Sejarah Teks Al-Qur'an Bagian 7 MUSHAF 'UTHMANI


The History of The Qur'anic Text  hal 97 - 105

Selama pemerintahan `Uthman, yang dipilih oleh masyarakat melalui bai'ah (بيعة) yang amat terkenal sebagai khalifah ketiga, umat Islam sibuk melibatkan diri di medan jihad yang membawa Islam ke utara sampai ke Azerbaijan dan Armenia. Berangkat dari suku kabilah dan provinsi yang beragam, sejak awal para pasukan tempur memiliki dialek yang berlainan dan Nabi Muhammad , di luar kemestian, telah mengajar mereka membaca AI-Qur'an dalam dialek masing-masing, karena dirasa sulit untuk meninggalkan dialeknya secara spontan. Akan tetapi sebagai akibat adanya perbedaan dalam menyebutkan huruf Al-Qur'an mulai menampakkan kerancuan dan perselisihan dalam masyarakat.

1. Sikap 'Uthman terhadap Perselisihan Bacaan

Hudhaifa bin al-Yaman dari perbatasan Azerbaijan dan Armenia, yang telah menyatukan kekuatan perang Irak dengan pasukan perang Suriah, pergi menemui 'uthman, setelah melihat perbedaan di kalangan umat Islam di beberapa wilayah dalam membaca Al-Qur'an-Perbedaan yang dapat mengan­cam lahimya perpecahan. "Oh khalifah, dia menasihati, 'Ambillah tindakan untuk umat ini sebelum berselisih tentang kitab mereka seperti orang Kristen dan Yahudi.' "1
 
Adanya perbedaan dalam bacaan Al-Qur'an sebenarnya bukan barang baru sebab 'umar sudah mengantisipasi bahaya perbedaan ini sejak zaman pemerintahannya. Dengan mengutus Ibn Mas'ud ke Irak, setelah 'umar diberitahukan bahwa dia mengajarkan AI-Qur'an dalam dialek Hudhail2 (sebagaimana Ibn Mas'ud mempelajarinya), dan 'umar tampak naik pitam:
 
AI-Qur'an telah diturunkan dalam dialek Quraish ( قريش ), maka ajarkanlah menggunakan dialek Quraish, bukan menggunakan dialek Hudhail.3

Dalam masalah ini komentar Ibn Hajar dirasa sangat penting. "Bagi kalangan umat Islam bukan Arab yang ingin membaca Al-Qur'an," katanya. "pilihan bacaan yang paling tepat adalah berdasarkan dialek Quraishi (  ). Sesungguhnya dialek Quraish merupakan pilihan terbaik bagi kalangan Muslim bukan Arab (sebagaimana semua dialek Arab sama susahnya bagi Mereka).4
 
Hudhaifa bin al-Yaman mengingatkan khalifah pada tahun 25 H dan pada tahun itu juga 'Uthman menyelesaikan masalah perbedaan yang ada sampai tuntas. Beliau mengumpulkan umat Islam dan menerangkan masalah perbedaan dalam bacaan AI-Qur'an sekaligus meminta pendapat mereka tentang bacaan dalam beberapa dialek, walaupun beliau sadar bahwa beberapa orang akan menganggap bahwa dialek tertentu lebih unggul sesuai dengan afliasi kesukuan.5 Ketika ditanya pendapatnya sendiri beliau menjawab (sebagaimana diceritakan oleh 'Ali bin Abi Talib),

"Saya tahu bahwa kita ingin menyatukan manusia (umat Islam) pada satu Mushaf (dengan satu dialek) oleh sebab itu tidak akan ada perbedaan dan perselisihan" dan kami menyatakan "sebagai usulan yang sangat baik)."6

Terdapat dua riwayat tentang bagaimana 'uthman melakukan tugas ini. Sam di antaranya (yang lebih masyhur) beliau membuat naskah mushaf semata-mata berdasarkan kepada Suhuf yang disimpan di bawah penjagaan Hafsa, bekas istri Nabi Muhammad saw. riwayat kedua yang tidak begitu terkenal menyatakan, 'uthman terlebih dahulu memberi wewenang pengum­pulan Mushaf dengan menggunakan sumber mana, sebelum membandingkannya dengan Suhuf yang sudah ada. Kedua-dua versi riwayat sepaham bahwa Suhuf yang ada pada Hafsa memainkan peranan penting dalam pembuatan Mushaf 'Uthmani.
 
