Kali ini kita akan menelaah salah satu nubuat dalam Bible dengan
penafsiran yang bisa dikatakan sangat berbeda dengan tafsir kalangan
Gereja lainnya namun keotentikan dan kekredibilitas kebenaran makna
nubuatnya tidak akan kalah dari tafsir para ahli Alkitab tersebut
semacam John Collin, Young, Stuart mau pun Langrange.
Pada dasarnya metode tafsir yang digunakan hampir sama dengan cara
tafsiran Gereja, melalui proses analisa makna kata per kata, proses
sintesa yaitu analisa keterkaitan makna kata yang satu dengan yang lain,
serta kajian aspek histori dan ditambah dengan melihat realitas
empirisnya. Mungkin letak perbedaannya hanya lebih pada kekritisan dalam pemahaman dan keterbukaan dalam mengetahui kebenaran.
Mengapa tafsiran dalam nubuat ini akan begitu penting? Karena jika
makna nubuat berikut dapat ditafsirkan dengan benar, maka hal ini akan
sukses mengguncang sisi keimanan Kristiani dan
penggenapannya akan menjadi ketakutan terbesar bagi setiap pribadi
Kristen yang selama ini berpayung dalam dogma Gereja. Dan nubuat
menarik yang dimaksud akan dapat membahayakan nalar kritis Kristiani
dan memukau nalar kritis umat lain tersebut terdapat pada Kitab Daniel,
tepatnya Daniel 2:30-35.
Kitab Daniel Dan Mimpi Raja Nebukadnezar
Sebagaimana halnya seperti Kitab Wahyu yang terdapat dalam Perjanjian
Baru, maka di dalam Kitab Daniel ini banyak memuat hal-hal yang
berkaitan dengan penglihatan-penglihatan atau nubuat-nubuat tentang masa depan
yang banyak mempengaruhi perkembangan pemikiran dan keyakinan umat
Kristiani. Bagi Kristiani, nubuat dalam Bible senantiasa terjadi dan
menurut mereka hal inilah yang membuktikan kebenaran Bible, meskipun
sejujurnya kebanyakan nubuat dalam PL yang seakan digenapi dalam PB
terutama nubuat mengenai Yesus adalah distorsi dan kebohongan oknum penulis Injil Kanonik untuk meluluskan doktrin kepercayaan mereka tentang kedatangan dan takdir Yesus di dunia.
Sekarang kita akan fokus mengungkap makna nubuat dalam Daniel 2:30-35, berikut kutipan lengkap ayatnya:
Daniel 2:30-35
2:30 Adapun aku, kepadaku telah disingkapkan
rahasia itu, bukan karena hikmat yang mungkin ada padaku melebihi
hikmat semua orang yang hidup, tetapi supaya maknanya diberitahukan
kepada tuanku raja, dan supaya tuanku mengenal pikiran-pikiran tuanku.
2:31 Ya raja, tuanku melihat suatu penglihatan,
yakni sebuah patung yang amat besar! Patung ini tinggi,
berkilau-kilauan luar biasa, tegak di hadapan tuanku, dan tampak
mendahsyatkan.
2:32 Adapun patung itu, kepalanya dari emas tua, dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggangnya dari tembaga,
2:33 sedang pahanya dari besi dengan kakinya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat.
2:34 Sementara tuanku melihatnya, terungkit
lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia, lalu menimpa patung
itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu, sehingga
remuk.
2:35 Maka dengan sekaligus diremukkannyalah juga
besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu, dan semuanya menjadi
seperti sekam di tempat pengirikan pada musim panas, lalu angin
menghembuskannya, sehingga tidak ada bekas-bekasnya yang ditemukan.
Tetapi batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi
seluruh bumi.
Dasar nubuat diatas adalah penglihatan dalam mimpi Raja Nebukadnezar,
makna mimpi tersebut kemudian ditanyakan Raja Nebukadnezar kepada
Daniel, yang juga merupakan salah seorang penasehat Raja dan dipercaya
sebagai Nabi. Daniel pun kemudian memberitahukan makna mimpi itu, dalam
tafsirnya Daniel mengatakan bahwa di masa yang akan datang akan ada empat kerajaan yang akan mengalami kehancuran atau runtuh secara bergiliran. Dan kemudian akan muncul kerajaan kelima yang akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, dan kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya.
Empat kerajaan yang akan mengalami kehancuran tersebut terdiri dari:
Pertama, kerajaan "emas", yang juga merupakan kerajaan Raja
Nebukadnezar (Babylonia) sendiri, dan memang kerajaan tersebut akhirnya
hancur dan konon Raja Nebukadnezar kemudian sakit dan mengalami
gangguan jiwa selama 7 tahun; kemudian yang kedua adalah kerajaan "perak"; ketiga kerajaan "tembaga" dan yang keempat adalah kerajaan "besi dan tanah liat".
Namun demikian, untuk tafsir kerajaan yang kedua, ketiga, keempat dan
kemunculan kerajaan yang kelima, Daniel tidak memberikan penjelasan
lebih lanjut.
Hal itulah yang kemudian mendorong para ahli tafsir Alkitab di
kalangan Kristiani terus berusaha mengidentifikasi tentang 3 kerajaan
yang akan hancur secara bergiliran tersebut, dan juga mengidentifikasi
kemunculan 1 kerajaan yang akan tetap berdiri untuk selama-lamanya.
