Tanggapan Situs IsadanAlfatihah.com Menyimpulkan Semua Sifat Allah Dalam Satu Kata

Pada artikel ini staff Idi dengan situs IsadanAlfatihah.com nya menulis tentang penafsiran kata Ar-Rahman dan Ar-rahim secara seenaknya tanpa dalil dan tanpa menggunakan kaidah yang benar. yakni merujuk pada al-Qur'an Hadits dan para ulama. melainkan staff IDI menafsirkannya dengan Alkitab. dan tentu ini adalah penafsiran yang menyalahi kaidah dan merupakan pelintiran yang seenaknya. berikut artikelnya


Allah mengasihi engkau

Injil menekankan berulang kali bahwa Allah SWT bersifat kasih,“Allah adalah kasih” (Injil, I Yohanes 4:8).  Ada ratusan ayat dalam Alkitab yang mendukung pernyataan ini.  Kasih adalah intisari semua sifat Allah dan kata terbaik sebagai penyimpulan semua sifat Allah.

Hubungan Ar-Rahman dan Ar-Rahim dengan Kasih

Ar-Rahman (Maha Pemurah) dan ar-Rahim (Maha Penyayang) adalah dua sifat dasar dari kasih Allah.  Kedua sifat ini juga diucapkan masing-masing dua kali dalam Al-Fatihah.  Orang Islam yang mengucapkan Al-Fatihah 17 kali sehari, akan diingatkan mengenai kasih Allah paling sedikit 68 kali (Ar-Rahman 2 kali 17 = 34 dan Ar-Rahim 2 x 17 = 34).

Dimana Sifat Kasih Allah Paling Nyata?

Injil Allah menekankan, sifat kasih Allah paling nyata terdapat pada pengorbanan Isa Al-Masih untuk menyelamatkan manusia.
“Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang kita telah lakukan, tetapi karena rahmat-Nya . . . .” (Injil, Surat Titus 3:4-5).

Bagaimana Menerima Kasih Allah?

Kita akan menerima kasih Allah, bila kita menerima keselamatan yang Allah sediakan bagi kita.  Pada situs “Isa dan Al-Fatihah” ini disediakan “Doa untuk Keselamatan” yang mungkin Pembaca ingin menyelidiki!  Dengan mengucapkan doa ini dengan tulus dan penuh iman, saudara akan menerima kasih Allah.

**************
Demikianlah artikel tersebut di atas kami tidak akan menanggapi semua kata-kata atau tulisan di atas, hanya hal-hal terpenting untuk dijawab.

Ar-Rahman dan Ar-Rahim apakah hanya bermakna Kasih saja?

Asy-Syaikh Muhammad Khalil Al-Harras mengatakan, “Keduanya adalah nama yang mulia dari nama-nama Allah l. Kedua nama ini menunjukkan bahwa Allah l memiliki sifat rahmat, kasih sayang, yang merupakan sifat hakiki bagi Allah dan sesuai dengan kebesaran-Nya.”

Kedua nama Allah l ini disebutkan dalam banyak ayat dan hadits Nabi n, diantaranya:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Al-Fatihah: 1)
“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Al-Fatihah: 3)
Maknanya, menurut Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, “Ar-Rahman artinya Yang memiliki rahmat, kasih sayang yang luas, karena wazan (bentuk kata) fa’lan dalam bahasa Arab menunjukkan makna luas dan penuh. Semisal dengan kata ‘Seorang lelaki ghadhbaan,’ artinya penuh kemarahan.1
Sementara, Ar-Rahiim adalah nama Allah l yang memiliki makna kata kerja dari rahmat (yakni Yang merahmati, Yang mengasihi), karena wazan fa’iil (فَعيِْلٌ) bermakna faa’il (فَاعِلٌ)2 pelaksana, sehingga kata tersebut menunjukkan perbuatan (merahmati, mengasihi).
Oleh karena itu, paduan antara nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim bermakna rahmat Allah l itu luas dan kasih sayang-Nya akan sampai kepada makhluk-Nya.”


Perbedaan antara Ar-Rahman dan Ar-Rahim
Tentu ada sisi perbedaannya, karena setiap nama punya makna yang khusus. Berikut ini penjelasan sebagian ulama tentang perbedaan diantara keduanya.