2. 'Uthman Menyiapkan Mushaf Langsung dari Suhuf
 
Berdasarkan pada riwayat pertama `Uthman memutuskan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melacak Suhuf dari Hafsa, mempercepat menyusun penulisan, dan memperbanyak naskah. AI-Bara' meriwayatkan,
 
Kemudian 'Uthntan mengirim surat kepada Hafsa yang menyatakan. "Kirimkanlah Suhuf kepada kami agar kami dapat membuat naskah yang sempurna dan kemudian Suhuf akan kami kembalikan kepada anda." Hafsa lalu mengirimkannya kepada 'Uthman, yang memerintahkan Zaid bin Thabit, `Abdullah bin az-Zubair, Sa'id bin al-'As, dan 'Abdur­Rahman bin al-Harith bin Hisham agar memperbanyak salinan (duplicate) naskah. Beliau memberitahukan kepada tiga orang Quraishi, "Kalau kalian tidak setuju dengan Zaid bin Thabit perihal apa saja mengenai Al-Qur'an, tulislah dalam dialek Quraish sebagaimana AI­Qur'an telah diturunkan dalam logat mereka." Kemudian mereka berbuat demikian, dan ketika mereka selesai membuat beberapa salinan naskah `Uthman mengembalikan Suhuf itu kepada Hafsa...7
 
3. 'Uthman Membuat Naskah Mushaf Tersendiri
 
i. Pelantikan Sebuah Panitia yang Terdiri dari Dua belas Orang untuk Mengawasi Tugas Ini
 
Riwayat kedua adalah pendapat yang agak rumit dan kompleks. Ibn Sirin, (w. 110 H.) meriwayatkan,
Ketika 'Uthman memutuskan untuk menyatukan ( جمع ) Al-Qur'an, dia mengumpulkan panitia yang terdiri dari dua belas orang dari kedua-dua suku Quraish dan Ansar. Di antara mereka adalah Ubayy bin Ka'b dan Zaid bin Thabit.8


Identitas dua betas orang ini bisa dilacak melalui beberapa sumber. AI­Mu'arrij as-Sadusi menyatakan, "Mushaf yang baru disiapkan diperlihatkan pada (1) Sa'id bin al-'As bin Sa'id bin al-'As untuk dibaca ulang;"9 dia menambahkan (2) Nafi' bin Zubair bin `Amr bin Naufal.10 Yang lain termasuk (3) Zaid bin Thabit, (4) Ubayy bin Ka'b, (5) 'Abdullah bin az-Zubair, (6) 'Abrur-Rahman bin Hisham, dan (7) Kathir bin Aflah.11 Ibn Hajar menyebutkan beberapa nama lain: (8) Anas bin Malik, (9) ' Abdullah bin 'Abbas, dan (10) Malik bin Abi 'Amir.12 Dan al-Baqillani menyebutkan selebihnya (11) 'Abdullah bin `Umar, dan (12) `Abdullah bin 'Amr bin al-'As.13
ii. Penyusunan Sebuah Naskah Sendiri (Otonom)
 
'Uthman memercayakan pada dua belas orang di atas tadi untuk mengurusi tugas ini dengan mengumpulkan dan menabulasikan AI-Qur'an, yang ditulis di atas kertas kulit pada zaman Nabi Muhammad   Sejarawan ulung, Ibn `Asakir (w. 571 H.) menyebutkan dalam bukunya History of Damascus (sejarah Damaskus):
 
Dalam ceramahnya 'Uthman mengatakan, "Orang-orang telah berbeda dalam bacaan mereka, dan saya menganjurkan kepada siapa saja yang memiliki ayat-ayat yang dituliskan di hadapan Nabi Muhammad   14 hendaklah diserahkan kepadaku." Maka orang-orang pun menyerahkan ayat-ayatnya, yang ditulis diatas kertas kulit dan tulang serta daun-daun, dan siapa saja yang menyumbang memperbanyak kertas naskah, mula­mula akan ditanya oleh `Uthman, "Apakah kamu belajar ayat-ayat ini (seperti dibacakan) langsung dari Nabi sendiri?" Semua penyumbang menjawab disertai sumpah,15 dan semua bahan yang dikumpulkan telah diberi tanda atau nama satu per satu yang kemudian diserahkan pada Zaid bin Thabit.16
 
Malik bin AN 'Amir mengaitkan,
 
Saya salah seorang dari mereka yang menulis Mushaf (dari sumber yang tertulis), dan jika ada kontroversi mengenai ayat-ayat tertentu mereka akan bertanya, "Dari mana si penulis (di kertas kulit ini)? Bagaimana Nahi Muhammad   mengajar dia tentang ayat ini secara tepat?" Dan mereka akan meringkas tulisan, dan meninggalkan sebagian tempat kosong dan mengirimkannya kepada orang itu disertai pertanyaan untuk mengklarifikasi tulisannya.17
 
Oleh karena itu, naskah Mushaf independen itu muncul secara bertahap, dengan ke dua belas orang itu mengesampingkan semua ayat yang tidak pasti dalam ejaan konvensional, agar supaya 'Uthman dapat melihatnya secara pribadi.18 Abu `Ubaid mencatat beberapa masalah yang ada. Salah satu yang tidak pasti contohnya dalam hal ejaan at-tabut, di mana menggunakan `t' terbuka (maftuhah) ( التابوت ) atau tertutup (marbutah) (التابوة). Hani al-Barbari, seorang langganan 'Uthman, meriwayatkan:
Saya bersama 'Uthman tatkala panitia sedang sibuk membanding­bandingkan Mushaf. Dia mengutus saya agar menemui Ubayy bin Ka'b dengan tulang balm kambing yang bertulisan tiga kata yang berbeda dari tiga stirah yang berbeda-beda (masing-masing dari 2:259, 30:30, dan 86:17), memintanya agar mengecek kembali ejaan-ejaannya. Lalu Ubayy menuliskannya (dengan ejaan yang sudah diubah).