Jika kita perhatikan sebagaimana penglihatan lainnya dalam Bible, mimpi Raja Nebukadnezar tersebut penuh dengan alegori atau metafora,
mimpi yang penuh simbologi namun dipercaya sebagai nubuat dan merujuk
kesesuatu yang nyata. Sehingga untuk mengetahui kebenaran makna mimpi
tersebut tidak cukup dengan melihat sejarah historis, tapi harus dengan
penuh kekritisan tinggi untuk menyibak berbagai makna yang dimaksud
dalam penglihatan sang Raja.
Seperti dikatakan sebelumnya bahwa pemaparan telaahan Kitab Daniel
2:30-35 berikut akan disajikan dalam perspektif yang baru dan berbeda
dengan tafsiran para ahli Alkitab dari kalangan Kristiani umumnya. Kalau
para ahli Alkitab lebih fokus pada upaya untuk menafsirkan makna kata "kerajaan", maka disini kita justru akan lebih fokus pada upaya menelaah makna kata "patung" yang sesungguhnya merupakan substansi hikmat dari mimpi Raja Nebukadnezar itu sendiri.
Jadi, kalau para ahli Alkitab dari kalangan Kristiani senantiasa
berupaya mencari kerajaan apa yang dinubuatkan hancur tersebut, maka
disini justru akan digali inti cerita yang menjadi mimpi Raja
Nebukadnezar itu sendiri, yaitu makna kata "patung, karena sebagaimana yang tertulis pada Kitab Daniel 2:30-35, Raja Nebukadnezar sesungguhnya tidak bermimpi tentang sebuah kerajaan
yang mengalami kehancuran, tetapi dia bermimpi tentang sebuah patung
yang remuk oleh sebuah batu. Dan kita akan menyibak apa yang terkandung
sebenarnya dari simbologi patung dalam mimpi Raja Nebukadnezar
tersebut.
Penglihatan Raja Bukan Menubuatkan Kerajaan
Sekarang kita mulai dari Daniel 2:30
Daniel 2:30 Adapun aku, kepadaku telah
disingkapkan rahasia itu, bukan karena hikmat yang mungkin ada padaku
melebihi hikmat semua orang yang hidup, tetapi supaya maknanya
diberitahukan kepada tuanku raja, dan supaya tuanku mengenal
pikiran-pikiran tuanku.
Kalimat: "...bukan karena hikmat yang mungkin ada padaku melebihi hikmat semua orang yang hidup..."
Kalau kita cermati secara seksama, kalimat tersebut sesungguhnya
menyiratkan bahwa kita sebenarnya masih diberikan peluang dan
keleluasaan untuk dapat menafsirkan atau menelaah makna mimpi Raja
Nebukadnezar lebih lanjut, bahkan sangat dimungkinkan bahwa hasil
tafsiran/telaahan kita justru akan lebih deskriptif dan lebih bermakna dibandingkan dengan tafsiran Nabi Daniel atas mimpi Raja Nebukadnezar tersebut.
Kalimat: "...tetapi supaya maknanya diberitahukan kepada tuanku raja, dan supaya tuanku mengenal pikiran-pikiran tuanku..."
Kalimat tersebut sesungguhnya juga menjelaskan bahwa fungsi tafsir
yang disampaikan oleh Nabi Daniel semata-mata hanyalah berfungsi untuk
mengingatkan atau memberikan "warning and attention" kepada
Raja Nebukadnezar bahwa kerajaan, kekuasaan, kekuatan dan kemakmuran
yang telah miliki oleh Raja Nebukadnezar hanyalah bersifat sementara
dan suatu saat pasti akan sirna.
Peringatan itu memang patut untuk diberitahukan kepada Raja
Nebukadnezar karena memang pada saat itu dalam pikiran dan relung hati
Raja Nebukadnezar telah mulai timbul sifat-sifat buruk dan tidak
terpuji yang akhirnya membuat Raja Nebukadnezar menjadi sosok seorang
penguasa yang sombong. Hal itu dimaksudkan agar Raja Nebukadnezar mampu
mengenal pikiran-pikiran-nya sendiri dan memahami gejolak relung
hatinya yang sudah mulai berlaku sombong agar kembali sadar bahwa
kerajaan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang manusia, siapapun, di
manapun, kapanpun dan semegah apa pun sesungguhnya tidaklah abadi
karena Kerajaan dan Kekuasaan yang mutlak dan abadi hanya-lah milik
Allah, Tuhan Pencipta Alam.
Jadi, kata kerajaan pada tafsir Nabi Daniel (Kitab Daniel 2:37-45)
bukanlah sebuah kata sentral yang perlu ditafsirkan kembali maknanya,
karena kata kerajaan tersebut hanya berfungsi sebagai tamsil dalam
konteks ke-kini-an pada saat itu, yaitu ketika Nabi Daniel mengingatkan
Raja Nebukadnezar agar tidak sombong. Kata "kerajaan" bukanlah
merupakan sebuah kata yang mengandung makna nubuat atau
ramalan-ramalan tentang adanya 4 kerajaan tertentu yang akan mengalami
kehancuran dan munculnya 1 kerajaan yang akan berdiri untuk
selama-lamanya di masa depan.
