangsa adalah menghapuskan memorinya, hancurkan buku-bukunya, kebudayaan dan sejarahnya.
ReplyDeleteMAKA
Tak lama setelah itu, bangsa tersebut akan lupa pada apa yang terjadi, baik sekarang maupun di masa lampau.
Dunia sekelilingnya bahkan akan melupakannya lebih cepat...
Bangsa arab pra muhammad bukan bangsa yang terbelakang seperti yang diyakini sekarang ini. Karya-karya sastranya bagus. Barang-barangnya (hasil kerajinan tangannya) baik. Mengapa jadi terbelakang seperti sekarang ini ?
Mau tunjuk hidung Amerika ?
lebih baik tunjuk hidung utsman
Pada masa kepemimpinan Utsman terjadi perpecahan di dalam masyarakat Islam, karena ada beberapa mushaf yang beredar. Oleh karena itu Utsman berpikir untuk melakukan standarisasi Alquran, salah satu langkahnya dengan menyalin mushaf Abu Bakar yang dipegang Hafsah. Setelah Mushafnya selesai Utsman memutuskan untuk membakar mushaf yang lain. Bahkan mushaf yang dibuat oleh orang-orang yang direkomendasikan oleh Muhammad sendiri untuk mengajarkan Quran turut dibakar (yg pada akhirnya termasuk Alqurannya abu bakar sendiri).
ReplyDeleteMengapa dialek bisa membuat perbedaan pemahaman yang sedemikian parahnya…?
Mengapa Utsman dengan sengaja tidak melibatkan orang-orang yang direkomendasikan Muhammad…?
Bahkan Abdullah>/i> orang yang paling dipercaya Muhammad untuk mengajarkan Qur'an mengatakan jika menerima mushaf Utsman itu berarti dia harus mengabaikan yang diterimanya langsung dari mulut Muhammad.
Mengapa Mushaf yang lain dibakar…?
Jika benar Utsman hanya menyalin dari Mushaf Abu Bakar berarti tidak ada yang berbeda.
Kenapa dibakar juga…?
Kenapa Utsman berani membakar…?
Siapa yang memberikan otoritas itu…?
Sebelumnya alasan Utsman melakukan stadarisasi agar pembacaan sesuai dengan dialek Quraish. Ini sangatlah aneh, karena mushaf Abu Bakar yang dikembalikan ke Hafsah pun dibakar setelah Hafsah meninggal.
Bukankah penulis mushaf Utsman dan mushaf Abu Bakar adalah orang yang sama…? Dia adalah Zaid bin Tsabit yang adalah penulis pada masa Muhammad. Dengan demikian tulisan Zaid bin Tsabit ini lulus sensor Muhammad.
Saya ulangi lagi....TULISAN ZAID BIN TSABIT PASTI SUDAH LULUS SENSOR MUHAMMAD. Seharusnya itu pula yang dituliskannya pada mushaf Abu Bakar.
Jadi tidak ada lagi alasan bahwa ada perubahan pada mushaf Utsman karena penulisnya orang yg sama.
Logikanya Zaid harus menuliskan sesuatu yang sudah mendapat persetujuan Muhammad semasa hidupnya; alias tinggal mengulangi saja yang dilakukannya di hadapan Muhammad.
Ada dua TITIK DILEMA di sini:
--- JIKA PADA MUSHAF UTSMAN TERJADI PERUBAHAN, maka apabila umat Islam menyetujui itu, berarti umat Islam menyetujui bahwa pemahaman Utsman lebih baik daripada Muhammad, karena Utsman melakukan revisi atas sesuatu yang sudah diterima Muhammad.
--- JIKA PADA MUSHAF UTSMAN TIDAK TERJADI PERUBAHAN, maka umat Islam harus memahami bahwa UTSMAN membakar mushaf yang tidak ada kesalahan di dalamnya, alias UTSMAN adalah pelaku pembakaran Qur'an yang pertama di muka bumi
Artinya anda mengakui alquran itu bermacam-macam ya?
