SIAPA MANUSIA PILIHAN TUHAN?
Tuduhan: Kalau Muhammad Diridhoi Alloh, tentu ada Malaikat-malaikat Penjaga di depan dan di belakang untuk Melindunginya
QS 72:27. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
Dan terbukti, Muhammad bukan “rasul” yang DIRIDHOI ALLOH:
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 42-43
Ibnu Ishaq berkata, “Pertahanan kaum Muslimin pun jebol dan mereka
diserang musuh-musuh mereka. Itu hari ujian dan hari pembersihan dimana
Allah memuliakan kaum Muslimin dengan memberi kesempatan mati syahid
kepada mereka. Karena pertahanan kaum Muslimin terbuka, musuh berhasil
masuk ke tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian
melempar beliau dengan batu hingga beliau terjatuh dalam keadaan miring,
batu tersebut mengenai gigi, antara gigi depan dengan gigi taring,
melukai wajah dan bibir beliau. Orang yang melempar beliau dengan batu
ialah Utbah bin Abu Waqqash.”
Ibnu Ishaq berkata, Humaid Ath-Thawil berkata kepadaku dari Anas bin
Malik yang berkata, “Di Perang Uhud, gigi antara gigi depan dengan gigi
taring Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pecah dan wajah beliau
terluka. Darah pun keluar di wajah beliau
Ibnu Hisyam berkata, Rubaih bin Abdurrahman bin Abu Sa’id Al-Khudri
berkata dari ayahnya dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa di Perang Uhud,
Utbah bin Abu Waqqash melempar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
hingga memecahkan gigi antara gigi depan dengan gigi taring sebelah
kanan bagian bawah dan melukai bibir bawah beliau. Abdullah bin Syihab
Az-Zuhri melukai kening Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ibnu
Qami’ah melukai bagian atas pipi yang menonjol hingga dua rantai besi
perisai masuk ke dalam bagian atas pipi beliau. Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam terperosok ke salah satu lubang yang dibuat Abu Amir
agar kaum Muslimin terperosok ke dalamnya tanpa sepengetahuan mereka.
Kemudian Ali bin Abu Thalib memegang tangan Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam dan Thalhah bin Ubaidillah mengangkat beliau hingga
beliau berdiri tegak. Malik bin Sinan yang tidak lain adalah Abu Sa’id
Al-Khudri mengusap darah dari wajah beliau dan menelannya.
JAWABAN:
Qur’an Surah (QS) Al Jinn (72):26-27: (Dia adalah Tuhan) Yang
Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun
tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya.
Tafsir ayat ini adalah, bahwa tidak ada sesuatu pun yang ghaib dan
telah diperlihatkan kepada manusia kecuali mereka yang dikehendaki
Allah, yakni rasul-Nya, Muhammad SAW.
Dan Penjagaan yang dimaksud pada ayat ini adalah bahwa Allah
memberikan keistimewaan kepada beliau melalui para malaikat-Nya untuk
selalu memantau dan menjaganya sesuai dengan perintah Allah, dan para
malaikat yang akan menuntunnya agar dia dapat melaksanakan serta
menyampaikan wahyu Allah sehingga terlindung dari segala salah dan dosa
dalam menyampaikan ajarannya serta semakin teguh dalam dalam
menyampaikan risalah atau firman-Nya.
Jadi, inti penjagaan yang dimaksud di sini, penjagaan dalam
menyampaikan wahyu atau firman Allah kepada umat beliau. Hal ini juga
disinggung dalam surah Al-Maidah:
QS. 5:67. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Yakni, tak seorang pun yang dapat membunuh beliau (nabi Muhammad).
Adapun mengapa sampai nabi mengalami luka di perang Uhud seperti pada
kutipan sirah di atas, bukan berarti Allah tidak menjaga beliau dari
apa yang dia alami tersebut, tapi justru pada peristiwa tersebut Allah
membuktikan bahwa Dia masih menjaga rasul-Nya yakni tidak terbunuh dalam
perang tersebut. Bahkan anggapan orang-orang kafir saat itu mengira
telah berhasil membunuh Muhammad, padahal kenyataannya tidak.
Adapun hikmah yang ingin Allah sampaikan kepada beliau dan umatnya pada peristiwa perang Uhud tersebut di antaranya adalah:
1. Muhammad juga seorang manusia biasa, sama seperti
kaum muslimin lainnya yang berperang dan mendapatkan luka, merasakan
sakit dan beratnya cobaan yang menimpa beliau. Seperti yang di
firmankan-Nya:
QS. 21:35. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Sabda beliau:
“Manusia yang paling berat cobaannya, adalah para nabi, lalu
orang-orang shaleh kemudian orang yang paling mulia dan yang paling
mulia dari manusia. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya.” (Source; Hadits Online: Sunan Ahmad: 1400)
2. Tercapainya derajat mati syahid bagi kaum muslimin.
QS. 3.140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka
sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang
serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan
diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya
sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang zalim.