iii. 'Uthman Mengambil Suhuf dari 'A'ishah Sebagai Perbandingan
 
'Umar bin Shabba, meriwayatkan melalui Sawwar bin Shabib, melaporkan:
 
Saya masuk ke kelompok kecil untuk bertemu dengan Ibn az-Zubair, lalu saya menanyakan kepadanya kenapa 'Uthman memusnahkan semua naskah kuno AI-Qur,an.... Dia menjawab, "Pada zaman pemerintahan 'Umar ada pembual bicara yang telah mendekati Khalifah memberitahukan kepadanya bahwa orang-orang telah berbeda dalam membaca AI-Qur'an. ‘Umar  menyelesaikan masalah ini dengan mengumpulknn semua salinan naskah AI-Qur'an dan menyamakan bacaan mereka, tetapi menderita yang sangat fatal akibat tikaman maut sebelum beliau dapat melakukan upaya lebih lanjut. Pada zaman pemerintahan ‘Uthman orang yang sama datang untuk mengingatkannya masalah yang sama di mana kemudian ‘Uthman memerintahkan untuk membuat Mushaf tersendiri (independent). Lalu dia mengutus saya menemui bekas istri Nabi Muhammad %%% , ‘A'ishah, agar mengambil kertas kulit (suhuf) yang Nabi Muhammad %%% sendiri telah mendiktekan keseluruhan Al-Qur'an. Mushaf yang dikumpulkan secara independent kemudian di dibandingkan dengan Suhuf ini, dan setelah melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang ada, kemudian ia menyuruh agar semua salinan naskah Al-Qur'an dimusnahkan.23
 
Walaupun riwayat ini dianggap lemah menurut ukuran para ahli hadith (traditionist), tapi ada gunanya dalam menyebutkan riwayat ini yang mene­rangkan pengambilan Suhuf yang ada di bawah pengawasan atau penjagaan ‘A'ishah.24 Riwayat di bawah ini bagaimanapun menguatkan riwayat sebelumnya. Ibn Shabba meriwayatkan dari ‘Harun bin ‘Umar, yang mengaitkan bahwa,
 
Ketika ‘Uthman hendak membuat salinan (naskah) resmi, dia meminta ‘A'ishah agar mengirimkan kepadanya kertas kulit (Suhuf) yang dibacakan oleh Nabi Muhammad %%%. yang disimpan di rumahnya. Kemudian dia menyuruh Zaid bin Thabit membetulkan sebagaimana mestinya, pada waktu itu beliau merasa sibuk dan ingin mencurahkan waktunya mengurus masyarakat dan membuat ketentuan hukum sesama mereka.25
 
Begitu juga [bn Ushta (w. 360 H./ 971 M.) melaporkan di dalam al­ Masahif, dalam penyelesaian masalah pembuatan naskah AI-Qur an tersendiri dengan menggunakan sumber utama, ‘Uthman mengutus seseorang ke rumah ‘A'ishah agar mengambil Suhuf Dalam usaha ini beberapa kesalahan telah terjadi dalam Mushaf yang kemudian ditashih sebagaimana mestinya.26
 
Dan riwayat-riwayat ini kita tahu bahwa 'Uthman menyiapkan salinan Mushaf independent berdasarkan secara keseluruhannya pada sumber-sumber primer termasuk tulisan-tulisan sahabat ditambah dengan Suhuf dari 'A'ishah.27

iv. 'Uthman Mengambil Suhuf dari Hafsa Guna Melakukan Verifikasi
 
Ibn Shabba melaporkan,
 
Zaid bin Thabit berkata, "Ketika saya melakukan revisi Mushaf 'Uthmani (Mushaf yang dibuat sendiri) saya temukan kekurangan satu ayat (من المؤمنين رجال) kemudian saya mencarinya di kalangan kaum Muhajirin dan Ansar (Karena mereka itu yang menulis AI-Qur'an pada zaman Nabi Muhammad saw.), sehingga saya mendapatkannya dari Khuzaimah bin Thabit al-Ansari. Kemudian saya menuliskannya... Lalu saya merevisinya sekali lagi dan tidak menemukan sesuatu (yang meragukan). `Uthman kemudian mengutus menemui Hafsah minta agar meminjamkan Suhuf yang dipercayakan pada dirinya; Hafsah lalu memberikan setelah `Uthman berjanji pasti atau bernazar hendak mengembalikan. Dalam perbandingan kedua ayat ini, saya tidak melihat adanya perbedaan. Kemudian saya kembalikan pada 'Uthman dan penuh kegembiraan, dia menyuruh orang-orang membuat duplikat naskah dari Mushaf itu."


Jadi pada waktu itu naskah yang dibuat sendiri (independen) telah dibandingkan dengan Suhuf resmi yang sejak semula ada pada Hafsah.
 
