WASPADAI ALIRAN SYIAH DAN AHMADIYAH

Ustad Amin Jamaluddin Sedang Membedah Kitab Tadzkirah Kitab  Hasil Plagiat Terhadap Ayat Al-Qur'an


Islam yang diajarkan oleh Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, adalah nama agama yang resmi diberikan oleh Allah SWT di dalam Alquran. Islam yang dibawa oleh Rasulullah tidak mengajarkan umatnya untuk mengikuti salah satu golongan madzhab tertentu yang akan datang kemudian setelah wafatnya Rasulullah. Maksudnya, ajaran Islam tidak mengenal istilah Syiah, Ahmadiyah, Sunni, maupun lainnya. Islam ya Islam, tidak ada embel-embelnya. Embel-embel seperti Syiah, Ahmadiyah, Sunni, maupun lainnya muncul disebabkan oleh keyakinan yang bersandar pada madzhab tertentu. Padahal masing-masing dari pendiri/pencetus madzhab tersebut adalah manusia biasa yang pastinya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Sebut saja madzhab Syafi'i, Maliki, Hambali, Hanafi, Ja'fari, Ismailiyah, Zaidiyah, Khawarij, dan lain-lain, masing-masing dari mereka memiliki kekurangan dan kelebihan. Jadi, keyakinan yang hanya mendasarkan pada salah satu madzhab saja justru bisa menjerumuskan kita pada kesesatan yang nyata. Sebagai manusia yang berakal dan seiring berkembangnya zaman, seharusnya kita bersikap komprehensif dan tidak meyakini salah satu madzhab saja, tapi harus bisa mengintegrasikan dan menginventarisir ajaran-ajaran dari semua madzhab yang ada untuk dijadikan pedoman keyakinan kita dalam beragama Islam secara benar dan seragam karena masing-masing madzhab tersebut sudah barang tentu memiliki kekurangan/kesalahan dan kelebihan/kebenaran.

Seperti diketahui, mayoritas penganut Syiah hanya mendasarkan keyakinannya pada madzhab Ja'fari atau Itsna Asyariyah (Dua Belas Imam atau Imamiah) dan menolak madzhab-madzhab yang lain. Mereka meyakini bahwa imamah merupakan penunjukan langsung dari Tuhan sebagaimana halnya dengan kenabian. Mereka juga mengklaim sebagai pengikut Ahlul Bait (keluarga nabi) dan hanya mengakui hadits-hadits yang berasal dari Ahlul Bait. Padahal saksi mata kehidupan Rasulullah tidak hanya Ahlul Bait tapi juga banyak kaum muslimin yang bersama-sama dengan beliau pada waktu itu, sehingga seharusnya informasi tentang ajaran Rasulullah tidak hanya berasal dari Ahlul Bait, tapi juga dari siapapun yang menyaksikan kehidupan beliau. Ironisnya, Syiah menolak hadits-hadits yang diriwayatkan dari Aisyah, Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Padahal Aisyah, anak Abu Bakar, adalah istri Rasulullah sedangkan Abu Bakar, Umar, dan Utsman adalah sahabat dekat Rasulullah yang tentunya menjadi saksi langsung kehidupan Rasulullah. Penganut Syiah menolak hadits-hadits dari mereka bukan atas dasar rasionalitas tapi semata-mata berdasarkan kebencian. Penolakan ini jelas tidak masuk akal, bagaimana mungkin Aisyah yang menjadi istri Rasulullah yang notabene hidup serumah dengan Rasulullah tapi hadits-hadits darinya ditolak? Seharusnya kita justru menggali informasi sebanyak-banyaknya dari istri-istri dan para sahabat Rasulullah serta kaum muslimin yang semasa hidupnya bersama-sama dengan Rasulullah bukan malah menolaknya karena alasan kebencian atau lainnya. Sebagai akibat dari penolakan-penolakan ini, informasi tentang ajaran Islam yang dihimpun penganut Syiah menjadi sangat sedikit dan praktis hanya terfokus pada informasi dari madzhabnya saja, sehingga pada akhirnya dalam pemahaman beragama Islam menjadi sempit dan menyimpang.

Berbeda dengan Syiah, faham Ahmadiyah menerima hadits-hadits dari berbagai sumber dan madzhab. Sayangnya, Ahmadiyah membanggakan dirinya dengan mengikuti ajaran seseorang yang sangat kontroversial yang mengklaim dirinya sebagai nabi, mujaddid, dan Isa Almasih. Orang itu adalah Mirza Ghulam Ahmad, sang pendiri aliran Ahmadiyah, seorang yang berasal dari Qadian, India. Dia memproklamasikan dirinya sebagai nabi yang konon tidak membawa syariat baru, padahal ajaran-ajarannya dalam kitab Tadzkirah jelas-jelas memuat banyak ajaran baru. Dia juga menyatakan dirinya sebagai penjelmaan Isa Almasih atau Almasih yang dijanjikan sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah dalam sebuah hadits. Para penganut ajaran Mirza Ghulam Ahmad inilah yang kemudian disebut sebagai penganut Ahmadiyah. Di negeri kelahirannya, ajaran Ahmadiyah ditolak dan sulit berkembang karena mendapat banyak tentangan dari umat muslim di sana. Mayoritas ulama di dunia telah sepakat bahwa ajaran Mirza Ghulam Ahmad adalah sesat dan menyesatkan.