Menelaah Makna Mimpi Raja Nebukadnezar
Sekarang, jika ternyata penglihatan Raja Nebukadnezar bukanlah nubuat
yang membicarakan masalah kerajaan pada umumnya, lantas apa makna
sesungguhnya dari mimpi sang Raja? kita lanjutkan kajiannya.
Daniel 2:31: Ya raja, tuanku melihat suatu
penglihatan, yakni sebuah patung yang amat besar! Patung ini tinggi,
berkilau-kilauan luar biasa, tegak di hadapan tuanku, dan tampak
mendahsyatkan.
Jika kita mencermati Kitab Daniel 2:31 tersebut di
atas, maka tentu akan timbul beberapa pertanyaan. Mengapa Raja
Nebukadnezar harus bermimpi tentang sebuah patung? Bukankah
Nebukadnezar adalah seorang Raja? Mengapa dia tidak bermimpi saja
tentang istananya yang runtuh? Atau bermimpi tentang singgasananya yang
ambruk? Atau tentang mahkotanya yang jatuh? Dalam Kitab Daniel 2:37-45
diceritakan bahwa patung tersebut akhirnya remuk karena tertimpa sebuah batu.
Lalu apakah makna patung dalam mimpi Raja Nebukadnezar tersebut
merupakan tamsil atau metafora atau sebuah alegori? Apakah merupakan
tamsil dari hegemoni sebuah kerajaan atau negara? Ataukah merupakan
tamsil dari hegemoni sebuah kekuasaan seorang raja atau kepala negara
secara pribadi? Ataukah bahkan mungkin merupakan tamsil dari hegemoni sebuah isme atau agama tertentu?
Jika kita cenderung lebih kritis, maka makna kata "patung" dalam mimpi Raja Nebukadnezar sesungguhnya merupakan simbol yang mencerminkan hegemoni sebuah keyakinan agama.
Mengapa patung mesti dikaitkan dengan simbol hegemoni sebuah keyakinan
agama? Karena sudah mulai sejak zaman megalitikum sampai dengan zaman
sekarang ini, hampir semua agama di dunia ini melakukan ritual
peribadatan kepada sesembahannya melalui simbol-simbol dalam bentuk
sebuah patung (kecuali Islam, yang tidak pernah menyimbolkan Tuhannya
(Allah) dengan simbol sebuah patung).
Lihat saja pada agama-agama yang masih eksis hingga saat sekarang ini; Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, Shinto
dan lain-lainya, semua memiliki simbol-simbol ketuhanan masing-masing
di mana sudah lazim patung-patung sesembahannya diletakkan ditempat
peribadatan. Contohnya patung Yesus Kristus selalu terpasang di setiap gereja dan katedral. Di dalam ilmu anthropologi, faham yang menyimbolkan Tuhan dalam bentuk sebuah patung dan manusia disebut sebagai anthropomorphisme, atau faham yang mempersonifikasikan Tuhan sebagaimana layaknya seperti bentuk manusia
atau benda tertentu. Kalau makna patung dalam mimpi Raja Nebukadnezar,
yang terlihat amat besar, tinggi, berkilau-kilauan luar biasa, tegak
dan nampak mendahsyatkan itu, adalah mencerminkan simbol hegemoni
sebuah keyakinan agama, lantas simbol hegemoni sebuah keyakinan agama apakah itu?
Daniel 2:32 Adapun patung itu, kepalanya dari emas tua, dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggangnya dari tembaga,
Dari Kitab Daniel 2:32 tersebut di atas, terdapat
rangkaian kata yang perlu kita maknai agar kita mampu menangkap hikmat
atau makna tersembunyi yang dimaksudkan dalam mimpi Raja Nebukadnezar
tersebut.
Kalimat: "...kepalanya dari emas tua,..."
Kata "kepala", merupakan bagian tubuh yang terletak pada posisi paling atas dan merupakan identitas utama yang pertama kali dapat dikenali oleh orang lain, karena pada kepala itulah terdapat wajah kita.
Kata "emas tua", merupakan sebuah logam yang melambangkan suatu kemuliaan, sedangkan kata "tua" merupakan kata komplementasi yang menegaskan bahwa kemuliaan tersebut merupakan kemuliaan yang amat sangat tinggi. Dan kemuliaan tertinggi yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia dalam konteks ini adalah agama. Kata "tua" juga dapat dialamatkan kepada makna sangat lama,
sehingga jika disatukan maka kemuliaan dari Tuhan tersebut sudah ada
sejak lama dan kembali lagi maknanya merujuk kepada bentuk agama.
Jadi, kalimat "kepalanya dari emas tua," memiliki makna bahwa orang-orang mengenalnya sebagai sebuah Agama.
Kalimat: "...dada dan lengannya dari perak,..."
Kata "dada", merupakan bagian tubuh yang melambangkan suatu diri yang hidup,
karena di dalam dada inilah terdapat organ pokok penyokong kehidupan,
yaitu jantung dan paru-paru. Yang dimaksud suatu diri yang hidup dalam
konteks ini, artinya manusia.