Seseorang bisa jadi keheran-heranan mengapa khalifah 'Uthman bersusah payah mengumpulkan naskah tersendiri (otonom) sedang akhimya juga dibandingkan dengan Suhuf juga. Alasannya yang paling mendekati kemungkinan barangkali sekadar upaya simbolik. Satu dasawarsa sebelumnya ribuan sahabat, yang sibuk berperang melawan orang-orang murtad di Yamamah dan di tempat lainnya, tidak bisa berpartisipasi dalam kompilasi Suhuf Untuk menarik lebih banyak kompilasi bahan-bahan tulisan, naskah 'Uthman tersendiri (independen) memberi kesempatan kepada sahabat yang masih hidup untuk melakukan usaha yang penting ini.
 
Dalam keterangan di atas, tidak terdapat inkonsistensi di antara Suhuf dan Mushaf tersendiri (independen), dan dari dua kesimpulan yang luas ini terdapat: pertama, sejak awal teks AI-Qur'an sudah benar-benar kukuh dan tidak cair (sebagaimana sementara menuduh) dan rapuh sehingga abad ketiga; dan kedua, Metodologi yang dipakai dalam kompilasi AI-Qur'an pada zaman kedua pemerintahan sangat tepat dan akurat.


--------------------------------------------
1. AI-Bukhari, Sahih, hadith no. 4987; Abu 'Ubaid, FadA'il, hlm. 282. terdapat banyak lagi laporan tentang masalah ini.
2. Salah satu suku mayoritas di daratan Arabia pada zaman itu.
3. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 9, Kutipan Abu Dawud
4. lbid, ix: 27
5. Lihat Abi Dawud, al -Masahif, hlm. 22. Dalam kejadian ini banyak perbedaan pendapar telah diberikan dalam menentukan tahun yang sebenar dari tahun 25-30 Hijrah. Saya mengadopsi pendirian Ibn Hajar. Lihat as Suyuti, al-Itqan, I : 170.
6. Ibn Abi Dawud, al-Magahif, hlm. 22. Lihat juga Ibn Hajar, Farhul Bari, x: 402.
7. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: ii, hadith no. 4987; Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 19-20; Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm. 282
8. Ibn Sa'd, Tabaqat, iii/2:62. perlu dicatat bahwa Ibn Sirin menggunakan kata جمع (mengumpulkan).
9. AI-Mu'arrij as-Sadusi, Kitab Hadhfin min Nasb Quraish, hlm. 35.
10. Ibid,hlm 42.
11. Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 20, 25-26.
12. lbn Hajar, Fathur Bari, ix 19.
13. AI-Baqillani, al-Intisar (ringkasan), hlm. 358.
14. Penjelasan yang cukup detail tentang salah satu Mushaf pribadi (lihat hlm. 100-2) yang mengemukakan bahwa kedua belas orang tersebut terbagi kepada Iebih dari satu kelompok, yang setiap dari mereka membaca (mendiktekan) dan bekerja secara independen.
15. Ibn Manzur, Mukhtasr Tarikh Dimashq, xvi: 17l-2; lihat juga Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 23-24.
16. A. Jeffery (Penyunting), Muqaddimatan, hlm. 22. Tanda (seperti nama penulis) mungkin bisa disimpulkan dari pernyataan Malik di kutipan selanjutnya.
17. Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 21-22
18. Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 19, 25.
19. Qur'an 2:259.
20. Qur'an 30:30
21. Qur'an 86:17
22. Abu ' Ubaid, Fada'il, hlm. 286-7.
23. Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah, hlm. 990-991; lihat juga as-Suyuti, al-Itqan, ii:272, Mengutip buku Ibn Ushta, al-Masahif.
24. Salah satu perawi di riwayat ini sangat rendah reputasinya ( %%% : matruk).
25. Hat Shabba, Tarikh al-Madinah, hlm. 997
26. As-Suyuti, al-Itqan, ii: 272
27. Ini boleh disimpulkan dalam hadith berikut ini yang diriwayatkan oleh al-Bukhari,
- Zaid bin Thabit melaporkan bahwa ketika dia mengumpulkan AI-Qur'an pada zaman pemerintahan Abu Bakr, dia tidak dapat mendapatkan dua ayat terakhir surah al-Bara'ah sehingga dia bertemu dengan Abu Khuzaimah al-Ansari, dengan tiada seorang pun yang memiliki salinan utama (tangan pertama). Suhuf yang sudah Iengkap disimpan di bawah penjagaan Abu Bakr sampai dia meninggal ... (al-Bukhari, sahih, hadith no. 4986)

