Abu asy-Syaikh meriwayatkan dari ‘Ikrimah bin Khalid yg merupakan salah satu imam para tabi’in, bahwasanya seorang laki2 bertanya kpd Nabi saw: “Wahai Rasulullah manakah malaikat yg paling mulia disisi Allah?” Rasulullah saw menjawab: “Aku tdk tahu.” Kemudian Jibril muncul lalu turun. Lalu ia menjawab: “Yang paling mulia adalah Jibril, Mikhail, Israfil dan Malaikat Maut (Izrail).”
Sehingga keempat malaikat itu disebut dengan “Malaikatul Muqorrobin” yaitu Malaikat yg paling dekat dg Allah Jala jalaluh.
Dalam kesempatan ini kami al-faqir ingin mencoba mengulas tentang salah satu malaikat muqorrobin tersebut, yaitu Jibril as.
Allah menyebut Jibril dalam kitab-Nya pada tiga puluh lima tempat, baik secara eksplisit maupun implisit.
Allah menyebut Jibril dg namanya pada tiga tempat, yaitu :
[1] “Kul man kaana aduwwal lijibriila fainnahu nazzalahu ‘alaa qulbika bi’idnillahi mushoddiqollimaa baina yadaihi ...” Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya ... (QS al-Baqarah: 97)
[2]”Man kanaa aduwwallilahi wa malaa’ikatihi, wa rusulihi, wa jibriila wa miikaala fainnallaha aduwwul lilkaafirian” Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. (QS al-Baqarah: 98)
[3] “ ... fainnallaha huwa maulaahu wa jibriilu wa shoolikhul mu’miniin ..” maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik ... (QS at-Tahrim: 4)
Allah menyebut-nya dg lafazh jamak untuk memuliakannya pada tiga tempat:
[1] “fanaadathul malaa’ikatu wa huwa qoo’imun ...” Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri ... (QS Ali-Imran: 39)
[2] “Wa ‘idqolatul malaa’ikatu ya maryamu innallaha...” Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah ... (QS Ali-Imran : 42)
[3] “Idz qolatil malaa’ikatu ya maryamu innallaha ...” (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah (QS Ali-Imran : 45) (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah
Sementara itu Jibril juga disebut dg ruh pada “Tanazzalul malaa’ikatu war rukhu fiihaa ...” Dan yg keempat dlm surat al-Qadr, ayat 4, “pada malam itu turun malaikat2 dan ruh (yakni Jibril).” Sehingga maksud dari kata “ar-Ruh” adalah Jibril, “fiihaa” (dimalam itu) – berdasarkan Tafsir JALALAIN.
Allah menyebut Jibril dg lafazh ar-Ruh dalam 8 tempat lainnya, baik yg ditambah dengan al-Quds ataupun dg al-Amin, disini kita harus memulai hati2 dlm membahas dan memberikan penafsiran “Ruhul Qudush” yg dalam konteks ini sebutan Allah untuk malaikat Jibril as. Karena ada 2 ilmu yg harus dijadikan landasan ilmu alat, yaitu nahwu-sharaf dan balaghoh.
Dalam bahasa Al-Qur’an / Arab, menyebut suku kata dg “Kalimat”, sedangkan dlm bahasa Indonesia “Kalimat” digunakan untuk menyebut gabungan dari beberapa suku kata yg mengandung makna. Sedangkan didalam bahasa Qur’an yg dimaksud “Kalimat” seperti bahasa Indonesia disebut “ayat”. Nah sangat berbeda sekali bukan? Contoh lagi yg langsung ada di dalam “Kalimat” Ruhul Quds ini, sebenarnya terdiri dari Ruh dan al-Quds, sehingga dibaca Ruhul Qudus, tetapi dlm surat al-Baqarah ini justru malah menjadi “wa aiyyadnahu biruuhilqudusi” yang artinya: “dan Kami perkuat ia dengan Ruh Kudus” – “ruuhil qudusi” bukan “ruhul qudus”. Merupakan “idafat mausuf pada sifat”, maksudnya ialah Ruh yg disucikan, yakni Jibril, sehingga karena kesuciannya ikut mengiringkannya kemanapun pergi.
Yang paling sering mleset dari pengertian antara serapan bahasa Indonesia dg bahasa Qur’ani adalah adanya kalimat “ma’rifat” yg terdiri dari 2 huruf, yaitu “alif” dan “lam” yg dibaca “al”, yg dalam pembacaan digabung sering tdk dibaca, contohnya ya Ruh dan al-quds ini, sehingga menjadi “Ruhilqudusi”. Kalimat “ma’rifat” ialah untuk menegaskan suatu kata dlm bahasa Arab “yg sudah dikenal artinya” atau bisa juga “yg sudah pasti”.
Contoh kasus kesalah kaprahan dlm penggunaan “Al-marhum” untuk sebutan seseorang umum atau awam yg telah meninggal didepan namanya. Sedangkan para Ulama’ Salaf ataupun Ulama’ Sholeh malah mendapatkan sebutan “Allah yarham” (semoga Allah merahmati) didepan atau dibelakang nama2 beliau. Penjelasannya adalah: kata atau “kalimat” (menurut Qur’an) “Marhum” atau “Marham” yg artinya “dirahmati”. Apabila didepannya ditambah “Al”, maka artinya menjadi “Yang sudah pasti (semua orang kenal) diRahmati”. Padahal maksud dari penyebutan “Al-Marhum” ini awalnya adalah merupakan do’a untuk yg meninggal agar dapat Rahmat-Nya. Sehingga apabila ada “kalimat ma’rifat Al” berarti orang yg telah meninggal tersebut “sudah pasti diRahmati” atau “sudah dikenal semua orang diRahmati”. Nah berarti kita yg menyebut dg “Al-Marhum” berarti sdh memastikan yang bersangkutan telah dirahmati-Nya. Yang namanya telah dirahmati sudah dpt dipastikan “Selamat” atau masuk Surga. Ini sesuai dg hadist Nabi saw: “Sesungguhnya seseorang itu masuk surga bukan karena amalan sholatnya, puasanya, zakatnya dan hajinya, akan tetapi karena Rahmat-Nya Allah” Para sahabat bertanya: “termasuk engkau ya Rasul?” Jawab Nabisaw: “Ya termasuk saya”.
Contoh lagi ditemukan dlm pembahasan ini, yaitu penyebutan Jamak, dalam bahasa Qur’an bisa merupakan sebutan untuk memuliakan atau ”menghormati”. Sehingga Allah sendiri sering menyebut dirinya dg kata ganti jamak “Kami” itu untuk memuliakan diri-Nya sendiri, bukan berarti seperti pemahaman “Trinitas” (ini sering buat menjebak umat islam yg kurang memahami ilmu alat Nahwu oleh orang2 Nasrani) Kami terdiri dari “bertiga” – Subhanallah!!.
Sehingga dlm konteks “Ruh Qudus” ini oleh Allah hanya ditujukan bagi penyebutan untuk Malaikat Jibril as dibeberapa ayat Al-Qur’an.
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya.
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb.
peraturan komentar:
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa.
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit.
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan
Post a Comment