Adapun istilah Sunni, semata-mata muncul untuk membedakannya dengan golongan Syiah dan Ahmadiyah. Sunni, yang merupakan golongan mayoritas, menerima semua hadits, informasi, dan referensi dari berbagai sumber secara lebih komprehensif dan adil. Tidak membeda-bedakan atau mengutamakan sumber-sumber tertentu. Perbedaan di dalam Sunni lebih pada masalah penafsiran, bukan pada ajaran madzhab tertentu yang diyakini secara membabi buta tanpa mau mengkonfirmasi dengan sumber-sumber atau madzhab-madzhab yang lainnya. Semua madzhab pasti bersumber pada ajaran Rasulullah meskipun informasi yang sampai boleh jadi keliru, itu hal yang wajar, karena manusia adalah makhluk yang sering lupa dan salah. Oleh karenanya, sudah seharusnyalah umat muslim mengikuti ajaran Rasulullah dari manapun sumbernya, sepanjang sumber-sumber tersebut saling mendukung atau terkait satu dengan yang lainnya dan tidak bertentangan dengan Alquran. Tidak seperti golongan Syiah dan Ahmadiyah yang sangat bangga memakai atribut dan embel-embel Syiah dan Ahmadiyah di mana saja mereka berada (tidak hanya di internet), demi mengedepankan faham yang dianutnya. Setiap tahun di awal bulan Muharram para penganut Syiah merayakan hari Asyura untuk memperingati wafatnya cucu Rasulullah, Hussein bin Ali, dengan tidak sedikit dari mereka yang melukai badannya sendiri yang tentu saja ini merupakan kegiatan melampaui batas yang dilarang dalam Alquran. Di lain pihak, foto Mirza Ghulam Ahmad, sang pendiri Ahmadiyah, tidak hanya dipajang di situs-situs internet Ahmadiyah, tapi juga di masjid-masjid dan rumah-rumah pengikutnya. Akhirnya, tidaklah terlau berlebihan kiranya jika kita harus mengatakan bahwa aliran/ajaran Syiah dan Ahmadiyah adalah sesat dan harus segera ditinggalkan.

Ber-Islam-lah secara universal, hindari meyakini madzhab atau golongan tertentu, cukuplah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, sebagai satu-satunya suri tauladan bagi umat Islam!
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya. 
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb. 
 peraturan komentar: 
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa. 
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit. 
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan

9/Post a Comment/Comments

  1. terimakasih, informasi anda sangat bermafaat.

    ReplyDelete
  2. saya sepaham dengan penulis, mudah mudahan yang pembaca lainnya punya pemikiran yg sama

    ReplyDelete
  3. Alena Pramesti MaharaniMarch 9, 2014 at 5:34 AM

    Yang baik adalah yang tidak menyudutkan, menyalahkan, bahkan menghukumi suatu kaum, baik itu kaum dari ormas islam atau kaum dari umat lain.
    Bersihkan hati sucikan diri, semoga kita selalu mendapat petujuk, yaitu jalan yang lurus, menuju kemuliaan (aji) sebagi seorang hamba.
    Maka syariat islam mengajarkan Sholat dan Puasa, supaya kita bisa senantiasa terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, mendzalimi suatu kaum termasuk kekejian,
    Kalau mempersatukan Islam secara syariat, itu mustahil, tapi mempersatukan Islam secara Hakikatnya sebagai Agama Tauhid (bahkan semua agama), masih bisa dilakukan

    ReplyDelete
  4. Saudari Alena yang kami hormati, sebagai muslim kita wajib berpegang teguh kepada kebenaran. berpegang teguh kepada kebenaran otomatis kita menolak segala bentuk kesalahan, kekeliruan. dalam hal ini seperti yang dicontohkan nabi Muhammad beliau menegakan tauhid, otomatis ia juga mengikari dan menyalahkan segala bentuk kesyirikan. Kita tidak bisa terlepas dari menyudutkan kalangan tertentu dalam hal ini yang berpegang pada kesalahan dan kekeliruan jika kita konsekuen berpegang pada kebenaran.
    kita mengikuti Al-Qur'an dan Hadits otomatis menolak segala pandangan yang berpegang kepada selain Al-Qur'an (AHmadiyah yang berpegang pada kitab palsu Tadzkirah) dan Hadits Nabi (Syiah yang menolak hampir semua Hadits nabi kemudian digantikan dengna perkataan para Imam SYiah) dan masih banyak hal lainnya. semoga anda mengerti.