- Kharijah bin Zaid bin Thabit meriwayatkan dari bapaknya Zaid bin Thabit, " ketika kami menulis Mushaf, saya tidak menemukan satu ayat (no. 23 dari surah al-Ahzab) yang selalu saya dengar dari bacaan Rusulullah saw. Kami mencarinya sehingga kami dapatkan dari Khuzaimah bin Thabit al-.Ansari, lalu kami masukkan ke dalam surah yang tepat dalam Mushaf." (al-Bukhari. Sahih, Hadith no. 4988).
Kedua hadith ini menyebabkan kekeliruan di kalangan ilmuwan, disebabkan kemungkinan besar ada dua nama. Perlu dicatat bahwa dua nama ini berbeda: Khuzaimah dan Abu Khuz.aimah. Sekarang jika kita baca hadith-hadith ini dengan teliti, kita akan melihat bahwa Zaid menggunakan kata Suhuf untuk kompilasi AI-Qur'an pada zaman pemerintahan Abu Bakr, dan kala Mushaf atau Masahif (kata majemuk untuk Mushaf) digunakan di bawah bimbingun `Uthman. Oleh karena itu, kila mungkin bisa menyimpulkan bahwa kedua ini conloh koleksi yang berbeda. (Perlu dicatat hadith nomor 4986 menerangkan bagian kompilasi AI-Qur'an di masa Abu Bakr dan nomor 4989 menerangkan pada zaman 'Uthman.). Jika kita pertimbangkan kompilasi kedua adalah tugas Zaid dalam mempersiapkan Mushaf independent, maka semuanya jadi jelas. Di satu segi, kalau kita asumsikan bahwa Zaid hanya membuat duplikat salinan untuk ' Uthman dari suhuf Abu Bakr, bukan salinan sendiri, maka kita harus berhadapan dengan pertanyaan kenapa Zaid tidak bisa menemukun ayat no. 23 dari surah al-Ahzab- sedangkan semua ayat seharusnya sudah ada di hadapannya. Yang menarik juga bahwa Zaid menggunakan kata ganti single orang pertama (saya) dalam riwayat pertama dan menggunakan kata ganti banyak orang pertama (kami) pada riwayat kedua, yang menunjukkan perbuatan kelompok di dalam riwayat kedua. Semua ini menguatkan pandangan yang berpendapat bahwa kompilasi kedua sesungguhnya menunjukkan usaha yang lain (independen).
28. Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah, hlm. 1001-2.
---------------------------------------------------
















Ganti Posisi
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya. 
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb. 
 peraturan komentar: 
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa. 
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit. 
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan

11/Post a Comment/Comments

  1. atas hak dan wewenang apa utsman melakukan standarisasi quran?
    Apakah utsman nabi ?

    Raja dan pembesar duniawi manapun dilarang mengutak-atik apalagi mengubah2 firman ALLAH

    ReplyDelete
  2. Slahnya apa dengan standarisasi Usman, Usman bukan merubah kitab Allah, tidak mengotak-atik Al-Qur'ann, tidak merubah satu hurufpun dari Al-Qur'an, Usman hanya menyusun Al-Qur'an sesuai dengan apa yang diperintahkan Rasulullah Saw tentang urutan surah, ayat dari Al-Qur'an. karena dimasa itu penulisan Al-Qur'an tidak sesuai dengan penulisan yang diperintahkan Rasulullah Saw maka Usman meluruskan dan membuat standar seperti yang Rasulullah Ajarkan, Mushaf yang tidak standar dimusnahkan.

    berbeda dengan Alkitab yang memang telah diubah-ubah tangan manusia, kanon Alkitab terdapat banyak perbedaan antara kanon satu dengan lainnya. kanon yang dgunakan Protestan tidak sama dengan kanon yang digunakan Katolik yang selisih ribuan ayat, ratusan pasal beda kitab.

    Katolik dan Protestan sama-sama punya kitab daniel tapi kitab danielnya beda pasal satu sama lain. Jika pertanyaanya saya kembalikan kepada kamu, apa otoritas Protestan Menolak kanon beberapa kitab yang dipercaya Katolik bagian dari Alkitab?

    apa otoritas Katolik memasukan Kanon Kedua ke dalam Alkitab sementara Kanon Kedua tidak dipercaya sebagai bagian dari Alkitab oleh mayoritas Kristen?

    Raja dan pembesar duniawi manapun dilarang mengutak-atik apalagi mengubah2 firman ALLAH

    ReplyDelete
  3. apa salahnya standarisasi Utsman ?
    Apa anda ga bisa mikir ?
    Itu mengubah wahyu allah !!! alquran yg beredar di standarisasikan, dan MEMBAKAR alquran bahkan alquran abu bakar yg ia pinjam.

    Atas dasar wewenang siapa ia, utsman, melakukan hal tsb ?

    ReplyDelete
  4. Jika Utsman tidakmerasa bersalah atas perbuatannya membakar musnaf2 yg sejarusnya dipelihara

    maka untuk apa ia bertobat ?

    Pada akhir tahun 34 Hijriah daulah islam mulai dilanda fitnah. Yang menjadi sasarannya adalah Utsman Ra sampai mengakibatkan beliau terbunuh pada tahun berikutnya.

    Fitnah yang keji datang dari Mesir berupa tuduhan-tuduhan palsu yang dibawa oleh orang-orang yang datang hendak umroh pada bulan Rajab.

    Ali bin Abi Thalib Ra mati-matian membela Utsman dan menyangkal tuduhan mereka. Ali juga menanyakan keluhan dan tuduhan mereka, tapi mereka menjawab, "Utsman membakar mushhaf-mushhaf, shalat penuh (tidak qashar) di Mekah, mengkhususkan sumber air untuk kepentingan dirinya sediri dan mengangkat penjabat dari kalangan muda. Ia juga mengutamakan segala fasilitas untuk Bani Umayyah (golongannya) melebihi orang lain."