Al-Arzami t mengatakan: “Ar-Rahman artinya Yang Maha Pengasih terhadap seluruh makhluk, sedangkan Ar-Rahim artinya Yang Maha Pengasih terhadap kaum mukminin.” (Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari, Tafsir Basmalah)
Dengan demikian, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Ar-Rahman adalah yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu di dunia, karena bentuk kata/wazan fa’lan itu menunjukkan penuh dan banyak. Sedangkan Ar-Rahim, yang rahmat-Nya khusus terhadap kaum mukimin di akhirat.
Akan tetapi, ada pula yang mengatakan sebaliknya.
Ibnul Qayyim memandang bahwa Ar-Rahman menunjukkan sifat kasih sayang pada Dzat Allah l (yakni Allah l memiliki sifat kasih sayang), sedangkan Ar-Rahim menunjukkan bahwa sifat kasih sayang-Nya terkait dengan makhluk yang dikasihi-Nya.
Sehingga seakan-akan nama Ar-Rahman adalah sifat bagi-Nya, sedangkan nama Ar-Rahim mengandung perbuatan-Nya, yakni menunjukkan bahwa Dia memberi kasih sayang kepada makhluk-Nya dengan rahmat-Nya, jadi ini sifat perbuatan bagi-Nya.
Apabila Anda hendak memahami hal ini, perhatikanlah firman Allah l:
“Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Ahzab: 43)
“Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.” (At-Taubah: 117)
Allah l tidak menyebutkan dengan nama Ar-Rahman sama sekali. Dengan itu, Anda tahu bahwa makna Ar-Rahman adalah Yang memiliki sifat kasih sayang dan makna Ar-Rahim adalah Yang mengasihi dengan kasih sayang-Nya. (Syarah Nuniyyah, Ahmad Isa)
Al-Harras mengatakan, ini adalah pendapat yang terbaik dalam membedakan kedua nama tersebut.
Berikut ini kutipan penjelasan Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t tentang keagungan dua nama Allah l tersebut.
Ar-Rahman dan Ar-Rahim, adalah dua nama yang menunjukkan bahwa Allah l memiliki kasih sayang yang luas dan agung. Kedua nama ini meliputi segala sesuatu dan meliputi segala makhluk. Allah l telah menetapkan kasih sayang yang sempurna bagi orang-orang bertakwa yang mengikuti para nabi dan rasul-Nya. Oleh karena itu, mereka mendapatkan kasih sayang sempurna yang bersambung dengan kebahagiaan yang abadi.
Adapun orang-orang yang selain mereka terhalang dari kasih sayang yang sempurna ini, karena mereka sendiri yang menolaknya dengan cara tidak memercayai berita (Ilahi) dan berpaling dari perintah. Oleh karena itu, janganlah mereka mencela siapapun kecuali diri mereka sendiri.
Mereka (yang bertakwa) mengimani bahwa Allah l Maharahman dan Maharahim, memiliki rahmat yang agung, dan rahmat-Nya terkait dengan makhluk-Nya yang dirahmati, sehingga nikmat seluruhnya adalah buah dari rahmat-Nya.
Orang yang memerhatikan nama Allah l Ar-Rahman, dan bahwa Allah l Mahaluas rahmat-Nya, memiliki kasih sayang yang sempurna, dan kasih sayang-Nya telah memenuhi alam semesta baik yang atas maupun yang bawah, serta mengenai seluruh makhluk-Nya, serta mencakup dunia dan akhirat; juga mentadaburi ayat-ayat yang menunjukkan semacam makna ini:
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (Al-A’raf: 156)
“Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (Al-Hajj: 65)
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Dzat yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Ar-Rum: 50)
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (Luqman: 20)
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (An-Nahl: 53)
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nahl: 18)
Juga ayat-ayat setelahnya yang menunjukkan pokok-pokok nikmat, dan cabangnya yang mengandung salah satu dari sekian banyak buah rahmat Allah l. Oleh karenanya, Allah l berfirman di akhirnya:
“Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (An-Nahl: 81)
Lalu mentadaburi surat Ar-Rahman dari awal hingga akhirnya, karena surat itu adalah ungkapan dari penjabaran rahmat Allah l; maka semua ragam makna dan corak nikmat yang ada padanya adalah rahmat dan kasih sayang-Nya. Oleh karena itu, Allah l mengakhiri surat itu dengan menyebutkan apa yang Allah l siapkan untuk orang-orang yang taat di dalam surga, berupa kenikmatan abadi yang sempurna, yang merupakan buah dari rahmat-Nya. Oleh karenanya, Allah l menamai surga dengan rahmat, sebagaimana dalam ayat-Nya:
“Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.” (Ali ‘Imran: 107)
Dalam hadits disebutkan bahwa Allah l mengatakan kepada Al-Jannah:
أَنْتَ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكَ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي
“Engkau adalah rahmat-Ku yang denganmu Aku merahmati siapa yang Kukehendaki dari hamba-Ku.”
Allah l juga berfirman:
“Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (Yusuf: 64)
Dalam hadits shahih disebutkan:
اللهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنَ الْوَالِدَةِ بِوَلَدِهَا
“Allah l lebih penyayang terhadap hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anaknya.”
Dalam hadits lain disebutkan:
إِنَّ اللهَ كَتَبَ كِتَاباً عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي
“Sesungguhnya Allah l telah menuliskan sebuah tulisan di sisi-Nya, di atas Arsy-Nya ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku’.”
Ringkas kata, Allah l telah menciptakan makhluk dengan rahmat-Nya dan mengutus para rasul kepada mereka karena rahmat-Nya pula. Allah l memerintah dan melarang mereka serta menetapkan syariat untuk mereka karena rahmat-Nya. Allah melingkupi mereka dengan kenikmatan lahir dan batin karen rahmat-Nya. Dia l mengatur mereka dengan berbagai aturan dan melindungi mereka dengan berbagai perlindungan karena rahmat-Nya, serta memenuhi dunia dan akhirat dengan rahmat-Nya.
Oleh karena itu, urusan ini tidak akan menjadi baik dan mudah, begitu pula tujuan dan berbagai tuntutan tidak akan terwujud melainkan karena rahmat-Nya. Bahkan, kasih sayang-Nya melebihi semua itu, lebih agung dan lebih tinggi.
Apatah lagi, orang-orang baik dan bertakwa akan mendapatkan bagian terbesar dan kebaikan terbanyak dari rahmat-Nya.
“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-A’raf: 56)



