Ridha Allah pada Orang yang Ridha pada Cobaan

DALAM satu hadist disebutkan, “Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Oleh karena itu, barangsiapa ridha (menerima cobaan tersebut), maka baginya keridhaan, dan barangsiapa murka maka baginya kemurkaan.” (riwayat Ibnu Majah)
Seorang hamba yang dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka Dia menurunkan cobaan dan ujian serta musibah. Hamba yang ridha terhadap ujian dan cobaan dari-Nya, Allah pun ridha kepadanya dan mendapatkan pahala melimpah sesuai kadar musibahnya.
Allah menguji hamba-Nya di dunia ini bukan karena Dia membencinya, tetapi malah bertujuan untuk menolak bahaya yang akan menimpanya, menghapus dosa-dosa, dan untuk menaikkan derajatnya. Apabila ia menerima cobaan dengan sikap ridha, maka sempurnalah tujuan dari yang dikehendaki oleh-Nya.
Dalam sejumlah hadist disebutkan:
“Tiada seorang Muslim yang menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan, bahkan gangguan yang berupa duri sekali pun, melainkan semua kejadian itu akan menebus dosa-dosanya.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih al-Bukhari).
“Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, ‘Tiada seorang Muslim yang menderita sakit melainkan Allah akan merontokkan dosa-dosanya seperti daun-daun pohon yang dirontokkan’.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih al-Bukhaari).
Hadist di atas merupakan kabar gembira yang besar bagi setiap Mukmin. Sebab, sifat manusia pada umumnya tidak tahan menerima sakit, sedih, dan lain-lain. Oleh karena itulah, sakit, lapar, dan sakit badan maupun sakit hati, bisa menghapus dosa-dosa orang yang tertimpa musibah tersebut.
Dalam hadist Qudsi disebutkan:
“Rasulullah bersabda, ‘Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Siapa yang kehilangan dua hal yang dicintainya, lalu ia bersabar dan ikhlas, maka Aku tidak ridha balasan baginya selain daripada surga‘.” (Shahih Sunan al-Tirmidzi, no. 1.959).
Dua hal yang dicintai yang dimaksud adalah kedua mata, sebab mata merupakan anggota badan manusia yang paling dicintainya. Walaupun ia kehilangan kedua matanya sehingga tidak bisa melihat apa yang diinginkannya, namun ia tetap mudah untuk melakukan kebaikan dan menjauhi yang buruk.
Ia tetap bersabar mengharap datangnya janji Allah yang akan memberikan pahala kepada orang yang bersabar, maka Allah akan menggantikan untuknya balasan yang terbesar yakni surga, sebab, kenikmatan melihat tidak dirasakannya ketika di dunia, namun kelezatan nikmat surga dirasakannya.
Pertama kali
Sabar sesungguhnya hanya ketika pertama kali seseorang mendapatkan musibah, sebagaimana diinformasikan dalam hadist:
“Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya kesabaran itu adalah ketika pertama kali seseorang mendapatkan musibah’.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih al-Bukhari).
“Rasulullah bersabda, Allah berfirman, ‘Hai manusia! Sesungguhnya apabila kau bersabar dan ikhlas ketika pertama kali mendapatkan musibah, maka Aku tidak ridha balasan untukmu selain daripada surga‘.” (Shahih Sunan Ibnu Majah No. indeks 1298).
Hadist di atas menunjukkan bahwa sabar yang berat bagi hati seseorang adalah ketika pertama kali seseorang tertimpa musibah dan terjadi secara tiba-tiba mengingat pahalanya yang besar, ketika itu ia pasrah dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Hal tersebut menunjukkan kalbunva yang kuat dan kekokohannya dalam kedudukan sabar.
Hal tersebut berbeda dengan musibah setelah kejadian pertama kali, sebab setelah beberapa hari berlalu musibah itu, maka musibah yang panas pun akan menjadi dingin, sehingga setiap orang akan bisa bersabar menghadapinya. Sedangkan yang tidak sabar ketika pertama kali musibah terjadi, maka ia tidak berhasil meraih kesabaran yang diharapkan.
Oleh karena itu, ada sebagian ulama yang berpendapat, “Seorang yang berakal harus teguh (bersabar) ketika menghadapi musibah yang pertama kali terjadi, dan kesabaran setelah tiga hari hanya terjadi pada orang yang dungu.”*/Adnan Tarsha, dari bukunya Orang-orang yang Dicintai Allah.

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post