Asbâbun Nuzûl Surat al-Baqarah(2), ayat: 267
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ
وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ
مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (٢٦٧)
267.
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Imâm at-Tirmidzî meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (4/77):
“Telah
bercerita kepada kami(at-Tirmidzî) ‘Abdullâh bin ‘Abdurrahmân, katanya
(Abdullâh bin ‘Abdurrahmân): “ telah mengabarkan kepada kami(Abdullâh
bin ‘Abdurrahmân) ‘Ubaidullâh bin Musa dari Israil dari as-Suddî dari
Abi Malik(al-Ghifari/namanya: Ghazwan) dari al-Barra’ tentang ayat:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ
وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ
مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (٢٦٧)
267.
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
“Katanya(al-Barra’):
“ayat ini turun tentang kami(kaum Anshar). Kami (kaum Anshar) adalah
pemilik kebun kurma. Dan setiap orang membawa dari kurmanya sesuai kadar
banyak dan sedikitnya. Ada yang membawa setandan atau dua tandan lalu
menggantungkannya di Masjid. Sementara itu penghuni shuffah(pelataran
Masjid/ta’mir Masjid) tidak memiliki makanan, lalu salah seorang dari
mereka (Ta’mir Masjid) jika ada yang membawa setandan kurma dia(salah
seorang dari Ta’mir Masjid) memukulnya dengan tongkatnya, maka
berguguranlah busr(kurma yang belum matang) dan tamr(kurma
matang) kemudian dia(salah seorang dari penghuni Ta’mir Masjid)
memakannya. Ada juga mereka(kaum Anshar) yang termasuk dari kalangan
orang-orang yang tidak menyukai kebaikan membawa setandan kurma jelek
dan sangat buruk atau setandan kurma yang sudah rusak/patah, lalu
menggantungnya. Maka Allah turunkan:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ
وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ
مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (٢٦٧)
267.
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
“Kata beliau(al-Barra’) dalam at-Tuhfatu:
“seandainya salah seorang dari kamu dihadiahkan sesuatu yang sama
seperti yang dia berikan(orang yang memberikan kurma yang jelek)
tentulah dia(salah seorang Ta’mir Masjid) tidak mau menerimanya kecuali
dengan memicingkan mata atau malu. Katanya(orang yang memberikan kurma
yang jelek): “kemudian sesudah itu salah seorang dari kami(yang membawa
kurma yang jelek) mulai membawa yang baik yang ada padanya(yang ia
miliki)”.
KETERANGAN:
Kata at-Tirmidzî: Hadis di atas berkualitas shahih hasan gharib. Ibnu Majah juga meriwayatkan dalam Sunan Abî Dâwudnya(1822). Ibnu Jarîr juga meriwayatkan dalam Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âninya(3/82). Ibnu Katsîr juga menisbakan dalam Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adzîmnya(1/320) kepada Ibnu Abî Hâtim dan al-Hâkim(2/285) dan kata beliau(Ibnu Katsîr): “shahih menurut syarat Muslim”, dan disetujui oleh adz-Dzahabî dalam Mîzan al-I’tidalnya.
BIBLIOGRAFI
Al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî(at-Tirmidzî/al-Imâm al-Hâfidz Abî ‘Îsâ Muhammad bin ‘Îsâ bin
Saurah at-Tirmidzî).
Al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahîhain(al-Hâkim/Muhammad bin ‘Abdullah Abu ‘Abdullah al-Hâkim
an-Naisâbûrî ).
Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âni(Ibnu Jarîr/Abu Ja’far ath-Thabarî Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin
Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî).
Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli(as-Suyûthî/Imâm Jalâludin ash-Suyûthî).
Mîzan al-I’tidal(adz-Dzahabî).
Sunan Abî Dâwud(Abû Dâwud/al-Imâm al-Hâfidz al-Mushannif al-Mutqan Abî Dâwud Sulaimân Ibnu
al-‘Asy’ats as-Sijistânî al-Azadî).
Tafsîr al-Qur’ân al-‘adhîm(Ibnu Katsîr/Abû al-Fidâ-i Isma’îlu bin ‘Amr bin Katsîr al-Qurasyî ad-Dimasyqî).
Tafsîr Ibnu Abî Hâtim(Ibnu Abî Hâtim).
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya.
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb.
peraturan komentar:
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa.
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit.
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan
Post a Comment