Kata "lengan", merupakan bagian tubuh yang paling banyak
melakukan aktifitas hidup, hampir semua aktifitas hidup selalu
melibatkan bagian tubuh ini. Bagian tubuh ini juga merupakan organ pokok
yang digunakan dalam aktifitas menghitung (lengan, tangan, jari-jari),
sehingga dalam hal ini, kata "lengan" juga melambangkan sesuatu yang banyak.
Kata "perak", merupakan sebuah logam yang sejak zaman dahulu
banyak digunakan sebagai bahan baku untuk membuat perlengkapan
peribadatan yang dipakai oleh para penganut dalam setiap kegiatan ritual
keagamaan. Misalnya: bokor-bokor untuk persembahan atau sesaji,
bejana-bejana untuk air suci, piala/cangkir untuk anggur atau darah
korban, nampan/piring untuk roti, tatakan/alas untuk lilin,
genta/lonceng kecil dan sebagainya.
Jadi, kalimat "dada dan lengan-nya dari perak," memiliki
makna bahwa agama tersebut memiliki jumlah penganut yang sangat besar
atau terbesar di dunia dibandingkan dengan jumlah pemeluk agama-agama
lainnya.
Kalimat: "...perut dan pinggang-nya dari tembaga..."
Kata "perut", merupakan bagian tubuh yang melambangkan suatu kemakmuran atau kesejahteraan,
karena di dalam perut inilah makanan dan minuman yang masuk dicerna,
diolah dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Bagian tubuh
inilah yang memasok gizi dan nutrisi makanan yang digunakan untuk
menopang kehidupan.
Kata "pinggang", merupakan bagian tubuh yang melambangkan sebuah kekuatan,
karena didalamnya terdapat tulang panggul dan tulang ekor sebagai
tempat bertumpunya tulang punggung atau tulang belakang sehingga
merupakan tumpuan tubuh bagian atas.
Kata "tembaga", merupakan sebuah logam yang pada zaman
dahulu banyak digunakan sebagai bahan baku uang logam. Uang logam dari
bahan tembaga ini merupakan uang logam yang paling banyak jumlahnya
(dibandingkan dengan jumlah uang logam dari emas mau pun perak) dan
dipastikan hampir dapat dimiliki oleh semua kalangan, baik itu dimiliki
oleh raja, keluarga raja, para bangsawan, prajurit kerajaan,
saudagar-saudagar, pelaut, petani mau pun rakyat jelata. Logam ini
melambangkan suatu pendanaan atau sumber keuangan.
Jadi, kalimat "perut dan pinggang-nya dari tembaga",
memiliki makna bahwa agama tersebut merupakan agama yang secara
individu (pemeluknya) maupun secara kelembagaan sangat kuat dan
memiliki tingkat kemakmuran atau kesejahteraan yang baik, karena
didukung oleh sumber pendanaan atau sumber keuangan yang sangat besar.
Daniel 2:33 sedang pahanya dari besi dengan kakinya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat.
Kalimat: "...paha-nya dari besi..."
Kata "paha", merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi utama untuk memulai sebuah pergerakan atau mobilitas.
Agar seseorang dapat bergerak, berjalan, berpindah dari satu tempat ke
tempat lainnya, pasti selalu diawali oleh bergeraknya paha baik
terangkat untuk maju, mundur atau diangkat ke atas dan kebawah. Jadi
semua pergerakan seseorang dari satu titik ke titik yang lainnya sangat
bergantung pada pergerakan paha, karena jika paha tidak bergerak maka
sangat sulit seseorang dapat melakukan sebuah pergerakan. Jadi, "paha disini melambangkan sesuatu yang menggerakkan atau sesuatu yang menyokong kelangsungan dan eksistensi sebuah agama, agar dapat tetap eksis dan dapat berkembang biak di seluruh dunia.
Dalam konteks ini, maka yang dimaksud dengan "sesuatu yang menggerakkan" atau "sesuatu yang menyokong eksistensi" sebuah agama, adalah lembaga-lembaga keagamaan
yang menanungi-nya (misalnya Dewan Gereja/Konsili, PGI, KWI, Kepausan,
Keuskupan atau Bishop) dan individu-individu aktivis pergerakan agama
(misalnya pendeta, pastur, suster, missionaris, dan penginjil).
Kata "besi", merupakan sebuah logam yang termasuk kategori
logam paling kuat jika dibandingkan dengan logam-logam lainnya.
Sehingga sudah sejak zaman dahulu kala, besi banyak digunakan sebagai
bahan baku untuk membuat berbagai macam peralatan, terutama peralatan
untuk perang. Misalnya untuk bahan baku pembuatan pedang, anak panah,
mata tombak, pisau belati, bedil, baju besi, kereta kuda untuk perang
dan sebagainya. "Besi" melambangkan sesuatu yang sangat kuat atau alat yang sangat kuat.
Jadi, kalimat "pahanya dari besi," mempunyai makna bahwa
agama tersebut merupakan sebuah agama yang memiliki alat (lembaga
keagamaan) yang pengaruhnya sangat kuat, dalam hal menentukan
kebijakan-kebijakan yang dijadikan sebagai landasan keimanan dan
merupakan mesin utama yang menggerakkan misi penyebaran agama serta
merupakan pilar terpenting yang mpenyokong kelangsungan/eksistensi
agama tersebut.