ReplyDeleteJawab: Al-Qur’an tidak
bermacam-macam, yang bermacam-macam itu Mushaf Al-Qur’an.
Ketika ada Mushaf Al-Qur’an yang
tidak sesuai dengan kaidah penulisan Al-Qur’an maka secara otomatis Mushaf
Al-Qur’annya harus dikoreksi harus diluruskan.
Koq kalau tidak ada yang salah malah diluruskan ? jangan-jangan nanti
bengkok darpada lurus
Jawab: Seperti yg sudah saya sebutkan sebelumnya,
Penulisan Mushaf Al-Quran dimasa sahabat tidak sekedar menuliskan Al-Qur’an
tapi terkadang tercampur dengan Tafsirnya secara bersamaannya, dan penulisannya
pun tidak utuh, hanya potongan ayat, atau potongan surah berikut tafsirnya. Agar
tidak menyebabkan persoalan dikemudian hari Usman menetapkan bahwa jika ingin
menulis Al-Qur’an maka harus sesuai dengan Al-Qur’an yaitu Hanya menuliskan
Al-Qur’an saja tanpa mencampur tafsir di dalamnya, kemudian menulis secara utuh
dari surat dan ayat-ayatnya, kemudian harus sesuai dengan urutan-urutan yang
telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw.
Bukan menulis secara sembarangan,
mana surah awal mana surah akhir, apa lagi tercampur antara tafsir dan ayat
Al-Qur’an.
Tu Alquran abu bakar yang dipinjam utsman bagaimana bentuknya? Apa bentuk
alquran Abu bakar jua berupa khayalan saja? Koq bisa dibakar juga ya ?
Jawab: Mushaf Al-Qur’an yang
dibakar memang tidak sesuai standar penulisan yang benar. Oleh karena itu DI
bakar dimusnahkan agar tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari. Maka dari
itu di masa selanjutnya, Penulisan Mushaf Al-Qur’an ditulis sendiri. Penulisan
Hadits ditulis dikitab senidri, penulisan Tafsir Al-Qur’an ditulis di kitab
sendiri, dan penulisan Asbabun Nuzul ditulis di kitab sendiri, tidak dicampur
aduk.
Paham?
------------------Pikirkan
-------------------------------------------------
Sejarah mencatat bahwa di awal beredarnya ajara Islam ada banyak mushaf yang
menimbulkan perselisihan. Perselisihan itu begitu keras sampai satu sama lain
saling mengatakan kafir. Semua itu bisa terjadi karena masalah dialek saja…?
Jawab: makanya sudah saya
sebutkan sebelumnya penulisan Al-Qur’an yang tidak sesuai standar akan membawa
persoalan karena saat itu walaupun umat Islam mayoritas Hafal Al-Qur’an, mereka
yang tidak hafal Al-Qur’an akan kebingungan ketika membaca mushaf Al-Qur’an
yang ditulis tidak sesuai standar yang benar. Maka mereka yg tidak hafal al-Qur’an
wajar saja saling cek cok karena terjadi perbedaan mushaf Al-Qur’an
Apakah TUHAN salah menurunkan kitab ke bangsa Arab…?
Hanya karena masalah dialek saja tidak satupun Qur'an yang
otentik yang bertahan…?
Jawab: salah? Kamunya saja
yang tidak paham, Al-Qur’an ditulis dalam dialeg lain masih eksis hingga
sekarang. Makanya dikenal 7 qiraat, qiraatus sab’ah, tujuh macam bacaan Al-Qur’an
bahkan diperlombakan di MTQ.
Baik itu yang
ditulis semasa Muhammad hidup, maupun yang dikumpulkan Abu Bakar, plus
mushaf karya dua orang yang direkomendasikan Muhammad semuanya dibakar…?
Muhamamd TIDAK complain pada alquran sang mertua abu bakar....tapi karena
diangap utsman berbeda ya dibakar juga
DIBAKAR ITU MENUNJUKAN BERBEDA, kalau sama buat apa dibakar ?