    Pada hari Jumat Utsman berkhotbah dan mengangkat tangannya seraya berkata, "Ya, Allah aku beristighfar dan bertobat Kepada-Mu. Aku bertobat atas perbuatanku."

    ReplyDelete
  5. standari sasi Usman seperti yang seaya sebutkan untuk menyeragamkan Al-Qur'an sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh rasulullah Saw. tidak ada yang salah justru di sana Usman meluruskan penulisan yang benar dari Al-Qur'an. membakar, memang Usman membakar mushaf Al-Qur'an yang tidak sesuai standar Rasul.


    tidak ada versi-versian di sini, Kamu hraus tahu bahwa Al-Qur'an di masa shahabat tidak ditulis, tetapi yang ditulis adalah Al-Qur'an yang dicampur dengan tafsiran, dan maksud dari ayat. itu pun hanya bagian2 penting dari Al-Qur'an, sementara Al-Qur'an secara keseluruahn tidak ditulis karena mereka sudah Hafal di luar kepala. maka dari itu usman menetapkan standar bahwa jika ingin menulis Al-Qur'an tulislah sesuai dengan standar atau hafalan dari urutan awal sampai akhir. Bukan tulisan sepotong-sepotong atau tercampur tafsiran, atau hanya potongan-potonga surah.
    beda dengan Alkitab alkitab penulisnya anonim, saksinya anonim, kejujuran penulis tidak diketahui. jangan aneh kalu ujungnya kanon protestan dan ketolik tak sama.

    ReplyDelete
  6. untuk menyeragamkan Al-Qur'an ?
    Artinya anda mengakui alquran itu bermacam-macam ya?

    tidak ada yang salah justru di sana Usman meluruskan penulisan yang benar
    Koq kalau tidak ada yang salah malah diluruskan ? jangan-jangan nanti bengkok darpada lurus

    idak ada versi-versian di sini, Kamu hraus tahu bahwa Al-Qur'an di masa shahabat tidak ditulis,
    Tu Alquran abu bakar yang dipinjam utsman bagaimana bentuknya? Apa bentuk alquran Abu bakar jua berupa khayalan saja?

    ------------------Pikirkan -----------------------------------------------------
    Sejarah mencatat bahwa di awal beredarnya ajara Islam ada banyak mushaf yang menimbulkan perselisihan. Perselisihan itu begitu keras sampai satu sama lain saling mengatakan kafir. Semua itu bisa terjadi karena masalah dialek saja…?
    Apakah TUHAN salah menurunkan kitab ke bangsa Arab…?
    Hanya karena masalah dialek saja tidak satupun Qur'an yang otentik yang bertahan…?
    Baik itu yang ditulis semasa Muhammad hidup, maupun yang dikumpulkan Abu Bakar, plus mushaf karya dua orang yang direkomendasikan Muhammad semuanya dibakar…?

    Muhamamd TIDAK complain pada alquran sang mertua abu bakar....tapi karena diangap utsman berbeda ya dibakar juga

    DIBAKAR ITU MENUNJUKAN BERBEDA, kalau sama buat apa dibakar ?

    ReplyDelete
  7. Langkah pertama untuk memusnahkan suatu bangsa adalah menghapuskan memorinya, hancurkan buku-bukunya, kebudayaan dan sejarahnya.
    MAKA
    Tak lama setelah itu, bangsa tersebut akan lupa pada apa yang terjadi, baik sekarang maupun di masa lampau.
    Dunia sekelilingnya bahkan akan melupakannya lebih cepat...

    Bangsa arab pra muhammad bukan bangsa yang terbelakang seperti yang diyakini sekarang ini. Karya-karya sastranya bagus. Barang-barangnya (hasil kerajinan tangannya) baik. Mengapa jadi terbelakang seperti sekarang ini ?
    Mau tunjuk hidung Amerika ?
    lebih baik tunjuk hidung utsman

    ReplyDelete
  8. Pada masa kepemimpinan Utsman terjadi perpecahan di dalam masyarakat Islam, karena ada beberapa mushaf yang beredar. Oleh karena itu Utsman berpikir untuk melakukan standarisasi Alquran, salah satu langkahnya dengan menyalin mushaf Abu Bakar yang dipegang Hafsah. Setelah Mushafnya selesai Utsman memutuskan untuk membakar mushaf yang lain. Bahkan mushaf yang dibuat oleh orang-orang yang direkomendasikan oleh Muhammad sendiri untuk mengajarkan Quran turut dibakar (yg pada akhirnya termasuk Alqurannya abu bakar sendiri).

    Mengapa dialek bisa membuat perbedaan pemahaman yang sedemikian parahnya…?

    Mengapa Utsman dengan sengaja tidak melibatkan orang-orang yang direkomendasikan Muhammad…?
    Bahkan Abdullah>/i> orang yang paling dipercaya Muhammad untuk mengajarkan Qur'an mengatakan jika menerima mushaf Utsman itu berarti dia harus mengabaikan yang diterimanya langsung dari mulut Muhammad.