3. Semakin jelaslah siapa yang dengan lisannya menyimpan kemunafikan dan menampilkan keislaman.
QS. 3: 121-122. Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi
hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa
tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal
Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah
kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.
QS.3 143. Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum
kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu
menyaksikannya.
4. Allah hendak menunjukkan kepada umat beliau bahwa
beginilah akibat dari ketidakpatuhan pada apa yang diperintahkan
rasul-Nya, yakni agar regu pemanah pada perang tersebut tidak beranjak
dari tempatnya sebelum perang benar-benar usai hanya karena keinginan
mendapatkan kemenangan yang begitu cepat dan harta rampasan perang
hingga mengakibat mereka kalah dalam perang tersebut.
Atau dengan bahasa lain, strategi perang yang diperintahkan beliau, kurang dipatuhi dengan benar .
QS. 3.152. Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada
kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat
kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah
(Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di
antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang
yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari
merekauntuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema’afkan kamu.
Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang
beriman.
5. Kaum muslimin merasa bangga dengan kemenangan
mereka terdahulu (di perang badar) yang menjadikan mereka, ujub,
sombong, dan lupa kepada Rabbnya. Maka dengan kekalahan tersebut akan
menjadikannya tawadhu (rendah hati), tawakal (berserah diri), dan
meminta pertolongan kepada Allah dan tidak bergantung dan mengandalkan
kekuatan sendiri.
QS. 3.165. Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada
peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat
kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana
datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu
sendiri.” Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. 3.172. (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan
Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi
orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada
pahala yang besar.
6. Kisah keteladanan dan kesabaran seorang wanita
menerima musibah kematian saudara, bapak, kerabat, bahkan suami mereka
yang terbunuh mati syahid di Perang Uhud.
Dikisahkan, saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama
para sahabat melewati sekelompok wanita dari bani Najjar. Di antara
wanita tersebut ada yang bapaknya terbunuh, saudaranya dan suaminya.
Tatkala salah seorang wanita mendengar berita kematian saudara, bapak,
suami yang dicintainya dia malah menanyakan tentang keadaan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya mengatakan, “Bagaimana dengan kabar Rasulullah.” Maka mereka menjawab, “Rasulullah dalam keadaan baik.” Maka tatkala wanita tersebut melihat Rasulullah dia mengatakan, “Semua musibah yang menimpa adalah ringan selain musibah yang menimpamu wahai Rasulullah.”
Tatkala Shafiah binti Abdul Muthalib radhiallahu ‘anha datang untuk
melihat jenazah saudaranya (Hamzah radhiallahu ‘anhu) maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada putranya (Zubair
radhiallahu ‘anhu) agar ibunya jangan melihat jenazah Hamzah karena
beliau khawatir Shafiah tidak sabar jika melihat jenazahnya yang telah
disayat-sayat oleh musuh. Maka Shafiah berkata: “Kenapa tidak boleh?
sedangkan aku telah mendengar beritanya dan aku ridha dengan musibah
ini. Mereka meninggal di jalan Allah. Saya akan bersabdar dan mengharap
pahala dari Allah dengan musibah ini.
Hamnah binti Jahsy radhiallahu ‘anha mendapat berita kematian
saudaranya dan pamannya (Mus’ab bin Umair radhiallahu ‘anhu) dan beliau
radhiallahu ‘anha bersabar.
Itulah hikmah-hikmah yang terkandung dalam peristiwa
perang Uhud tersebut. Ibarat sebuah pepatah mengatakan “Belajarlah
dari kesalahan untuk mencapai hasil yang memuaskan”.
Jadi, tuduhan diatas adalah tuduhan yang hanya mengedepankan
kebencian semata dengan memakai ‘metoda’ bahasa pengkorelasian agar
tudingan penuduh bisa pas (sesuai) dengan dalil-dalil yang ingin mereka
tampilkan.
Pada kesimpulannya, Allah selalu menjaga para
rasul-rasul pilihan-Nya dari upaya pembunuhan oleh kaumnya dikarenakan
mereka adalah manusia-manusia pilihan yang harus menyampaikan kebenaran
kepada umat manusia dan membawanya ke jalan yang lurus dan diridhai
Allah SWT.
Tapi anehnya, orang Kristen lebih senang kalau Yesus itu mati dalam penyalibannya. Itu artinya
Kristen secara tidak sadar me-labeli Yesus bukan rasul atau manusia
pilihan Tuhan karena ia dibiarkan tewas tanpa pertolongan Tuhannya.