    ReplyDelete
  5. Alena Pramesti MaharaniMarch 9, 2014 at 9:01 PM

    Kebenaran menurut anda, bukan menurut mereka, saya sangat tidak setuju dengan tujuan website ini, bukan membangun akhlak yang baik, tetapi malah menebar benih kebencian kepada suatu kaum, entah itu sesama muslim atau agama lain (itu anda sadari atau tidak)
    Kenapa kita tidak berjuang untuk membangun akhlak pengunjung website yg baik? Karena sejatinya Ilmu apapun, yang diberkahi adalah Ilmu yang bermanfaat, seperti layaknya pohon yg diberkahi dan akhirnya berbuah.
    Ibaratnya Ilmu anda itu sudah setingkat langit ke-7, kalau itu digunakan sebagai pembenaran atas penyudutan suatu kaum, apa manfaatnya? Mungkin itu baik menurut yang sependapat dengan anda (terutama yg beragama islam) tapi apakah anda tidak menyadari perasaan orang-orang yang anda hina? Anda menanamkan benih kebencian kepada mereka tentang Islam....


    Saya tidak ingin berdebat dengan anda, karena mungkin anda lebih pintar dan lebih alim daripada saya. Saya hanya memberi saran dan kritik kepada anda jika anda memahami dan membuka pikiran anda

    ReplyDelete
  6. Alena Pramesti MaharaniMarch 13, 2014 at 7:39 PM

    Baiklah mas, sekarang saya mau tanya,
    Allah itu menciptakan agama di dunia ini ada berapa mas? Terus dahulu agama Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Nuh, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Khidir, dan Nabi-nabi lain sebelum Nabi Muhammad itu agamanya apa mas?


    Kalau anda mau kaji lebih jauh, jangan hanya berpatokan pada terjemahan Al Qur'an dan Hadits saja mas, karena Allah mencurahkan Ilmu-Nya dari segala penjuru dunia, di hati kita, di otak kita, kesemuanya adalah Al-Qur'an mas.


    Yang membedakan ajaran Nabi Muhammad SAW dengan Nabi-Nabi sebelumnya hanyalah syari'atnya saja, sedangkan tauhid'nya sama,
    Islam dalam pengertian luas adalah "berserah diri kepada yang Esa"


    terus kenapa jika ada sedikit permasalahan dengan syari'at, begitu dipermasalahkan?


    Tapi ya sudah lah, percuma saya berdebat dengan orang tidak bisa terbuka hati dan pikirannya.

    ReplyDelete
  7. Saudari Alena, Agama para nabi adalah Islam, agama nabi Muhammad adalah Islam, itu pandangan al-Qur'an dan Hadits bahkan seluruh sahabat Nabi dan para ulama..
    tiap umat mengikuti Syariat nabi di masanya, maka kita di masa nabi Muhammad, jelas harus mengikuti syariat Nabi Muhammad, ketika keluar dari syariat nabi Muhammad, maka sesatlah ia, seperti Ahmadiyah yang mengakui ada nabi setelah nabi MUhammad, JELAS SESAT seperti halnya syiah yang mengatakan ada Al-Qur'an lain selain al-Qur'an yang dimiliki umat Islam dengan 10.000 ayatnya, jelas sesat, membolehkan ZIna berkedok Syariah (Mut'ah) dan lain sebagainya.

    sebenarnya yang tidak terbuka pikirannya adalah anda. Dakwah tidak mencari permusuhan, tapi sunnatullah dakwah kebenaran pasti akan berhadapan dengan kebatilan. Nabi berdakwah dengan cara lemah lembut, tapi sunnatullah nabi diperangi oleh kaumnya.
    saya tidak tahu apakah anda termasuk dari dua golongan di atas, Ahmadiyah atau Syiah, Hanya orang yang pikirannya sempit, lemah akalnya dalam memahamii kebenaran yang mengakui dua golongan di atas bagian dari Islam. karena kesesatannya sangat jelas.

    ReplyDelete
  8. Saya setuju banget sama mba Alena.
    Karena dengan anda menulis seperti ini anda ga akan membuat org sadar akan kebenaran, tapi justru timbul kebencian atas islam. Anda anggap agama lain murtad. Agama lain juga bilang islam murtad. Mereka pasti membenarkan agama mereka. Cara anda jelas SALAH.
    Kalau anda anggap agama lain salah, dusta, trus anda mau apa? Jangan cuma berkoar2 mas.
    Anda kira mereka akan berpindah agama setelah anda menulis ini?

    ReplyDelete
  9. islam mengajarkan untuk berpegang teguh pada kebenaran, dan menolak segala kekeliruan dan kesalahan. Punya kewajiban amar ma'ruf dan nahi munkar...


    Kalo salah ya salah, wajib bagi umat Islam yg lain untuk meluruskan kesesatan atau kekeliruan tersebut bukan didiemin saja...
    Tiap orang berhak untuk mengakui agama mereka benar... Kristen pun menganggap Orang Islam itu Sesat keluar dari kebenaran. lantas apakah umat Islam kebakaran jenggot seperti anda?


    Umat Islam juga berhak mengatakan kebenaran menurut yang mereka yakini. dan Tiap orang berhak untuk mengeluarkan pandangan mereka, sampai sejauh mana mereka mampu mempertanggung jawabkan argumen mereka.

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post