Palermo, Sicilia 1138
M. Sebuah pertemuan istimewa antara seorang raja Kristen dengan seorang
ilmuwan Muslim berlangsung di istana kerajaan Sicilia. Dalam suasana
penuh keakraban, Raja Roger II - penguasa Sicilia secara khusus
menyambut kedatangan tamu Muslim kehormatannya itu dengan ‘karpet
merah’.
Sang
ilmuwan Muslim itu pun dipersilakan untuk duduk di tempat kehormatan.
Keduanya lalu berbincang dalam sebuah pertemuan yang boleh dibilang tak
lazim itu. Betapa tidak, di saat umat Islam berjihad melawan tentara
Perang Salib di Yerusalem, dua peradaban yang berseberangan justru duduk
berdampingan dengan penuh keharmonisan di Sicilia bekas wilayah
kekuasaan Islam. Ilmuwan Muslim yang mendapat undangan kehormatan dari
Raja Roger II itu bernama Al-Idrisi. Dia adalah geografer dan
kartografer (pembuat peta) termasyhur di abad ke-12 M. Kepopuleran
Al-Idrisi dalam dua bidang ilmu sosial itu telah membuat sang raja yang
beragama Nasrani itu kepincut. Apalagi, Raja Roger II sangat tertarik
dengan studi geografi.
Raja
Roger II mengundang Al-Idrisi ke istananya yang megah agar dibuatkan
peta oleh sang ilmuwan Muslim. Pada era itu, belum ada ahli geografi dan
kartografi Kristen Eropa yang mumpuni untuk membuat sebuah peta dunia
secara akurat. ‘’Saat itu, para ahli geografi dan kartografi Barat masih
menggunakan pendekatan simbolis dan fantasi,’‘ ungkap Frances Carney
Gie dalam tulisannya berjudul Al-Idrisi And Roger’s Book.
Alih-alih
menggunakan pendekatan ilmiah seperti yang dilakukan para ilmuwan
Muslim, para sarja na Barat ternyata masih bertumpu pada hal-hal mistis
dan tradisional dalam membuat peta. Sehingga, tak ada jalan lain bagi
Raja Roger II untuk memenuhi ambisinya membuat sebuah peta dunia yang
akurat. Ia pun harus berbesar hati meminta bantuan kepada ilmuwan Islam.
Dalam
pertemuan bersejarah itu, Raja Roger II dan Al- Idrisi pun bersepakat
untuk mem buat peta dunia perta ma yang akurat. Proyek besar itu pun
dirancang. Al-Id ris dan Raja Roger II bersepakat proyek pembuatan peta
dunia itu akan diselesaikan dalam tem po 15 tahun. Guna mewujud kan
ambisinya, didirikanlah akademi geografer yang dipimpin Raja Roger II
dan Al-Idrisi.
Megaproyek
pembuatan peta dunia itu melibatkan 12 sarjana, sebanyak 10 orang di
antaranya adalah ilmuwan Muslim. Adalah berkah tersen diri bagi
Al-Idrisi bisa mengerjakan pembuatan peta itu di kota Palermo. Sebab, di
kota itulah para navigator dari berbagai wilayah seperti Mediterania,
Atlantik dan perairan utara kerap bertemu. Al-Idrisi menggali informasi
dari setiap navigator yang tengah beristirahat di Palermo.
Ia
bersama timnya mewawancarai dan menggali pengalaman para navigator.
Penjelasan dari seorang navigator akan dikonfrontir kepada navigator
lainnya. Hasil kajiannya itu lalu dirumuskan. Selama bertahun-tahun,
Al-Idrisi menyaring fakta-fakta yang berhasil dikumpulkannya. Ia hanya
menggunakan keterangan dan penjelasan yang paling jelas sebagai acuan
membuat peta. Menjelang tenggat waktu yang ditetapkan, peta yang
diinginkan Raja Roger II pun akhirnya selesai dibuat, tepat pada tahun
1154 M.
‘’Saat
raja tak lagi ambil bagian secara aktif, saya selesaikan peta ini,papar
Al- Idrisi dalam pengantar kitab Nuzhat Al- Mustaq fi Ikhtirak Al-Afaq
yang ditulisnya. Sebagai seorang geografer yang meyakini bahwa bumi itu
berbentuk bulat, Al-Idrisi secara gemilang membuat peta bola bumi alias
globe dari perak. Bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat
sekitar 400 kilogram.