Kalimat: "...dengan kaki-nya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat..."
Kalimat diatas, merupakan kalimat yang paling crusial dan sangat
tajam yang akan dapat mengantarkan kita pada sebuah kesimpulan yang
tepat tentang identitas sebuah agama yang dimaksud dalam tafsir mimpi Raja Nebukadnezar tersebut.
Sebagai orang yang terbiasa melakukan suatu analisa dan terbiasa
untuk berpikir secara kritis maka dengan membaca kalimat di atas, tentu
akan timbul beberapa pertanyaan dalam benaknya. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut antara lain, mengapa kakinya harus terbuat dari bahan campuran
antara besi dan tanah liat, kenapa bukan campuran dari bahan lainnya?
Mengapa harus kakinya yang terbuat dari bahan campuran antara besi dan
tanah liat, kenapa bukan kepala-nya saja, atau dada dan lengan-nya
saja, atau perut dan pinggang-nya saja? Untuk mengetahuinya kita
lanjutkan telaahan berikutnya.
Kata "kaki", merupakan bagian tubuh yang memilki fungsi
sebagai tumpuan atau sebagai pondasi bagi keseluruhan tubuh. Kemampuan
seseorang untuk dapat berdiri tegak dan kuat sangat tergantung pada
kekuatan pijakan kaki yang dimiliki. Dalam konteks ini, maka sesuatu
yang merupakan pondasi atau ajaran pokok sebuah agama, adalah berkaitan
dengan dogma ketuhanan agama tersebut.
Kata "besi", sebagaimana telah diuraikan di atas, merupakan logam yang melambangkan alat yang sangat kuat atau melambangkan sebuah lembaga keagamaan yang sangat kuat, yaitu semisal Dewan Gereja (Konsili), PGI, KWI, Kepausan, Keuskupan atau Bishop.
Kata "tanah liat", merupakan tempat di mana kita berpijak,
tanah liat dapat juga mengandung arti sebagai sebuah teritori atau
sebuah wilayah. Dalam terminologi ilmu tata negara, kata "tanah liat" melambangkan suatu daerah kekuasaan
atau wilayah pemerintahan, dimana dalam setiap wilayah tentu terdapat
pemerintah atau penguasa yang berotoritas. Oleh karena itu, kata "tanah liat" dapat juga melambangkan sebuah pemerintahan atau melambangkan seorang penguasa sebuah kerajaan, kekaisaran atau negara.
Jadi, kalimat "dengan kakinya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat",
memiliki makna bahwa pondasi agama tersebut, atau dogma ketuhanan
agama tersebut merupakan hasil kesepakatan atau hasil kompromi antara
kebijakan sebuah Lembaga Agama (Konsili) dengan kehendak seorang
penguasa yang memegang otoritas pemerintahan pada saat kesepakatan
tersebut dibuat. Di mana tentunya masing-masing pihak (Lembaga Agama dan
Penguasa) memiliki kepentingan yang harus sama-sama diakomodir dalam
kesepakatan.
Berdasarkan hasil telaahan, sudah sangat jelas kesimpulan bahwa makna "patung" dalam mimpi Raja Nebukadnezar sesungguhnya merupakan simbol yang mencerminkan hegemoni sebuah keyakinan agama.
Sebelum kita bahas lebih lanjut mengenai kelanjutan nubuat Daniel ini,
telebih dahulu kita ringkas kesimpulan yang telah kita dapatkan saat
ini untuk mempertajam apa makna yang terkandung dalam Daniel 2:31-33.
Agar lebih mudah dalam mengidentifikasi sosok patung dalam mimpi Raja
Nebukadnezar, berikut ini pemaparan ringkasan telaahan Daniel 2:31–33
seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Daniel 2:31 Ya raja, tuanku melihat suatu
penglihatan, yakni sebuah patung yang amat besar! Patung ini tinggi,
berkilau-kilauan luar biasa, tegak di hadapan tuanku, dan tampak
mendahsyatkan.
Ayat di atas memiliki makna bahwa Agama ini secara visualisasi
menampakkan sebuah kemegahan, memperlihatkan suatu kebesaran,
menampakkan sebuah kekuatan yang seolah tak tertandingi, sehingga sangat
menggoda manusia mula-mula yang mengenalnya untuk masuk ke dalamnya
karena besarnya kekuasaannya.
Daniel 2:32 Adapun patung itu, kepalanya dari emas tua, dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggangnya dari tembaga,
Ayat di atas memiliki makna bahwa Agama ini dikenal orang sebagai
agama yang memiliki jumlah pemeluk terbesar di dunia dan merupakan
agama yang secara individu (dari sisi penganut) maupun secara
kelembagaan sangatlah kuat dan memiliki tingkat kemakmuran atau
kesejahteraan yang sangat baik, karena didukung oleh sumber pendanaan
atau sumber keuangan yang sangat besar.
Daniel 2:33 sedang pahanya dari besi dengan kakinya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat.
Dan, ayat di atas memiliki makna bahwa Agama ini memiliki alat
(lembaga keagamaan) yang pengaruhnya sangat kuat dalam hal menentukan
kebijakan-kebijakan yang dijadikan sebagai landasan keimanan dan
merupakan mesin utama yang menggerakkan misi penyebaran agama serta
merupakan pilar terpenting yang menyokong kelangsungan dan eksistensi
agama tersebut.
