Belasan karyawan RRI Cabang Pekanbaru membicangkan peristiwa penyerbuan aparat kepolisian terhadap belasan mahasiswa di Mushollah Assyakirin yang berlokasi di komplek lembata penyiaran publik tersebut. Mereka yang berkumpul usai menunaikan sholat Dhuhur, Rabu (26/11/14) merasa heran dengan tindakan aparat yang dinilai tak menghargai tempat ibadah yang disucikan Umat Islam.
“Semestinya tidak boleh seperti itu. Polisi tidak boleh masuk ke musholla dengan bersepatu lalu memukuli mahasiswa di dalam musholla,” kritik salah seorang karyawan yang ditemui riauterkinicom.
Penyesalan serupa disampaikan hampir seluruh karyawan RRI yang lain. Mereka lantas menceritakan bagaimana kondisi tempat ibadah tersebut pasca insiden penyerbuan polisi terhadap sejumlah mahasiswa yang berada di dalamnya dalam demo menolak kenaikan harga BBM, Seasa (25/11/14) sore kemarin.
“Tadi di dalam beratakan. Hampir seluruh lantainya kotor oleh bekas tapak sepatu. Rak Al Qur’an ini tadi terguling dan Al Qur’annya berserak di lantai. Entah ditendang atau bagaimana,” ujar seorang karyawan sembari menujukkan rak yang rusak akibat insiden tersebut.
Mereka berharap peristiwa seperti itu tak pernah lagi terulang. Polisi diharap lebih bijaksana dan beretika dalam menjalankan tugas. Situasi tersebut jika tidak disikapi dengan bijak berpotensi memicu kerawanan sosial.
Sebagai data tambahan, dalam demo menolak kenaikan harga BBM di RRI Pekanbaru kemarin sore. Puluhan mahasiswa terluka akibat tindakan represif polisi yang membubarkan paksa demo tersebut. Tindak brutal polisi juga dilakukan terhadap beberapa mahasiswa yang sedang dan usai sholat di Musholla Assyakirin RRI.
Dalam aksi brutalnya tersebut, polisi menerobos masuk ke dalam tempat suci tersebut lengkap dengan sepatu botnya. Tindakan aparat tak sekedar menyebabkan mahasiswa terluka, tapi juga menyebabkan lemari kecil tempat menyimpan sajadah dan Al Qur’an rusak. Isinya berserakan di lantai musholla, termasuk Al Qur’an.***(mad)
Post a Comment