Antara Tertawa dan Menangis (2)

SUATU ketika Hasan melewati seorang pemuda yang sedang tertawa, lalu ia berkata kepadanya: “Hai anakku, apakah Anda telah dapat lewat di atas sirath?” Pemuda itu menjawab: “Tidak.”
Hasan bertanya lagi: “Apakah nyata-nyata Anda akan masuk ke dalam surga?” Pemuda itu menjawab: “Belum.” Hasan berkata lagi: “Lalu Anda tertawa mengenai apa?” Maka setelah itu, pemuda tersebut tidak terlihat tertawa lagi.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., barangsiapa melakukan sebuah dosa sedang dia tertawa, maka dia akan masuk neraka dalam keadaan menangis.” Allah Subhanahu Wa Ta’ala memuji beberapa kaum sebab tangisan.
Allah berfirman: “Mereka menyungkur pada muka mereka sambil menangis.” (Al-Isra’: 109).
Allah berfirman: “Mengapa kitab ini tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar kecuali ia mencatat semuanya?” (Al-Kahfi: 50). Mengenai ayat tersebut Al-Auza’i berkata: “Yang kecil itu ialah tersenyum, sedang yang besar adalah tertawa terbahak-bahak.”
Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda: “Pada hari kiamat, semua mata akan menangis, kecuali tiga mata, yaitu: mata yang menangis karena takut kepada Allah; mata yang terpejam dari keharaman-keharaman Allah; Dan mata yang terjaga di jalan Allah.”
Dikatakan: “Ada tiga hal yang membuat hati menjadi keras, yaitu tertawa dengan tanpa ada hal yang menakjubkan, makan dengan tanpa kelaparan dan berbicara tanpa ada hajat dan keperluan.”
Rasulullah selalu memakai pakaian sederhana dan apa adanya. Pakaian beliau ada yang berupa kain sarung, selendang (serban), baju gamis, jubah dan yang lain. Warna pakaian favorit beliau adalah hijau dan putih, namun kebanyakan pakaian beliau berwarna putih.
Mengenai kain warna putih itu beliau bersabda: “Pakaikanlah ia pada orang-orang hidup dari Anda dan kafankanlah pada orang-orang yang mati di antara Anda.”
Rasulullah memiliki qaba’ (jenis pakaian luar) dari sundus (sutera tipis). Beliau memakainya dan sangat indah kehijauannya pada kulit beliau yang putih. Semua pakaian beliau adalah tersingsing di atas kedua buah mata kaki, sedang kain sarung berada di atas mata kaki sampai pertengahan betis.
Beliau pernah memiliki kisa’ (jubah) hitam, lalu beliau menghibahkannya. Kemudian Ummu Salamah berkata: “Demi ayah dan ibuku sebagai tebusan bagi Anda, engkau belum pernah memakainya (mengapa engkau menghibahkan?) kisa’ hitam itu?” Beliau bersabda: “Aku telah memakainya.” Ummu Salamah berkata: “Aku tidak pernah melihat keindahan yang lebih indah daripada keputihan (kulit) Anda pada warna hitaman ini.”
Adalah Nabi Muhammad apabila memakai pakaian, beliau selalu memakainya dari sisi kanannya. Dan beliau membaca: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi aku pakaian sehingga dapat menutup auratku dan aku menjadi mulia dalam kalangan manusia.”
Dan apabila beliau melepas pakaiannya, beliau memulainya dari sisi kirinya. Apabila beliau memakai pakaian baru, maka memberikan pakaian bekasnya kepada orang miskin, lalu bersabda: “Tidak ada seorang muslim yang memberi pakaian seorang muslim yang lain dari pakaian bekasnya, dan tidaklah dia memberinya pakaian itu kecuali karena Allah, ia menjadi berada dalam tanggungan Allah, dalam pemeliharaan dan kebaikan-Nya. Selama pakaian itu dipakai dan menutupi aurat orang yang diberi itu, baik dia hidup atau mati.”
Nabi Muhammad memiliki baju `aba’ah yang biasa dihamparan dan dibawa berpindah-pindah dan dapat dilipat secara praktis. Beliau terkadang tidur di atas (beralaskan) tikar tanpa ada lapisan apapun lagi di bawahnya.”*/Imam al-Ghazali, dari bukunya Menyingkap Rahasia Qolbu.

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post