Dan agama ini, memiliki pondasi agama atau dogma ketuhanan yang merupakan hasil kesepakatan
atau hasil kompromi antara kebijakan sebuah Lembaga Agama/Konsili
dengan kehendak Seorang Penguasa yang memegang kekuasaan pemerintahan
pada saat kesepakatan tersebut dibuat. Di mana tentunya masing-masing
pihak (Lembaga Agama dan Sang Penguasa) tersebut memiliki kepentingan yang harus sama-sama diakomodir
dalam kesepakatan itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pondasi agama atau
dogma ketuhanan agama tersebut merupakan hasil sinkretisme antara dua
kepentingan dari dua pihak yang sesungguhnya berbeda.
Setelah kita membaca dan mencermati uraian sebagaimana dimaksud di atas, maka pertanyaan yang timbul berikutnya adalah:
1. Agama apakah yang memiliki jumlah pemeluk terbesar di dunia ini?
2. Agama apakah yang memiliki sumber pendanaan atau sumber keuangan yang sangat besar itu?
3. Agama apakah yang memiliki lembaga-lembaga keagamaan yang
sangat kuat pengaruhnya terhadap jemaat-nya dan merupakan kekuatan
utama yang menyokong eksistensi agama tersebut?
4. Agama apakah yang memiliki pondasi agama atau dogma
ketuhanan, yang merupakan hasil sinkretisme antara dua kepentingan dari
duapihak yang sesungguhnya berbeda?
Jika kita memiliki nalar yang sehat dan jernih serta kita mengerti
tentang konstelasi zaman dan sejarah agama-agama di dunia ini, maka
tentulah kita dengan mudah dapat menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Dan jawabannya hanyalah satu,
yaitu agama: "KRISTEN". Karena hanya Kristen lah yang sesungguhnya dapat memenuhi secara keseluruhan dari 4 kriteria tersebut di atas.
Kita telah menemukan suatu kesimpulan yang mengejutkan, bahwa
sesungguhnya apa yang dimimpikan Raja Nebukadzar mengenai patung yang
penuh dengan simbologi tersebut, adalah penglihatan mengenai ke-Kristen-an dengan sejarah dan dogmanya.
Korelasi Nubuat Dengan Dogma Trinitas
Sekedar untuk melengkapi penjelasan maksud dalam tafsir Daniel 2:33, pada kalimat "...dengan kaki-nya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat...",
sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka memiliki makna sebagai sebuah
pondasi agama atau lebih tepatnya sebagai dogma ketuhanan yang
merupakan hasil kolaborasi antara Lembaga Agama atau Konsili dengan Seorang Penguasa,
berikut ulasan yang berkaitan dengan adanya sebuah fakta historis
tentang terbentuknya dogma ketuhanan agama Kristen, yaitu sejarah
terciptanya doktrin Trinitas.
Cikal-bakal terciptanya Doktrin Trinitas tersebut sesungguhnya
terjadi pada tahun 325 M, yaitu pada saat Konsili Nicaea (Sidang Dewan
Gereja Nicaea) Pertama yang diselenggarakan di Nicaea, Bithynia
(sekarang İznik di Turki) atas prakarsa Seorang Penguasa Romawi ketika
itu, yaitu Kaisar Konstantin Agung dalam rangka
menindaklanjuti rekomendasi dari sebuah sinode yang dipimpin oleh
Hosius, seorang uskup dari Kordoba. Kaisar Konstantin Agunglah yang
berinisiatif mengundang para uskup dari seluruh keuskupan yang berada
di wilayah pengaruh kekuasaannya. Dan dialah yang kemudian juga
berperan aktif ikut memimpin jalannya sidang-sidang dalam konsili
tersebut.
Keterlibatan Kaisar Konstantin Agung di dalam menghimpun dan ikut
memimpin jalannya sidang tersebut, sesungguhnya menandakan adanya kendali kekaisaran atas Gereja, dan mencerminkan adanya campur tangan kepentingan politik (kepentingannya Kaisar Konstantin Agung) dalam ranah keagamaan.
Perlu kita ketahui bersama bahwa pada saat itu kehidupan masyarakat
di wilayah kekuasaan Kaisar Konstantin Agung masih sangat dipengaruhi
oleh agama tradisional Romawi kuno, yaitu sebuah agama pagan yang menyembah Dewa Matahari (Dewa Sol Invectus - Dewa Matahari Tak Tertandingi). Dewa Matahari ini mempunyai seorang putra (Son of God), yang bernama Mithra.
Mithra merupakan anak hasil hubungan intim antara Dewa Matahari (Sol
Invectus) dengan seorang manusia. Dalam keyakinan agama pagan tersebut,
Mithra diyakini lahir pada tanggal 25 Desember, kemudian dia mati
terbunuh, dan jazad-nya dikuburkan di sebuah makam (goa batu). Pada hari
ke 3 setelah kematiannya, dia pun bangkit (paskah) dan terangkat
menuju sorga untuk kemudian bersemayam di sisi Bapa-nya, yaitu Dewa Sol Invectus.