Jawab: Jelas dibakar karena
berbeda dan tidak standar. Al-Qur’an dimasa awal dijaga dengan hafalan, ketika
ada penulisan, bukan menulis Al-Qur’an untuk menuliskan Mushaf Al-Qur’an tapi
untuk tujuan lain semisal mengajarkan Al-Qur’an, tafsir, penulsian asbabun
Nuzul. Faktanya adalah naskah Asli
Mushaf Rasulullah Saw tidak dibakar. Disimpan oleh Hafsah dan diwariskan
digenerasi ke generasi dan sekarang ada di Museum Iraq.
Jadi tuduhan kalian tidak
memiliki dasar yang kuat sama sekali.
anda ini sudah bodoh, ngotot pula...
ReplyDelete1. Penulisan Mushaf Al-Quran dimasa sahabat tidak sekedar menuliskan Al-Qur’an tapi terkadang tercampur dengan Tafsirnya secara
Apa anda hendak menyatakan ada campur tanganmanusia ikut2an menulis alquran ?
2. Ketika ada Mushaf Al-Qur’an yangtidak sesuai dengan kaidah penulisan Al-Qur’an maka secara otomatis Mushaf
Al-Qur’annya harus dikoreksi harus diluruskan.
ARTINYA ada angan manusia ikut2an nulis !!!
Muhammad tidak kompalin pd alquran abu bakar, Utsman koq komplain ??????
Sekretaris nabi menulis alquran abu bakar, ia juga yg menulsi alquran ustams... KOK DIBAKAR ?
inilah domba tidak tahu soal Al-Qur'an tapi memaksakan kehendaknya untuk ditertawakan karena kebodohannya.
ReplyDeletedimasa nabi semua shahabat mayoritas semuanya hafal Al-Qur'an.
jadi menulis Al-Qur'an ke dalam mushaf itu tidak perlu, tidak penting.
oleh karena itu ketika merka menulis Al-Qur'an ke dalam Mushaf maka dapat dipastikan mereka bukan sekedar menulis Al-Qur'an tapi pasti ada maksud lain semisal mencatat Tafsir ayat-ayat tertentu, mencatat asbabun Nuzul / perisitwa turunnya ayat, atau mencatat beberapa Potong ayat Al-Qur'an yg mungkin belum dihafal atau hendak diajarkan kepada yang lain...
dalam kondisi seperti ini secara otomatis Ayat Al-Qur'an yg tertulis di Mushaf tidak sesuai dengan apa yang mereka Hafal. / tidak standar.
makanya Usman menetapkan standar jika menulis Al-Qur'an maka tulislah Al-Qur'an sesuai standar yakni sesuai dengan urutan al-Qur'an dan tidak dicampur aduk dengan lainnya.
kalau mau menulis tafsir atau asbabun nuzul tulislah dikitab lain. jangan disatukan dengan Al-Qur'an
Tulisan Tangan Zaid dibakar juga mengalami hal yang sama dengan al-Qur'an lainnya dimana dia hafal AL-Qur'an karena hafal ya dia tidak merasa pelru menulis Al-Qur'an secara terurut, secara rapi sesuai dengan urutan surah. di masa Usman, Usman tidak mau seperti itu, dia mau sesuai dengan urutan surah, dan lengkap tidak tercampur apapun selain Al-Qur'an. oleh karena itu mushaf Zaid pun dibakar. namun yang selalu dilupakan oleh kalian adalah ada banyak mushaf lain yang tidak dibakar. semisal mushaf Hafsah yang merupakan peninggalan nabi tidak dibakar. Mushaf Aisyah yang merupakan Mushaf Istri nabi tidak dibakar, Mushaf Ibnu Masud yg katanya dibakar tapi ternyata masih ada di Museum, dll.
tuduhan kalian itu sangat tidak masuk akal sama sekali.
Post a Comment