Dalam
globe itu, Al-Idrisi menggambarkan enam benua dengan dilengkapi jalur
perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan serta
gunung-gunung. Tak cuma itu, globe yang dibuatnya itu juga sudah memuat
informasi mengenai jarak, panjang dan tinggi secara tepat. Guna
melengkapi bola bumi yang dirancangnya, Al-Idrisi pun menulis buku
berjudul Al- Kitab al- Rujari atau Buku Roger yang didedikasikan untuk
sang raja.
Selain
menulis Buku Roger, Al-Idrisi pun sempat merampungkan penulisan kitab
Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al- Afaq. Ini adalah ensiklopedia geografi
yang berisi peta serta informasi mengenai negara-negara di Eropa,
Afrika dan Asia secara rinci. Setelah itu, dia juga menyusun sebuah
ensiklopedia yang lebih komprehensif bertajuk: Rawd-Unnas wa- Nuzhat
al-Nafs.
Selama
mendedikasikan dirinya di Sicilia - sebuah provinsi atonom yang berada
di Selatan Italia - Al-Idrisi telah membuat hampir 70 peta daerah yang
sebelumnya tak tercatat dalam peta. Al-Idrisi terbilang amat fenomenal.
Dua abad sebelum Marco Polo menjelajahi samudera, dia sudah memasukkan
seluruh benua seperti Eropa, Asia, Afrika, dan utara Equa dor ke dalam
peta yang diciptakannya.
Lalu
siapa Al-Idrisi sebenarnya? Sejatinya, ilmuwan kesohor itu bernama
lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al-Idrisi Ash- Sharif. Selain dikenal
sebagai seorang kartografer dan geografer, ilmuwan kelahiran Ceuta,
Maroko, Afrika Utara pada tahun 1100 M. Dia dikenal juga dengan nama
singkat Al-Sharif Al- Idrisi Al-Qurtubi. Orang Barat memanggilnya dengan
sebutan Edrisi atau Dreses.
Al-Idrisi
merupakan ilmuwan Muslim yang mendapatkan pendidikan di kota Cordoba,
Spanyol. Sejak muda, dia sudah tertarik dengan studi geografi. Laiknya
geografer kebanyakan, Al-Idrisi juga sempat menjelajahi banyak tempat
yang jaraknya terbilang jauh meliputi Eropa dan Afrika Utara. Dia sembat
mengembara ke Prancis, Spanyol, Portugal, Inggris dan negeri lainnya di
belahan benua Eropa.
Dia
melakukan pengembaraan untuk mengumpulkan data-data tentang geografi.
Pada masa itu, para geografer Muslim sudah mampu mengukur permukaan bumi
serta akurat serta peta seluruh dunia. Sebagai ilmuwan yang cerdas,
Al-Idrisi, mengkombinasikan pengetahuan yang diperolehnya dengan hasil
penemuannya. Itulah yang membuat pengetahuannya terhadap seluruh bagian
dunia sangat komprehensif.
Pengetahuannya yang
luas tentang geografi dan kartografi membuatnya dikenal dunia. Para
navigator laut dan ahli strategi militer pun begitu tertarik dan menaruh
perhatian terhadap pemikiran Al-Idrisi. Dibandingkan geografer Muslim
lainnya, figur dan hasil karya Al- Idrisi lebih kesohor di benua Eropa.
Al- Idrisi meninggal pada tahun 1160 M di Sicilia.
Al-Idrisi dan Zoologi
Selain dikenal sebagai geografer dan kartografer, Al-Idrisi juga turut memberi sumbangan bagi pengembangan studi zoologi dan botani. Kontribusinya yang terbilang penting bagi pengembangan ilmu hayat itu dituliskannya dalam beberapa buku. Ia begitu intens mengkaji ilmu pengobatan dengan tumbuh- tumbuhan.