    Mengapa Mushaf yang lain dibakar…?
    Jika benar Utsman hanya menyalin dari Mushaf Abu Bakar berarti tidak ada yang berbeda.
    Kenapa dibakar juga…?
    Kenapa Utsman berani membakar…?
    Siapa yang memberikan otoritas itu…?
    Sebelumnya alasan Utsman melakukan stadarisasi agar pembacaan sesuai dengan dialek Quraish. Ini sangatlah aneh, karena mushaf Abu Bakar yang dikembalikan ke Hafsah pun dibakar setelah Hafsah meninggal.
    Bukankah penulis mushaf Utsman dan mushaf Abu Bakar adalah orang yang sama…? Dia adalah Zaid bin Tsabit yang adalah penulis pada masa Muhammad. Dengan demikian tulisan Zaid bin Tsabit ini lulus sensor Muhammad.

    Saya ulangi lagi....TULISAN ZAID BIN TSABIT PASTI SUDAH LULUS SENSOR MUHAMMAD. Seharusnya itu pula yang dituliskannya pada mushaf Abu Bakar.

    Jadi tidak ada lagi alasan bahwa ada perubahan pada mushaf Utsman karena penulisnya orang yg sama.
    Logikanya Zaid harus menuliskan sesuatu yang sudah mendapat persetujuan Muhammad semasa hidupnya; alias tinggal mengulangi saja yang dilakukannya di hadapan Muhammad.
    Ada dua TITIK DILEMA di sini:

    --- JIKA PADA MUSHAF UTSMAN TERJADI PERUBAHAN, maka apabila umat Islam menyetujui itu, berarti umat Islam menyetujui bahwa pemahaman Utsman lebih baik daripada Muhammad, karena Utsman melakukan revisi atas sesuatu yang sudah diterima Muhammad.
    --- JIKA PADA MUSHAF UTSMAN TIDAK TERJADI PERUBAHAN, maka umat Islam harus memahami bahwa UTSMAN membakar mushaf yang tidak ada kesalahan di dalamnya, alias UTSMAN adalah pelaku pembakaran Qur'an yang pertama di muka bumi

    ReplyDelete
  9. Artinya anda mengakui alquran itu bermacam-macam ya?

    Jawab: Al-Qur’an tidak
    bermacam-macam, yang bermacam-macam itu Mushaf Al-Qur’an.

    Ketika ada Mushaf Al-Qur’an yang
    tidak sesuai dengan kaidah penulisan Al-Qur’an maka secara otomatis Mushaf
    Al-Qur’annya harus dikoreksi harus diluruskan.



    Koq kalau tidak ada yang salah malah diluruskan ? jangan-jangan nanti
    bengkok darpada lurus

    Jawab: Seperti yg sudah saya sebutkan sebelumnya,
    Penulisan Mushaf Al-Quran dimasa sahabat tidak sekedar menuliskan Al-Qur’an
    tapi terkadang tercampur dengan Tafsirnya secara bersamaannya, dan penulisannya
    pun tidak utuh, hanya potongan ayat, atau potongan surah berikut tafsirnya. Agar
    tidak menyebabkan persoalan dikemudian hari Usman menetapkan bahwa jika ingin
    menulis Al-Qur’an maka harus sesuai dengan Al-Qur’an yaitu Hanya menuliskan
    Al-Qur’an saja tanpa mencampur tafsir di dalamnya, kemudian menulis secara utuh
    dari surat dan ayat-ayatnya, kemudian harus sesuai dengan urutan-urutan yang
    telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw.

    Bukan menulis secara sembarangan,
    mana surah awal mana surah akhir, apa lagi tercampur antara tafsir dan ayat
    Al-Qur’an.





    Tu Alquran abu bakar yang dipinjam utsman bagaimana bentuknya? Apa bentuk
    alquran Abu bakar jua berupa khayalan saja? Koq bisa dibakar juga ya ?

    Jawab: Mushaf Al-Qur’an yang
    dibakar memang tidak sesuai standar penulisan yang benar. Oleh karena itu DI
    bakar dimusnahkan agar tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari. Maka dari
    itu di masa selanjutnya, Penulisan Mushaf Al-Qur’an ditulis sendiri. Penulisan
    Hadits ditulis dikitab senidri, penulisan Tafsir Al-Qur’an ditulis di kitab
    sendiri, dan penulisan Asbabun Nuzul ditulis di kitab sendiri, tidak dicampur
    aduk.

    Paham?

    ------------------Pikirkan
    -------------------------------------------------

    Sejarah mencatat bahwa di awal beredarnya ajara Islam ada banyak mushaf yang
    menimbulkan perselisihan. Perselisihan itu begitu keras sampai satu sama lain
    saling mengatakan kafir. Semua itu bisa terjadi karena masalah dialek saja…?