Kristen berdalih, bahwa misi Yesus memang seperti itu. Ia datang
untuk mati menebus dosa manusia. Sungguh statement yang diluar akal
sehat dan logika kita! Sebab, jika memang tujuannya hanya untuk itu
tentunya ada beberapa poin yang perlu dipertanyakan:
1. Jika Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib,
mengapa Yesus harus berdoa minta dirinya diselamatkan dari maut (Luk
22:41-43)? Ataukah ia sedang bersandiwara dalam doanya? Atau apakah doa
Yesus ini didengar atau tidak? Kalau didengar, kepercayaan bahwa dia
mati di atas salib berarti BATAL. Sebaliknya, kalau tidak didengar
berarti diragukan apakah dia orang benar atau tidak, karena dalam Kitab
Amsal dikatakan:
“TUHAN itu jauh daripada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarnya” (Amsal 15:29).
Yang benar ialah, Allah Ta’ala telah mendengar ratap tangisnya,
sesuai dengan kebiasaan dan sunah-Nya. Almasih pasti diselamatkan dari
kematian di atas tiang salib yang terkutuk itu.
2. Jika Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib,
mengapa Yesus harus bersedih dan meminta murid-muridnya untuk
berjaga-jaga (Mat 26:38/ Mark 14:34)? Bukankah seharusnya ia tidak
bersikap seperti itu karena sudah tahu bahwa dirinya akan disalib,
bukannya ia seharusnya gembira karena sebentar lagi misi kematiannya
untuk penebusan dosa segera terlaksana?
3. Jika Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib,
mengapa Yesus justru memilih sembunyi atau menjauh atau melarikan diri
dari orang-orang Yahudi yang berusaha membunuhnya (Yoh 11:53-54, Yoh
7:1, Yoh 8:59)? Bukankah tidak semestinya ia bersikap seperti itu karena
sudah tahu bahwa dirinya memang datang untuk mati menebus dosa
manusia?
4. Jika Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib,
mengapa Yesus harus ditangkap bagai seorang penyamun bahkan diadili di
hadapan Mahkamah Agama (Mat 26:36-68)? Bukankah misi Yesus adalah untuk
menyerahkan dirinya dalam maut, yang tentunya ia tak harus ditangkap
seperti itu? Ataukah itu hanya sekedar sandiwara belaka? Dan pada
kesempatan lain, Yesus pun juga mengisyaratkan bahwa ia takkan bisa
ditangkap dan ditemukan keberadaannya. (Yoh 7:30-36)
5. Jika Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib,
mengapa Yesus harus berteriak-teriak saat dirinya disalib yang
seakan-akan dia bertanya tentang Tuhan yang membiarkan dan tidak
menolongnya(Mat 27:46 /Mark15:34)?
Dan bukankah sikap tersebut menunjukkan ketidakrelaannya menerima
keputusan penyaliban tersebut? Atau dengan kata lain, Yesus tidak merasa
siap untuk di salib? Bukankah sudah seharusnya dia menampakkan sikap
yang tenang dan berdoa serta bahagia dalam peristiwa penyaliban dirinya
tersebut?
Ibaratnya, seorang terpidana yang divonis mati, dan sebentar lagi
regu penembak akan mengeksekusi dirinya, tentunya sikap yang ada saat
itu, adalah terpidana sudah ikhlas menerimanya, kemudian ia berdoa untuk
terakhir kalinya dan menjemput kematiannya dengan tenang, bukannya
berteriak.
Logika-logika di atas sebenarnya sangat tak bisa kita sangkal bahwa
Yesus (Isa Al Masih) itu tidak disalib atau dibunuh! Karena Tuhan pasti
melindungi dia sebagaimana Tuhan melindungi nabi-nabi pilihanNya yang
diutus untuk kaumnya masing-masing.
“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang
rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa
keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan
terhadap orang-orang yang berdosa. Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (Ar-Ruum: 47)
Sungguh aneh umat Kristen yang menganggap Yesus itu sebagai anak Allah…
Lalu mereka menyerahkannya kepada kaum Yahudi dengan mengatakan:
Ia telah mati karena mereka telah menyalibnya
Apabila benar yang Kristen katakan,
Tanyakanlah dimana Bapa-nya saat itu…
Jika Bapa-nya senang dengan perbuatan kaum Yahudi
Maka berterima kasihlah kepada kaum Yahudi karena mereka telah membuat-Nya senang
Dan jika Bapa-nya kesal dan tidak senang
Maka sembahlah kaum Yahudi karena mereka telah mengalahkan-Nya.
Renungilah wahai orang-orang yang berakal, menyembahlah kalian hanya
kepada Tuhan yang sebenar-benarnya. Tidak seharusnya anda
mempersekutukan-Nya dengan seseorang yang tercipta hanya dari tanah:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah
seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian
Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah
dia.” (Ali-Imraan: 59) (Surya Yaya/berbagai sumber)
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya.
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb.
peraturan komentar:
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa.
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit.
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan
Post a Comment