Dan satu hal yang perlu kita garis bawahi bahwa ketika Konsili Nicaea
diselenggarakan, Kaisar Konstantin Agung bukanlah seorang pemeluk
Kristen Katolik, karena di samping dia itu merupakan seorang Kaisar,
tetapi dia sesungguhnya juga sekaligus merupakan seorang Pemimpin Tertinggi agama pagan Sol Invectus.
Konsili Nicaea ini dihadiri oleh 318 uskup, yang terdiri dari 311
orang uskup dari gereja-gereja wilayah Timur (wilayah yang berbahasa
Yunani) dan hanya dihadiri oleh 7 orang uskup dari gereja-gereja
wilayah Barat (wilayah yang berbahasa Latin). Sedangkan 7 orang uskup
dari gereja-gereja wilayah Barat tersebut adalah Hosius dari Kordoba,
Cecilian dari Karthago, Mark dari Calabria, Nicasius dari Dijon, Donnus
dari Stidon, Victor dan Vicentius mewakili Paus dari Vatikan Roma.
Jumlah uskup yang hadir pada Konsili Nicaea tersebut sesungguhnya jauh
dari jumlah secara keseluruhan uskup yang berada di wilayah kekuasaan
Romawi, yang seluruhnya sekitar 1200 uskup.
Konsili Nicea ini diselenggarakan oleh Kaisar
Konstantin Agung dalam rangka untuk menyelesaikan perbedaan pendapat
dalam Gereja Alexandria mengenai hakikat Yesus dalam hubungannya dengan
Tuhan Bapa. Perlu digaris bawahi, bahwa pada Konsili Nicea ini Roh Kudus belum diakui secara resmi sebagai salah satu oknum Trinitas, hanya sebatas diakui keberadaanya saja. Ketuhanan Roh Kudus baru diakui pada Konsili Konstantinopel
yang diadakan pada tahun 381 M. Konsili ini diprakarsai oleh Macedonius
dan Teodonius yang menjadi kaisar pada saat itu. Pada saat itulah
untuk pertama kalinya rumusan Tri Tunggal alias Trinitas terangkum
jelas sebagai sebuah dogma ketuhanan, meskipun sesungguhnya tidak semua
kalangan Kristen mula-mula menerimanya.
Nubuat Kehancuran Patung
Setelah mengetahui makna dari patung dalam mimpi Raja Nebukadnezar, nubuat selanjutnya dalam Daniel 2:30-35 adalah mengenai kehancuran patung tersebut. Apakah yang dapat menyebabkan patung tersebut hancur? Hal apakah yang dapat membuat Kekristenan remuk dan binasa?
Daniel 2:34-35
2:34 Sementara tuanku melihatnya, terungkit
lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia, lalu menimpa patung
itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu, sehingga
remuk.
2:35 Maka dengan sekaligus diremukkannyalah juga
besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu, dan semuanya menjadi
seperti sekam di tempat pengirikan pada musim panas, lalu angin
menghembuskannya, sehingga tidak ada bekas-bekasnya yang ditemukan.
Tetapi batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi
seluruh bumi.
Kalau kita membaca Daniel 2:34-35 di atas dengan
sikap kritis, maka akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang cukup
menggelitik yang perlu untuk segera dijawab. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah:
1. Apa atau siapakah sebuah batu yang dimaksud dalam mimpi Raja Nebukadnezar tersebut?
2. Mengapa remuknya kaki patung tersebut harus karena tertimpa oleh sebuah batu? Melambangkan apakah sebuah batu tersebut?
3. Dan mengapa remuknya kaki patung tersebut bukan karena
misalnya halilintar yang menyambar atau badai yang menghempas atau api
yang melalap atau oleh sebab yang lainnya? Mengapa harus oleh sebuah
batu yang menimpa?
4. Mengapa yang pertama tertimpa oleh sebuah batu tersebut
harus bagian kakinya yang terbuat dari besi dan tanah liat dahulu?
Mengapa bukan bagian kepalanya yang terbuat dari emas dahulu saja, atau
dada dan lengannya yang terbuat dari perak, atau perut dan pinggangnya
yang terbuat dari tembaga, atau bagian pahanya yang terbuat dari besi
terlebih dahulu?
Daniel 2:34 Sementara tuanku melihatnya,
terungkit lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia, lalu
menimpa patung itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat
itu, sehingga remuk.
Kalimat: "...terungkit lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia,..."
Rangkaian kata tersebut memiliki makna bahwa sesuatu itu terjadi karena memang merupakan Kehendak dan sudah dalam Rencana Tuhan. Kata "tanpa perbuatan tangan manusia",
ini menunjukkan bahwa sesuatu yang terjadi, atau yang datang, ataupun
yang muncul ini, bukan karena kehendak nafsu manusia dan bukan pula
karena sudah dalam rencana seorang manusia, tetapi sesungguhnya karena
ada keterlibatan (invisible hand) dari Yang Maha Kuasa dan Yang Maha
Ghoib, yaitu Allah Yang Maha Esa. Dan sudah barang tentu Kehendak dan
Rencana ini sengaja dipersembahkan oleh Allah kepada makhluk mulia yang
dikasihiNya, yaitu umat manusia agar manusia senantiasa terjaga untuk
tetap berada di dalam Ketauhidan atau KeTuhanan yang benar dan murni.