    Jawab: makanya sudah saya
    sebutkan sebelumnya penulisan Al-Qur’an yang tidak sesuai standar akan membawa
    persoalan karena saat itu walaupun umat Islam mayoritas Hafal Al-Qur’an, mereka
    yang tidak hafal Al-Qur’an akan kebingungan ketika membaca mushaf Al-Qur’an
    yang ditulis tidak sesuai standar yang benar. Maka mereka yg tidak hafal al-Qur’an
    wajar saja saling cek cok karena terjadi perbedaan mushaf Al-Qur’an



    Apakah TUHAN salah menurunkan kitab ke bangsa Arab…?

    Hanya karena masalah dialek saja tidak satupun Qur'an yang
    otentik yang bertahan…?

    Jawab: salah? Kamunya saja
    yang tidak paham, Al-Qur’an ditulis dalam dialeg lain masih eksis hingga
    sekarang. Makanya dikenal 7 qiraat, qiraatus sab’ah, tujuh macam bacaan Al-Qur’an
    bahkan diperlombakan di MTQ.

    Baik itu yang
    ditulis semasa Muhammad hidup, maupun yang dikumpulkan Abu Bakar, plus
    mushaf karya dua orang yang direkomendasikan Muhammad semuanya dibakar…?

    Muhamamd TIDAK complain pada alquran sang mertua abu bakar....tapi karena
    diangap utsman berbeda ya dibakar juga

    DIBAKAR ITU MENUNJUKAN BERBEDA, kalau sama buat apa dibakar ?

    Jawab: Jelas dibakar karena
    berbeda dan tidak standar. Al-Qur’an dimasa awal dijaga dengan hafalan, ketika
    ada penulisan, bukan menulis Al-Qur’an untuk menuliskan Mushaf Al-Qur’an tapi
    untuk tujuan lain semisal mengajarkan Al-Qur’an, tafsir, penulsian asbabun
    Nuzul. Faktanya adalah naskah Asli
    Mushaf Rasulullah Saw tidak dibakar. Disimpan oleh Hafsah dan diwariskan
    digenerasi ke generasi dan sekarang ada di Museum Iraq.

    Jadi tuduhan kalian tidak
    memiliki dasar yang kuat sama sekali.

    ReplyDelete
  10. anda ini sudah bodoh, ngotot pula...

    1. Penulisan Mushaf Al-Quran dimasa sahabat tidak sekedar menuliskan Al-Qur’an tapi terkadang tercampur dengan Tafsirnya secara
    Apa anda hendak menyatakan ada campur tanganmanusia ikut2an menulis alquran ?

    2. Ketika ada Mushaf Al-Qur’an yangtidak sesuai dengan kaidah penulisan Al-Qur’an maka secara otomatis Mushaf
    Al-Qur’annya harus dikoreksi harus diluruskan.

    ARTINYA ada angan manusia ikut2an nulis !!!


    Muhammad tidak kompalin pd alquran abu bakar, Utsman koq komplain ??????
    Sekretaris nabi menulis alquran abu bakar, ia juga yg menulsi alquran ustams... KOK DIBAKAR ?

    ReplyDelete
  11. inilah domba tidak tahu soal Al-Qur'an tapi memaksakan kehendaknya untuk ditertawakan karena kebodohannya.


    dimasa nabi semua shahabat mayoritas semuanya hafal Al-Qur'an.
    jadi menulis Al-Qur'an ke dalam mushaf itu tidak perlu, tidak penting.


    oleh karena itu ketika merka menulis Al-Qur'an ke dalam Mushaf maka dapat dipastikan mereka bukan sekedar menulis Al-Qur'an tapi pasti ada maksud lain semisal mencatat Tafsir ayat-ayat tertentu, mencatat asbabun Nuzul / perisitwa turunnya ayat, atau mencatat beberapa Potong ayat Al-Qur'an yg mungkin belum dihafal atau hendak diajarkan kepada yang lain...


    dalam kondisi seperti ini secara otomatis Ayat Al-Qur'an yg tertulis di Mushaf tidak sesuai dengan apa yang mereka Hafal. / tidak standar.


    makanya Usman menetapkan standar jika menulis Al-Qur'an maka tulislah Al-Qur'an sesuai standar yakni sesuai dengan urutan al-Qur'an dan tidak dicampur aduk dengan lainnya.
    kalau mau menulis tafsir atau asbabun nuzul tulislah dikitab lain. jangan disatukan dengan Al-Qur'an


    Tulisan Tangan Zaid dibakar juga mengalami hal yang sama dengan al-Qur'an lainnya dimana dia hafal AL-Qur'an karena hafal ya dia tidak merasa pelru menulis Al-Qur'an secara terurut, secara rapi sesuai dengan urutan surah. di masa Usman, Usman tidak mau seperti itu, dia mau sesuai dengan urutan surah, dan lengkap tidak tercampur apapun selain Al-Qur'an. oleh karena itu mushaf Zaid pun dibakar. namun yang selalu dilupakan oleh kalian adalah ada banyak mushaf lain yang tidak dibakar. semisal mushaf Hafsah yang merupakan peninggalan nabi tidak dibakar. Mushaf Aisyah yang merupakan Mushaf Istri nabi tidak dibakar, Mushaf Ibnu Masud yg katanya dibakar tapi ternyata masih ada di Museum, dll.


    tuduhan kalian itu sangat tidak masuk akal sama sekali.

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post