Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan tanggapan terhadap sebuah tulisan di situs bacabacaquran(dot)com tentang tuduhan bahwa Aleksander agung disebut Al-Qur'an sebagai Nabi.
Kebingungan penuduh terlihat jelas ketika mengutip sebuah tafsir dari riwayat Baidawi yang menjelaskan siapakah sosok Iskandar Zulkarnain dalam ayat Al-Qur'an yang kemudian si Penuduh (penulis situs bacaacaquran) tafsirkan sebagai Alexander agung /Alexander the Great.
sebelumnya pembaca dapat membaca tulisan tersebut di sini:
Aleksander Agung – Seorang Nabi?
Dalam Sura 18:83-88 kita membaca:
Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat.
Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka. Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami".
وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا
إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الأرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا
فَأَتْبَعَ سَبَبًا
حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا
قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا
وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا
Ibn Hisham mengatakan:
“Dhu al-Qamain, orang Yunani, Raja Persia dan Yunani, atau Raja dari timur dan Barat, oleh karena hal inilah ia disebut Dhu al-Qamain [artinya “yang memiliki dua tanduk”], atau karena ia dua tempat di bumi, yaitu Timur dan Barat. Yang lainnya mengklaim karena ia telah hidup selama dua abad atau dua generasi [maka ia disebut demikian; bahasa Arab: “tanduk-tanduk”]. Namun yang lainnya meyakini bahwa ia mempunyai dua tanduk, artinya dua lipatan, atau bahwa mahkotanya mempunyai dua tanduk. Kemungkinan ia disebut demikian karena keberaniannya, mengingat seorang yang pemberani digambarkan sebagai kambing yang menanduk musuh-musuhnya. Ada beragam pendapat mengenai kenabiannya, tetapi semua setuju bahwa ia adalah orang yang benar dan beriman”.
Tetapi kami bertanya: Bagaimana Quran dapat menjadikan seorang raja pagan, yaitu Aleksander Agung, sebagai seorang nabi yang berbicara kepada Allah dan menerima perintah dari-Nya? Bagaimana Quran dapat mengatakan bahwa ia mengunjungi kolam tempat matahari terbenam? Jika ia benar hidup selama dua generasi, seperti yang dikatakan Baidawi, orang-orang pada jaman itu tentu berumur pendek! Namun demikian semua ini adalah omong kosong, oleh karena Aleksander wafat pada usia 33 tahun di kota Babilon pada tahun 323 SM.
Bagaimana ia dapat menjadi nabi bahkan seorang beriman sedangkan faktanya ia adalah seorang penyembah berhala, ditambah lagi ia mengklaim diri sebagai putra Amon dewa matahari? Selain itu, jika matahari terbenam di kolam, bukankah matahari berputar mengelilingi bumi atau sebaliknya? Sedangkan mengenai bendungan yang dibangunnya dari besi dan tembaga tuangan di antara dua gunung – yang salah satunya dihuni oleh bangsa yang benar, dan yang lainnya dihuni oleh bangsa yang jahat – kita tidak menemukan bukti arkeologis yang dapat mendukungnya.
http://bacabacaquran.com/2014/03/05/aleksander-agung-seorang-nabi/
Sebenarnya kita dapat melihat dengan jelas bahwa sang penuduh sama sekali tidak tahu sejarah Al-Qur'an.
Pemahaman keliru terlihat jelas pada bagian Pernyataan Iskandar zulkarnaen yang si penuduh katakan seorang Nabi. Pertanyaan kami SIAPA DARI KALANGAN MUSLIM yang mengakui bahwa Iskandar Zulkarnaen sebagai Nabi? bahkan di Al-Qur'an yang dia kutip pun tidak menyebutkan status Iskandar Zulkarnaen sebagai seorang Nabi. bahkan Sejarah Ibnu Hisyam yang dia kutip menegaskan status Iskandar Zulkarnaen sebagai seorang yang beriman
kekeliruan kedua: pernyataan Baidawi yang dikutip si penuduh tidak ada satupun kalimat yang mengatakan bahwa Iskandar zulkarnaen adalah Alexander The Great yang dikenal dalam sejarah. Lantas mengapa Si Penuduh menjadikan Alexander The great sebagai patokan sejarah tentu saja tidak nyambung.
Kesimpulan
1. Al-Qur'an tidak pernah mengatakan Iskandar zulkarnaen adalah raja Alexander The Great.
2. Al-Qur'an tidak pernah menyatakan Iskandar Zulkarnaen adalah seorang Nabi, para penafsir al-Qur'an pun mayoritas berpandangan Iskandar zulkarnaen adalah seorang yang benar dan beriman.