Pengorbanan Tuhan di Kayu Salib Kasih atau TOLOL?

adalah Konyol dan Tolol memahami Tuhan dengan kasih-Nya menurut Kristen untuk mengampuni dosa manusia, Dia Turun kebumi menjadi manusia, dan mati di tangan manusia,  artinya Tuhan jadi Tumbal untuk mengampuni dosa manusia, ini jelas ketololan bukan Kasih. alangkah hinanya Tuhan seperti itu.

Justru Kasih Tuhan akan terlihat ketika TUhan memberi Nikmat kepada manusia, rizki, ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang beribadah mengabdi kepada-Nya dan sunguh-sungguh kembali (taubat) kepada-Nya,

bukankah untuk menyelamatkan mengampuni manusia adalah perkara mudah bagi Tuhan, karena hak memaafkan mengampuni adalah milik Tuhan. adalah kekonyolan untuk mengampuni dosa saja Tuhan yang jadi korban, jadi tumbal atas dosa manusia. itu konyol.

Bagaimana Menerima Kasih Allah? Bersyukur atau Menerima Konsep Konyol?

Yang lucu adalah menerima berbagai kasih Allah berupa nikmat, pemberian anugerah Allah sikap yang diambil manusia adalah menerima konsep Konyol Kristen. yakni Tuhan jadi Tumbal. jelas sekali tidak nyambung.
di PL maupun PB korban adalah persembahan manusia kepada Tuhan, bukan TUhan berkorban untuk TUhan lagi. ini konyol.

Dalam Islam menerima nikmat Allah itu dengan syukur, menjadi hamba Allah yang benar-benar beribadah mengabdi kepada Allah sepenuh hati, itulah syukur, sementara lawan dari syukur adalah kufur mengingkari Allah hingga mengingkari berbagai nikmat Allah.

Bersyukur kepada Allah adalah salah satu konsep yang secara prinsip ditegaskan di dalam Al-Qur'an pada hampir 70 ayat. Perumpamaan dari orang yang bersyukur dan kufur diberikan dan keadaan mereka di akhirat digambarkan. Alasan kenapa begitu pentingnya bersyukur kepada Allah adalah fungsinya sebagai indikator keimanan dan pengakuan atas keesaan Allah. Dalam salah satu ayat, bersyukur digambarkan sebagai penganutan tunggal kepada Allah:
Hai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah jika memang hanya dia saja yang kamu sembah. (Al-Baqarah: 172)
Pada ayat lain bersyukur digambarkan sebagai lawan kemusyrikan:
Baik kepadamu maupun kepada nabi sebelummu telah diwahyukan: "Jika engkau mempersekutukan Tuhan, maka akan terbuang percumalah segala amalmu dan pastilah engkau menjadi orang yang merugi. Karena itu sembahlah Allah olehmu, dan jadilah orang yang bersyukur (Az-Zumar: 65-66)
Pernyataan menantang Iblis (pada hari penolakannya untuk bersujud kepada Adam), menegaskan pentingnya bersyukur kepada Allah:
Kemudian saya akan memperdayakan mereka dengan mendatanginya dari muka, dari belakang, dari kanan dan dari kiri. Dan Engkau tidak akan menemui lagi kebanyakan mereka sebagai golongan orang-orang yang bersyukur. (Al-A'raf: 17)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Iblis mencurahkan hidupnya semata-mata untuk menyesatkan manusia. Tujuan utamanya untuk membuat manusia mengingkari nikmat Allah. Apabila tindakan Iblis ini direnungkan betul-betul, jelaslah bahwa manusia akan tersesat apabila mengingkari nikmat Allah.
Bersyukur kepada Allah merupakan salah satu ujian dari Allah. Manusia dikaruniani banyak kenikmatan dan diberitahu cara memanfaatkannya. Sebagai balasannya, manusia diharapkan untuk taat kepada penciptanya. Namun manusia diberi kebebasan untuk memilih apakah hendak bersyukur atau tidak:
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya dengan beban perintah dan larangan. Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus: Ada yang bersyukur, namun ada pula yang kafir. (Al-Insan: 2-3)
Menurut ayat tersebut, bersyukur atau tidaknya manusia adalah tanda jelas beriman atau kafirkah ia.



Wallahu A'lam Bis Shawab.




Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya. 
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb. 
 peraturan komentar: 
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa. 
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit. 
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post