Tak heran, jika ilmu Botani berkembang pesat di Cordoba, Spanyol - tempat Al-Idrisi menimba ilmu. Salah satu buku botaninya yang paling terkenal berjudul Kitab al-Jami-li-Sifat Ashtat al-Nabatat. Dalam kitab itu, Al-Idrisi mengulas dan menggabungkan semua literatur dari berbagai topik tentang botani yang khusus mengkaji pengobatan tumbuh-tumbuhan.
Al-Idrisi pun mulai mengelompokkan nama-nama tanaman obat dalam beberapa bahasa termasuk Berber, Suriah, Persia, India, Yunani, dan Latin. Bukubuku yang ditulisnya begitu berpengaruh bagi para sarjana dan Ilmuwan di Eropa. Sicilia - tempat Al- Idrisi mendedikasikan diri untuk pengembangan ilmu pengetahuan diyakini sebagai gerbang transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai Islam kepada peradaban Barat.
Saat dia diundang Raja Roger II ke istana Palermo, minat dan keingintahuan Barat terhadap ilmu pengetahuan yang dikuasai peradaban Islam sedang membuncah. Seperti halnya umat Islam di abad ke-8 M yang melakukan transfer pengetahuan dari peradaban sebelumnya, sarjana Barat pun banyak yang menerjemahkan buku- buku Al-Idrisi.
Baik itu buku tentang geografi, kartografi, zoologi dan botani yang ditulisnya diterjemahkan para sarjana Barat ke dalam bahasa Latin. Malah, salah satu buku yang ditulisnya dialihbahasakan dan dipublikasikan di Roma pada tahun 1619 M. Sayangnya, ada sarjana Barat berupaya menutupi keberhasilan Al- Idrisi dengan cara tak mencantumkan namanya dalam buku yang diterjemahkan di Eropa.
Pengakuan Dunia pada Sang Ilmuwan
Sosok Al-Idrisi di benua Eropa memang tergolong sangat fenomenal. Selama berabad-abad, peta yang dibuatnya telah digunakan peradaban Barat. Maklum, pada masa itu belum ada sarjana Barat yang mampu membuat peta dunia yang akurat. Peta yang diciptakan Al-Idrisi itu pun digunakan para penjelajah Barat untuk berkeliling dunia.
Tanpa peta Al-Idrisi, boleh jadi Chistopher Columbus tak bisa menginjakkan kakinya di benua Amerika. Menurut Dr A Zahoor dalam tulisannya berjudul Al-Idrisi, saat melakukan ekspedisi mengelilingi dunia, Columbus menggunakan peta yang dibuat Al- Idrisi. Inilah salah salah satu fakta lainnya yang dapat mematahkan klaim Barat bahwa Columbus merupakan penemu benua Amerika yang pertama.
Ilmuwan Barat bernama Scott mengakui kehebatan dan kepiawaian Al-Idrisi dalam merancang dan membuat peta dunia yang begitu akurat. Menurut Scott, selama tiga abad lamanya peta yang dibuat Al-Idrisi dijiplak para geografer tanpa mengubahnya sedikit pun. Itu membuktikan betapa para geografer Barat begitu mengagumi dan mengakui kapasitas keilmuwan Al- Idrisi.
‘’Kompilasi yang disusun Al-Idrisi menandai sebuah era dalam sejarah sains. Tak hanya informasi historisnya saja yang sangat bernilai dan memikat, namun penjelasannya tentang beberapa bagian dunia masih berlaku,’‘ papar Scott mengakui karya yang telah disumbangkan Al-Idrisi. Atas pencapaianya dalam membuat peta dunia yang begitu akurat, Al-Idrisi mendapat hadiah dari Raja Roger berupa ratusan ribu keping perak serta sebuah kapal yang penuh dengan barang cenderamata. Penulis : heri ruslan
Al-Idrisi dan Zoologi
Selain dikenal sebagai geografer dan kartografer, Al-Idrisi juga turut memberi sumbangan bagi pengembangan studi zoologi dan botani. Kontribusinya yang terbilang penting bagi pengembangan ilmu hayat itu dituliskannya dalam beberapa buku. Ia begitu intens mengkaji ilmu pengobatan dengan tumbuh- tumbuhan.