Kata "sebuah batu" merupakan sebuah benda alamiah yang berkarakter keras dan kuat serta bersifat natural atau alami. Ini sesungguhnya memiliki makna, bahwa sesuatu yang datang atas Kehendak Tuhan tersebut membawa nilai-nilai atau risalah (rule of law) yang keras dan tegas dan dalam penerapannya (law inforcement) pun menampakkan sebuah semangat yang sangat kuat.
Namun demikian, walau pun sesuatu ini memilki karakter yang keras dan
kuat, tetapi di sisi lain sesuatu itu bersifat sangat natural dan
alami, artinya nilai-nilai yang dibawa itu sesungguhnya sangat applicable
dan sangat membumi. Sehingga nilai-nilai itu pun sangat tepat dan benar
untuk dijadikan sebagai sandaran atau pedoman bagi seluruh umat
manusia dalam rangka menjalani hidup (way of life) sebagai Khalifah di dunia ini agar dapat memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti.
Kalimat: "...lalu menimpa patung itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu, sehingga remuk..."
Rangkaian kata "...lalu menimpa patung itu,...", Rangkaian
kata tersebut memiliki makna, bahwa sesuatu yang datang atas Kehendak
Tuhan itu, sesungguhnya bertujuan atau dimaksudkan oleh Tuhan dalam
rangka untuk mengoreksi atas seperangkat ajaran sebuah agama.
Seperangkat ajaran yang telah diubah-ubah, dikelirukan, dan dipalsukan
oleh tangan-tangan manusia di mana terjadinya perubahan itu,
terjadinya kekeliruan itu dan terjadinya pemalsuan itu, adalah karena
dilandasi oleh kehendak nafsu manusianya dan karena dilatarbelakangi
oleh kebodohan manusianya, yaitu manusia yang berpegang dalam dogma ke-Kristen-an.
Rangkaian kata "...tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu,...",
Rangkaian kata tersebut memiliki makna bahwa langkah koreksi yang
pertama dan yang paling utama adalah berkaitan dengan sesuatu yang paling mendasar dan fundamental, yaitu tentu berkaitan dengan dogma ketuhanan agama tersebut.
Karena bersumber dari perubahan, kekeliruan, pemalsuan dogma keagamaan
inilah, yang kemudian akhirnya merusak seluruh sendi-sendi dan tatanan
nilai yang ada di dalam agama tersebut. Artinya, bahwa kekeliruan
utama yang ada di dalam agama Kristen tersebut, dan yang harus paling
pertama dikoreksi, adalah Doktrin Trinitas.
Rangkaian kata "...sehingga remuk...", Rangkaian kata
tersebut memiliki makna bahwa koreksi yang dilakukan terhadap Doktrin
Trinitas itu akan memberikan inspirasi dan dorongan kepada sekalian
manusia untuk segera bergegas menyelami dan mengkritisi dogma ketuhanan agama Kristen tersebut.
Dan hal itu akan mengakibatkan terjadinya benturan-benturan keras,
antara iman yang dilandasi oleh hati yang jernih dan benar dan
dilatarbelakangi oleh akal sehat, dengan Doktrin Trinitas yang penuh
dengan kekeliruan, khayalan dan kesesatan.
Dan benturan-benturan keras yang terjadi itu, akhirnya akan mengakibatkan Doktrin Trinitas akan mengalami kehancuran,
baik dari sisi integritas mau pun dari sisi substansi yang akhirnya
dengan seiring berjalannya waktu agama Kristen akan ditinggalkan oleh
umatnya sendiri, karena sangat bertentangan dengan keimanan yang benar
dan akal sehat manusia.
Hal tersebut di atas, sesungguhnya juga sekaligus merupakan sebuah
jawaban atas pertanyaan, mengapa sebuah batu itu harus menimpa tepat
pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu terlebih dahulu? Kenapa
bukan menimpa kepalanya, dada dan lengannya, perut dan pinggangnya atau
pahanya terlebih dahulu? Inilah sesungguhnya misi utama yang diemban
oleh sesuatu yang diutus oleh Tuhan ke dunia ini, yaitu dalam rangka menyelamatkan akidah umat manusia dari kemusyrikan dan kesesatan yang telah nyata-nyata ada di depan mata.
Jadi, benturan-benturan yang terjadi tidaklah dalam artian benturan
yang bersifat fisik, tetapi lebih tepat pada benturan-benturan yang
bersifat dialogis pada tataran ideologis atau teologis. Karena benturan-benturan yang bersifat dialogis pada tataran ideologis theologis justru akan berdampak lebih mencerdaskan dan efektif, daripada benturan-benturan yang bersifat fisik yang lebih banyak menimbulkan kebencian, dendam dan kerusakan.
Lalu, sebenarnya siapakah yang dimaksud dengan sebuah batu tersebut, dan apa yang sesungguhnya dibawa olehnya, sehingga ia mampu meremukkan Doktrin Trinitas yang sudah ribuan tahun menjadi Dogma Ketuhanan bagi milyaran Kristiani di dunia ini?
To-Be-Continued [Part 2]
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya.
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb.
peraturan komentar:
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa.
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit.
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan
Post a Comment