3. Tuduhan Situs BacabacaQuran(dot)com tidak nyambung, karena salah persepsi dan buta sejarah al-Qur'an.
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya.
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb.
peraturan komentar:
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa.
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit.
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan
Assalamualaikum wr wb, saya membaca hadits Muslim yang menyatakan halal hukumnya menyetubuhi wanita tahanan perang walau masih bersuami. Saya selalu tidak enak hati dan membebani pikiran mengenai hadits ini. Bagaimana mungkin Islam yang melarang keras zina tapi menghalalkan hal ini? Mohon penjelasannya. Terima kasih.
ReplyDeleteJawabannya gampang, jika sebuah Hadits bertentangan makna (makna tersirat) dengan Al-Qur'an, maka kembalikan semua kepada Al-Qur'an.
ReplyDeleteJika masih bingung, gunakan akal pikiran, jika perbuatan itu baik menurut akal pikiran, lakukan, jika tidak, maka jangan pernah lakukan.
Wa 'alaikumus salam wr wb. terima kasih untuk saudara tantiyo wibisono untuk berkomentar di blog kami. untuk pertanyaan saudara, bisakah saudara menunjukan kepada kami seperti apa bunyi hadits tersebut, agar kami bisa jelaskan maksudnya.. sekian terima kasih...
ReplyDeleteassalamualaikum.. maaf sy hanya ingin meluruskan kalau raja Dzulqarnain itu adalah seorang Raja yg sholeh dan taat kepada Allah Swt, dan dialah yg membuat beteng Yakjuj dan Ma'juj.. coba anda lihat lagi ayat Al-Quran terusan surah Al-kahfi ayat 89-98 :89. Kemudian dia menempuh jalan (yang lain).90. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu,
ReplyDelete91. demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.
92. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).
93. Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan 891.
94. Mereka berkata: “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka”
95. Dzulqarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,
96. berilah aku potongan-potongan besi”. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: “Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar ku tuangkan ke atas besi panas itu”.
97. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.
98. Dzulqarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar”.
Jadi, apa yang diterangkan dalam Al-Qur'an, hanyalah
mengenai perginya Dzulqarnain ke arah terbenamnya matahari,
sehingga berada pada tempat yang paling jauh. Di situ
diterangkan bahwa dia telah melihat matahari seakan-akan
terbenam di mata air tersebut, saat terbenamnya. Sebenarnya,
matahari itu tidak terbenam di laut, tetapi hanya bagi
penglihatan mata saja yang seakan tampak matahari itu
terbenam (jatuh) ke laut. Padahal matahari itu terbit
menerangi wilayah (bangsa) lain.
Maksud dari ayat tersebut, bahwa Dzulqarnain telah sampai ke
tempat paling jauh, seperti halnya matahari terbenam di mata
air yang kotor (berlumpur) , yang disebutkan diatas. Begitu
juga maksud dari ayat tersebut, Dzulqarnain telah sampai di
tempat terjauh, yaitu terbitnya matahari dan sampai bertemu
pula dengan kaum Ya'juj dan Ma'juj.
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah bahwa: Dzulqarnain adalah seorang Raja yang adil dan bijaksana yang telah menjelajahi Bumi sebelah Timur dan Bumi sebelah Barat. Ia adalah seorang mukmin penyebar agama Allah, melaksanakan sebab-sebab dalam mencapai tujuannya dan mempunyai banyak keajaiban atas kuasa Allah SWT. Ia mengajak penduduk negeri-negeri yang ditaklukkannya untuk beriman kepada Allah.
Meskipun Dzulqarnain mempunyai banyak bala tentara dan pengikut, ia tetap meminta pertolongan kaum tersebut dan tetap bertawakkal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Inilah yang dinamakan MELAKSANAKAN SEBAB-SEBAB. Mereka lalu mengumpulkan harta, alat-alat, dan bersama-sama membantu Dzulqarnain membangun DINDING PEMISAH dan menutup celah-celah diantara kedua gunung itu supaya dapat menutup jalan keluar terakhir bagi Ya’juj dan Ma’juj. Dzulqarnain memenjarakan Ya’juj dan Ma’juj di negerinya sendiri. Bangunan seperti bendungan itu terbuat dari besi. Dinding dan tiang besarnya terdiri dari potongan-potongan besi dan tembaga.
Mungkin yg menyebut Raja Dzulqarnain seorang Nabi hanya pemahaman yg berlebihan kaum kuffar seperti mengartikan Nabi isa Rasul Allah sebagai Tuhan..
Wallahualam
Post a Comment