Tak heran, jika ilmu Botani berkembang pesat di Cordoba, Spanyol - tempat Al-Idrisi menimba ilmu. Salah satu buku botaninya yang paling terkenal berjudul Kitab al-Jami-li-Sifat Ashtat al-Nabatat. Dalam kitab itu, Al-Idrisi mengulas dan menggabungkan semua literatur dari berbagai topik tentang botani yang khusus mengkaji pengobatan tumbuh-tumbuhan.
Al-Idrisi pun mulai mengelompokkan nama-nama tanaman obat dalam beberapa bahasa termasuk Berber, Suriah, Persia, India, Yunani, dan Latin. Bukubuku yang ditulisnya begitu berpengaruh bagi para sarjana dan Ilmuwan di Eropa. Sicilia - tempat Al- Idrisi mendedikasikan diri untuk pengembangan ilmu pengetahuan diyakini sebagai gerbang transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai Islam kepada peradaban Barat.
Saat dia diundang Raja Roger II ke istana Palermo, minat dan keingintahuan Barat terhadap ilmu pengetahuan yang dikuasai peradaban Islam sedang membuncah. Seperti halnya umat Islam di abad ke-8 M yang melakukan transfer pengetahuan dari peradaban sebelumnya, sarjana Barat pun banyak yang menerjemahkan buku- buku Al-Idrisi.
Baik itu buku tentang geografi, kartografi, zoologi dan botani yang ditulisnya diterjemahkan para sarjana Barat ke dalam bahasa Latin. Malah, salah satu buku yang ditulisnya dialihbahasakan dan dipublikasikan di Roma pada tahun 1619 M. Sayangnya, ada sarjana Barat berupaya menutupi keberhasilan Al- Idrisi dengan cara tak mencantumkan namanya dalam buku yang diterjemahkan di Eropa.
Pengakuan Dunia pada Sang Ilmuwan
Sosok Al-Idrisi di benua Eropa memang tergolong sangat fenomenal. Selama berabad-abad, peta yang dibuatnya telah digunakan peradaban Barat. Maklum, pada masa itu belum ada sarjana Barat yang mampu membuat peta dunia yang akurat. Peta yang diciptakan Al-Idrisi itu pun digunakan para penjelajah Barat untuk berkeliling dunia.
Tanpa peta Al-Idrisi, boleh jadi Chistopher Columbus tak bisa menginjakkan kakinya di benua Amerika. Menurut Dr A Zahoor dalam tulisannya berjudul Al-Idrisi, saat melakukan ekspedisi mengelilingi dunia, Columbus menggunakan peta yang dibuat Al- Idrisi. Inilah salah salah satu fakta lainnya yang dapat mematahkan klaim Barat bahwa Columbus merupakan penemu benua Amerika yang pertama.
Ilmuwan Barat bernama Scott mengakui kehebatan dan kepiawaian Al-Idrisi dalam merancang dan membuat peta dunia yang begitu akurat. Menurut Scott, selama tiga abad lamanya peta yang dibuat Al-Idrisi dijiplak para geografer tanpa mengubahnya sedikit pun. Itu membuktikan betapa para geografer Barat begitu mengagumi dan mengakui kapasitas keilmuwan Al- Idrisi.
‘’Kompilasi yang disusun Al-Idrisi menandai sebuah era dalam sejarah sains. Tak hanya informasi historisnya saja yang sangat bernilai dan memikat, namun penjelasannya tentang beberapa bagian dunia masih berlaku,’‘ papar Scott mengakui karya yang telah disumbangkan Al-Idrisi. Atas pencapaianya dalam membuat peta dunia yang begitu akurat, Al-Idrisi mendapat hadiah dari Raja Roger berupa ratusan ribu keping perak serta sebuah kapal yang penuh dengan barang cenderamata. Penulis : heri ruslan
Post a Comment